Sadarkah Anda, kebanyakan pasangan suami istri tidak bertengkar karena alasan yang benar-benar orosinil; seringkali pertengkaran terjadi karena alasan yang sama berulang kali. Dan itu seringkali timbul karena perbedaan mendasar yang ada antara pria dan wanita. Seperti halnya pertengkaran yang seringkali timbul antara suami yang tetap ingin beraktivitas di hari libur, sedangkan istri hanya ingin menikmati kebersamaan dengan bersantai.
Sebagaimana halnya pria senang jika mereka dapat melakukan sesuatu, senang untuk aktif dan melakukan sesuatu yang bersifat fisik. Pria memiliki kecenderungan sebagai penjelajah dan petualang, berburu dan menaklukkan serta memperoleh hasil. Pria suka melakukan hal-hal yang baru, menantang, melakukan hal yang berbeda, hal-hal yang berkaitan dengan ‘kejantanan'. Pria harus mempunyai rencana untuk semua hal. Bahkan jika ia hanya ingin bersantai, ia harus menyembunyikannya di balik sebuah aktivitas, seperti memancing, golf, atau makan siang dengan teman.
Sebaliknya wanita lebih menikmati keberadaan mereka tanpa harus menaklukkan atau berpetualang. Bagi wanita, mengobrol atau sekedar membaca buku bisa memberi kepuasan, dan kadang-kadang lebih daripada petualangan yang besar. Wanita dalam kecenderungannya, ia bisa hanya sekedar duduk dan mengagumi keindahan ciptaan Allah tanpa direncanakan.
Kebanyakan wanita harus banyak bekerja - merawat suami, anak-anak, rumah tangga, pekerjaan dan semuanya dimasukkan ke dalam jadwal mereka. Wanita seringkali melakukan pekerjaan yang multitasking - mengerjakan banyak hal dalam satu kesempatan. Wanita cenderung bergerak dengan teratur. Wanita bagaikan pelari jarak jauh, sehingga begitu ada sedikit kesempatan untuk beristirahat, mereka akan menggunakannya dengan semaksimal mungkin untuk bersantai tanpa melakukan aktivitas yang berat.
Pria adalah seorang pelari jarak pendek. Pria melakukan pertandingan dalam hidup mereka sampai merasa kelelahan. Ketika pria berhenti sejenak, ia mengambil napas dan melakukan semuanya kembali. Oleh karena kegilaan ini, pria mungkin saja mendapatkan lebih banyak pencapaian dalam hidup mereka, namun tanpa mereka sadari mereka akan sangat kelelahan, kerapkali melewati waktu bersama keluarga, menyabotase pernikahan di balik kesibukan mereka, tidak dapat mengembangkan persahabatan yang sejati baik dengan istrinya maupun dengan orang lain, merasa frustrasi dan tidak puas dengan dirinya sendiri serta mati lebih muda. Pria harus membayar mahal untuk kemaskulinannya.
Setiap hubungan yang sehat memerlukan keseimbagan untuk bertindak dan eksis. Dengan bertindak, pasangan suami istri akan saling melayani satu sama lain, bersama-sama membesarkan anak, saling memperhatikan dalam rumah tangga, dan menjangkau orang lain. Tetapi dengan eksistensi, pasangan suam istri akan saling mendengarkan satu sama lain, saling bergantung dan saling menyemangati.
Seperti halnya apa yang saya alami. Saya seringkali merasa heran dengan kelakuan suami. Dari Senin sampai Jumat kami berdua sibuk bekerja. Ketika tiba waktunya week end, bagi saya itu adalah waktunya bagi kami untuk menikmati kebersamaan dengan bersantai berdua. Tapi tidak demikian dengan suami saya. Baginya, bersantai berdua harus dilakoni sambil melakukan sesuatu. Ia ingin untuk melakukan sesuatu di luar rumah, apakah itu berjalan-jalan, pergi ke suatu tempat ataupun aktivitas lainnya yang memungkinkannya untuk terus bergerak. Awalnya saya benar-benar bingung dengan segala keinginannya itu, karena saya merasa benar-benar butuh untuk beristirahat dan bersantai. Tapi ketika pada akhirnya saya mengetahui perbedaan mendasar yang ada di antara kami, saya pun mulai terbiasa dengan hal-hal seperti itu.
Jadi jangan heran jika satu saat suami Anda ingin melakukan banyak hal yang penuh dengan petualangan, namun Anda malah menginginkan sebaliknya. Sadarilah satu hal bahwa keinginan suami untuk bertindak secara aktif berarti suami Anda memperoleh energi dan harga diri dari pencapaian dan petualangan yang dilakukannya. Dan bagi Anda para suami, keinginan istri Anda untuk keberadaannya yang tenang berarti istri Anda benar-benar merasa perlu untuk istirahat.
Sumber : Dr. Steve Stephens – Lost In Translation