Tika adalah anak yang cerdas dan berprestasi. Namun tiba-tiba Tika jatuh sakit. Ia seperti deman dan sakit di perutnya. Setelah di periksakan ke dokter, Tika hanya di diagnosis hanya sebatas radang perut, jadi orangtua Tika tidak kuatir. Namun penyakitnya tak kunjung sembuh. Akhirnya Tika diperikasakan ke dokter-dokter yang lain. Namun keadaannya sudah terlihat sehat.
Tetapi beberapa hari kemudian, Tika jatuh sakit lagi. Ia pergi ke sekolah dan tidak ingin bolos dan tidak ingin nilainya menjadi jelek. Pada saat ayahnya menjemput Tika dan ingin dekat-dekat karena merasa ayahnya tidak memperhatikannya. Ayahnya terlalu cuek terhadap istri dan anak-anaknya.
Ibunya mengantarkan Tika ke rumah sakit yang bisa menolong Tika. Tika muntah-muntah dan berteriak tidak kuat lagi. Akhirnya Tika segera di CT Scan. Dan ditemukan tumor yang besar antara batang otak dan otak kecil. Dan disana diatur fungsi vital mulai dari kesadaran, tekanan darah dan pernafasan. Pernafasan lambat laun bisa berhenti dan menuju kematian.
Orangtua Tika sangat terpukul. Tika adalah anak yang diharapkan dan dibanggakan. Sempat juga Tika mengirimkan surat untuk ibunya yang berisi ekspresi sayangnya kepada ibunya. Ketika Tika mendapatkan piala juga ia dengan bangga memberikan pialanya kepada ibunya.
Bayang-bayang kematian sang buah hati sudah di depan mata. Tumor yang ada di otak Tika sudah mencapai 4 cm. Diperkirakan usia Tika tidak akan lebih dari satu minggu. Ayahnya sangat menyesali apa yang telah ia lakukan. Ia merasa ini semua salah mereka.
Akhirnya Tika harus dioperasi walaupun kemungkinannya sangat kecil. Kematian semakin dekat. 20 persen kemugkinannya. Kemungkinan terburuk yang akan dialami Tika adalah buta, tidak bisa menelan, lidahnya kaku, lumpuh separuh atau meninggal.
Rasa bersalah mulai menghantui orangtua Tika. Ternyata sang ibu sudah menerapkan disiplin yang tinggi untuk Tika. Orangtua Tika ingin supaya Tika tidak sama dengan orangtuanya yang tidak pandai dalam sekolah. Mereka ingin supaya Tika menjadi anak yang cerdas dan berprestasi. Hal ini mengharuskan Tika belajar 12 jam diluar rumah.
Walaupun Tika merasa lelah tetapi ia selalu mengikuti keinginan sang ibu, ia hanya ingin ibunya senang. Karena hal itulah mereka merasa bersalah. Mereka ingin Tika tetap hidup. Ayah Tika akhirnya bertobat dan berdoa. Ia memohon ampun akan hal yang ia lakukan. Bila Tika sembuh, maka ia akan lebih dekat pada Tuhan.
Lebih dari 8 jam operasi berlangsung. Dan puji Tuhan, operasinya berhasil. Tika adalah anak yang kuat. Tika mampu mengingat semua orang. Tika ingat nama ayah dan ibunya. Mereka menyampaikan rasa menyesalnya pada Tika karena perlakuan mereka pada Tika. Tetapi Tika tidak pernah menyalahkan orangtuanya.
Saat ini Tika sudah sembuh. Tuhan memang selalu dapat membuat mukjizat. Tika saat ini sudah dapat belajar dan bersekolah lagi. Bahkan bukan hanya itu. Melalui peristiwa ini, orangtua Tika diubahkan menjadi pribadi yang hangat dan penuh kasih sayang. Tika sangat senang dengan keadaan orangtuanya sekarang. Tuhan sudah membuat mukjizat ditengah kehidupan mereka. (Kisah ini ditayangkan 2 Oktober 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).