Ada beberapa dari kita yang sudah tahu apa yang diinginkan saat mereka dewasa sejak kecil, dan dengan ketekunannya mereka bisa mencapainya. Tetapi biasanya proses menemukan cita-cita adalah perjalanan yang panjang, membingungkan, dan tidak mudah. Jika Anda tipe orang yang memiliki satu atau beberapa role model yang dekat dengan Anda, mungkin proses imitasi bisa berjalan dengan lancar, sampai Anda menemukan sesuatu yang benar-benar menjadi passion hidup Anda.
Tetapi kalau Anda berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja, berteman dengan orang-orang biasa, dididik dengan pendidik yang juga biasa, dan kurang banyak memiliki pengalaman berkesan dan informasi aktual dalam hidup, mungkin Anda akan menjawab, "Masih bingung!" saat ditanya apa cita-citanya, atau menjawab dengan jawaban standar:"Dokter", "Model iklan", atau "Pilot"-karena memang profesi-profesi tersebut sangat menarik di mata anak-anak.
Maria Shriver, istri dari Arnold Schwarzenegger-aktor Hollywood yang dua kali terpilih menjadi Gubernur Negara Bagian California-beruntung bisa menemukan tujuan hidupnya pada usianya yang keenam belas. Sebagai anggota keluarga yang banyak berkecimpung di dunia politik (ayahnya pernah jadi duta besar dan pernah mencalonkan diri jadi Wakil Presiden Amerika Serikat, sementara ibunya adalah saudara kandung Presiden John F. Kennedy serta Senator Bobby dan Ted Kennedy) dan banyak bertemu dengan wartawan-wartawan, Maria memutuskan menjadi wartawan televisi ketika ia remaja. Saat dewasa, ia bergabung dengan NBC News dan akhirnya mencapai cita-citanya, sampai akhirnya statusnya sebagai Ibu Negara Bagian membuat ia harus mengundurkan diri. Akibatnya, ia terkena semacam sindrom krisis identitas dan bingung mengenai peran apa yang harus disematkan di belakang namanya.
Terkadang, kita baru memutuskan cita-cita kita setelah dewasa, mungkin setelah kita menemukan apa antusiasme kita. Tapi banyak juga para orang dewasa yang masih bergulat menemukan jawaban dari pertanyaan sederhana tersebut, "Mau jadi apa nanti kalau kamu dewasa?" Dan yang menyesakkan-dan ini sering terjadi-ketika Anda sudah benar-benar dewasa dan belum tahu apa yang benar-benar Anda inginkan, Anda lantas menyerah dan menjalani hidup apa adanya. Anda mungkin mengira waktu Anda telah habis, padahal tidak. Hidup masih terus berjalan, dan Anda masih bisa menulis babak selanjutnya, tak peduli berapapun usia Anda.
Just who will you be? Kalau boleh mengkhayal, mungkin Anda akan mengatakan profesi apapun yang Anda idam-idamkan tetapi belum terpenuhi. Atau Anda adalah salah satu yang beruntung dengan menyebutkan dengan lantang dan percaya diri profesi Anda saat ini, karena merasa sudah menemukan apa yang Anda inginkan. Tidak, tidak. Dari awal artikel ini, memang Anda telah dijebak dan diarahkan untuk menjawab dengan menyebutkan peran atau profesi. Padahal pertanyaannya adalah who, bukan what. Akan jadi siapakah Anda? Siapa pribadi yang Anda inginkan? Siapa Anda?
Mungkin Anda pernah dihadapkan pada kalimat: "Saya adalah .............." Ada orang-orang tertentu yang cuma butuh waktu satu detik untuk mengisinya, mengacu pada title atau jabatan mereka saat itu, status pernikahan mereka, berapa orang anak mereka, atau riwayat hidup mereka, dan prestasi yang telah mereka raih. Ada juga yang mengisinya dengan nama mereka sendiri, sederhana saja. Tetapi pahamkah Anda bahwa apa yang Anda tulis pada titik-titik tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting, yang menentukan siapa diri Anda, apa nilai-nilai yang Anda anut, dan seberapa Anda mencintai diri Anda sendiri?
Coba bayangkan jika Anda menulis bodoh, jelek, gagal pada titik-titik tersebut. Bayangkan lagi jika Anda menulis orang biasa. Saat itu, hukum gaya tarik akan bekerja dan melontarkan Anda yang bodoh, jelek, gagal, dan hanya orang biasa. Bandingkan dengan jika Anda menulis pemenang. Atau penyemangat. Atau si cantik. Beda kan, rasanya? Nah, jika Anda dihadapkan kembali pada kalimat "Saya adalah ...............", mungkin Anda akan berpikir cukup lama sebelum mengisi titik-titik tersebut.
Maria Shriver menulis dalam bukunya yang berjudul sama dengan artikel ini, "Satu-satunya jalan untuk menemukan makna kehidupan adalah dengan menemukan suara hatimu sendiri, menemukan jalanmu, mengikuti hatimu, dan menjalani hidup orang lain-bukan mengimitasi orang lain."
Menjadi siapa diri kita tidak ada kaitannya dengan faktor-faktor luar. Anda memiliki nilai sebagai seorang manusia-bukan hanya karena pekerjaan Anda, riwayat hidup, berapa orang anak Anda, siapa yang Anda nikahi, berasal dari keluarga mana, atau bagaimana penampilan Anda. Anda akan paham bahwa Anda tidak perlu mendefinisikan nama Anda dengan pekerjaan tertentu atau nama tertentu atau peran tertentu untuk menjelaskan siapa diri Anda.
Krisis identitas bisa terjadi kapan saja: saat Anda beralih dari anak-anak ke usia remaja, saat Anda beralih dari pelajar ke mahasiswa, dari mahasiswa ke pekerjaan pertama Anda, saat Anda menikah, punya anak, punya cucu, pensiun, menemukan pekerjaan atau peran baru di masyarakat, pokoknya kapan saja. Itulah saat Anda kembali mengacu pada who you are atau siapa diri Anda. Apakah Anda seorang yang periang? Seorang yang pandai memimpin? Pemberani? Penyayang? Terkenal? Sukses? Galilah ke dalam diri Anda untuk menemukan jawabannya, dan teruslah mengajukan pertanyaan yang sama setiap periode tertentu, karena mungkin Anda terkejut karena hal-hal positif yang mengikuti kalimat "Saya adalah.........." terus-menerus berubah selama masa kehidupan Anda.
Sumber : hanyawanita.com