Bakmi Kadin, Sensasi Bakmi Jawa Tiada Duanya

Entertainment / 10 September 2009

Kalangan Sendiri

Bakmi Kadin, Sensasi Bakmi Jawa Tiada Duanya

Lestari99 Official Writer
4571

Ingin melepas hasrat makan enak di Yogyakarta? Coba Anda mampir ke Bakmi Kadin yang sudah sangat kondang di seantero Kota Gudeg itu. Di sana Anda bakal menemukan sensasi rasa bakmi jawa yang tiada duanya. Sebuah perpaduan yang sempurna antara mi, kuah dan ubarampe-nya.

Pendiri Bakmi Kadin adalah Bapak Karto Pawiro, Kini dikelola oleh generasi kedua, yakni Pak Rochadi. Pada papan nama terpampang foto dan tulisan pemilik. Foto di sebelah kanan adalah Pak Rochadi, sedangkan di sebelah kiri adalah Ibu Hj. Karto (istri sang pendiri).

Saat awal berjualan tahun 1947, Pak Karto menggunakan sebuah gerobak yang didorong dari rumah hingga ke tempat tujuan. Setiap hari, istri dan anaknya setia menemaninya berjualan. Menu yang dijual pun tak berubah hingga sekarang, yaitu bakmi, baik yang digoreng maupun yang direbus (godhog). Dalam perkembangannya kini juga menjual cap cay.

Harga per porsi bakmi bervariasi, tergantung pesanan. Seporsi bakmi goreng maupun godhog tanpa telur dibandrol Rp11.000, dengan telur Rp15.000, sedanghkan bakmi jumbo goreng maupun godhog super dengan telur harganya cukup lumayan Rp28.000. Tapi harga tersebut sangat pantas untuk sebuah citarasa yang berkelas.

Setelah menikmati sensasi rasa bakmi yang "nendang" habis, kurang afdol rasanya kalau tidak mencoba minumannya. Minuman khas yang menjadi teman makan bakmi di tempat ini adalah bajigur yang merupakan campuran dari santan, kelapa muda yang dipotong kecil-kecil, roti tawar, kolang-kaling, dan jahe. Minuman hangat ini tampaknya sudah ‘jodoh' dengan sepiring bakmi godhog atau bakmi goreng yang panas berasap. Selain bajigur, tersedia juga minuman lain, seperti es jeruk dan es teh. Segelas bajigur dan es teh dipatok Rp3.500, sedangkan es teh Rp2.000.

Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelengkap menu bakmi juga spesial. Telur yang digunakan bukan telur ayam, melainkan telur itik, sedangkan ayam yang digunakan adalah ayam kampung yang dipilih langsung oleh pak Rochadi sebelum disembelih. Pantang bagi Pak Rochadi menggunakan ayam yang sudah dipotong. Dengan begitu, mutu ayamnya selalu terjamin. Seperti bakmi jawa pada umumnya, Bakmi Kadin juga menyertakan irisan kekian (sejenis cakwe) yang kenyal.

Soal rasa, pantas mendapat acungan dua jempol. Tekstur bakminya benar-benar kenyal berpadu dengan rasa kuahnya yang gurih. Bakmi gorengnya tidak terlalu manis, sangat pas terasa di lidah. Suwiran ayamnya yang empuk membuat kita sibuk mencarinya di antara tumpukan bakmi yang menggunung. Bagi yang suka pedas, cabai rawit utuh siap membuat Anda mendesis-desis kepedasan.

Kompor arang (anglo) menjadi andalan Pak Rochadi ketika memasak. Aroma dan rasa yang ditimbulkan dari kompor arang ini konon bisa membuat masakan menjadi lebih lezat. Dulu, Pak Rochadi turun tangan sendiri meracik dan memasak bakmi pesanan pelanggannya. Tapi kini beliau menyerahkan tugas itu ke beberapa keponakannya. Jangan kuatir soal rasa karena Pak Rochadi secara rutin mengontrol dan mencicipi masakan mereka.

Kelezatan rasa Bakmi Kadin ternyata juga sampai ke Jakarta. Saat Presiden Soeharto memerintah, Bakmi Kadin selalu diundang ke Istana Negara setiap perayaan 17 Agustus. Setelah acara selesai, pasti diminta datang ke pertemuan keluarga besar Cendana untuk menyediakan konsumsi keluarga presiden saat itu. Para pejabat di Yogyakarta atau pejabat yang sedang berkunjung ke Yogyakarta pun menjadi pelanggan setianya.

Ingin ke sana? Cari saja Jalan Bintaran Kulon. Dari Jalan Malioboro ke arah Selatan. Anda bakal menemukan kantor pos besar di dekat alun-alun utara, lantas belok ke arah timur. Lurus saja. Arahkan kendaraan Anda ke kanan setelah menemui Super Indo. Di sana sudah terlihat papan nama Bakmi Kadin.

Seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon semakin kencang pula tertiup angin. Tampaknya pepatah lama ini dialami pula oleh Pak Rochadi sebagai pewaris Bakmi Kadin yang asli. Kini, ternyata banyak ditemukan warung serupa yang memanfaatkan nama Bakmi Kadin tanpa seizinnya. Karena itu, pada papan nama, Pak Rochadi menambahinya dengan embel-embel "yang asli". Bakmi Kadin kini memiliki cabang asli, tetapi hanya dua, di Jakarta dan Semarang.

Sumber : agromedia
Halaman :
1

Ikuti Kami