Bayi Yang Sering Digendong Lebih Cerdas

Psikologi / 4 September 2009

Kalangan Sendiri

Bayi Yang Sering Digendong Lebih Cerdas

Puji Astuti Official Writer
29372

Untuk bayi yang sering digendong, sering timbul istilah"bau tangan". Para ibu muda yang baru memiliki bayi sering dinasihati jangan terlalu sering digendong, nanti membuatnya manja. Sebenarnya, keinginan bayi untuk digendong merupakan hal yang alami.

Selama sembilan bulan dalam kandungan ibunya, seorang bayi seolah berada dalam ayunan. Sehingga ketika lahir, dia mencari kenyamanan yang sama dengan digendong. Menurut Karen Sokal-Gutierrez, MD, staf pengajar School of Public Health, University of California Berkeley, bayi di bawah usia tiga bulan memang terlihat sangat membutuhkan bantuan orang yang ada disekitarnya.

 

Berbagai kajian ilmiah menunjukkan, ketika bayi-bayi menangis segera digendong dan diperhatikan kebutuhannya, timbullah perasaan aman. Stres dan kecemasannya berkurang dan akhirnya, bayi menangis lebih sedikit. "Jadi menggendong bayi yang menangis itu bagus, tidak akan memanjakannya," ujarnya.

 

Lebih lanjut, Gutierrez yang juga Ketua Komisi Early Childhood Adoption and Dependent Care pada American Academy of Pediatrics itu menjelaskan, sebagian dokter ahli anak menyebut periode tiga bulan pertama hidup bayi sebagai ‘trimester keempat kehamilan'. Bayi-bayi muda akan merasa lebih nyaman di dalam lingkungan yang mirip rahim ibu, tempat di mana mereka selalu didekap erat, selalu hangat dan diayun-ayun. Maka secara alamiah mereka merasa aman dan nyaman jika digendong, dibedong dan ditimang.

 

Tapi, setelah usia tiga bulan, bayi-bayi ingin sedikit mandiri. Mereka masih senang digendong, tapi kadang tertarik juga mengamati dan menjelajah sekitar. Bayi usia empat bulan bisa ditelentangkan supaya menggerak-gerakkan lengan dan menjangkau kakinya. Atau, ditengkurapkan supaya berlatih mengangkat kepala dan dada.

 

Dia menekankan, setiap bayi dan orangtua berbeda. Ada bayi yang perlu segudang perhatian, ada yang senang tidur melulu atau main sendiri. Ada orangtua yang tak bosan-bosannya menggendong bayi, ada yang ingin bayinya belajar mandiri dengan bermain dan tidur sendiri. Budaya yang berbeda punya kebiasaan berbeda pula. Para orangtua perlu menetapkan apa yang cocok dan paling memungkinkan untuk mereka dan bayinya.

 

Pam Leo, seorang parent educator di Gorham, Maine, Amerika Serikat mengungkapkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi-bayi yang digendong sepanjang waktu, dan terpenuhi semua kebutuhan-atas-sentuhannya sepanjang tahun pertama tidak menjadi bayi yang lengket atau terlalu tergantung pada orang. Sebaliknya bayi-bayi tersebut lebih jarang menangis, tumbuh lebih bahagia, lebih cerdas, lebih mandiri, lebih penuh kasih dan lebih ramah ketimbang bayi-bayi yang kebanyakan ditaruh di kursi, di buaian, di tempat tidur atau di alat bantu lainnya yang tak memerlukan kontak dengan manusia.

 

Menggendong bayi juga diyakini sebagai bagian vital dari rencana biologis alam dalam menciptakan ikatan kasih sayang ibu-bayi, serta amat penting bagi pengembangan kepercayaan, empati, belas kasih dan hati nurani. "Penelitian menegaskan menggendong bayi manusia mengembangkan kecerdasan dan kapasitas bayi dalam hal kepercayaan, kasih sayang, keintiman, cinta dan kebahagiaan," tuturnya.

Sumber : Republika.co.id
Halaman :
1

Ikuti Kami