Waktu kecil aku suka sekali bermain di taman. Biasanya permainan yang disediakan di taman umumnya selalu ada permainan seperti ayunan, putar-putar, perosotan dan jungkat jungkit. Nah, di antara semuanya itu aku paling suka main jungkat jungkit, mainan yang biasanya terbuat dari sebalok besi atau kayu, yang di kedua sisinya bisa di duduki.
Sebaliknya jungkat-jungkit dimainkan oleh orang yang berat badannya seimbang, kalau tidak maka permainannya kurang seru. Naik turun karena seorang yang lain kadang berada di atas, kadang di bawah, karena ada penumpang di tengahnya. Yang serunya adalah ketika kita berada di atas. Banyak hal yang kita lihat ketika berada di atas. Pandangan yang lebih luas. Tetapi untuk berada di atas lagi, kita harus kembali berada di bawah dulu. Kita tidak bisa ingin di atas terus dan kita tidak bisa bermain sendirian. Harus ada orang lain sebagai penyeimbang untuk bisa menopang berat badan kita sehingga kita bisa terus bermain.
Begitulah persahabatan, keduanya saling menyeimbangi. Tidak ada yang lebih dari keduanya. Ketika yang satu ada diatas, dia akan mengangkat yang di bawah. Ketika yang satu ada di bawah, dia akan diangkat ke atas. Untuk itulah seorang sahabat ada, agar kita terus bisa berjalan bersama.
Semakin lama jalinan persahabatan, semakin dapat kita ketahui apakah dia ataupun diri kita adalah seorang sahabat sejati. Sahabat adalah seseorang yang bukan hanya menegur tapi juga mau ditegur, seseorang yang bukan hanya mengajar tapi juga mau diajar, seseorang yang bukan hanya ingin dimengerti tapi juga mengerti, seseorang yang mau menerima masukkan, saran, kritik, walaupun mungkin itu hal yang menyakitkan.
Seorang sahabat tidak berpura-pura baik, berpura-pura senang, atau berpura-pura mendukung jika tahu sahabatnya salah. Tetapi sahabat tidak akan meninggalkan ketika ia tahu temannya salah. Ia akan terus mendukung dan menopang dalam keadaan yang sulit. Karena itulah saat ketika yang diatas menjadi penyeimbang yang di bawah.
Sumber : Rumahrenungan.com