Jangan Mau tertipu Iklan!

Investment / 1 September 2009

Kalangan Sendiri

Jangan Mau tertipu Iklan!

Tammy Official Writer
3572
Masa sekarang semua perusahaan gencar mempromosikan produk dan juga jasanya. Banyak perusahaan yang memasang budget besar untuk memasang iklan mengenai produk atau jasa yang ditawarkan. Kita sebagai calon konsumen harus pintar menyikapi tawaran yang menggiurkan dari iklan-iklan tersebut.

Memang, dalam perkembangan ilmu manajemen pemasaran, konsep-konsep yang paling sering diterapkan pada konsumen adalah konsep yang berhubungan dengan emosi konsumen, seperti experience economy, experential marketing, emotional branding, dan sebagainya. Emosi inilah yang menjadi sasaran para produsen untuk menarik orang guna membelanjakan uang karena keinginan sudah diubah menjadi "kebutuhan."

Dengan demikian, sasaran iklan adalah membuat seseorang tidak menggunakan pikiran dan hanya menggunakan hati ketika mereka membeli barang. Hal ini akan membuat mereka lebih mudah membeli suatu barang karena sering kali hati dan pikiran tidak bisa berjalan seimbang. Jika pikiran diikutsertakan dalam membeli barang, biasanya mereka akan berhati-hati dalam melakukan pembelian. Oleh karena itu, iklan berusaha membuat pikiran tidak ikut serta ketika melakukan pembelian.

Sekarang, mari kita lihat bagaimana cara perusahaan memasarkan produk mereka sehingga kita bisa mempersiapkan diri agar tidak terjebak dengan iklan yang mereka buat.

Cara 1: Iklan Sering Kali Menggunakan Orang Sukses
Dengan menggunakan orang yang sukses/berhasil di suatu bidang, iklan berusaha menyamakan produk mereka dengan kesuksesan bintang iklannya. Kita bisa menyimpulkan bahwa iklan sering kali menawarkan suatu konsep bahwa selera berhubungan erat dengan keberhasilan. Jadi, iklan akan berusaha membuat barang yang ditawarkan berhubungan langsung dengan kesuksesan seorang tokoh yang sudah terkenal. Padahal kita tahu bahwa tidak ada hubungan antara selera dengan keberhasilan.

Cara 2: Iklan Sering Dirancang Untuk Menyerang Anak-anak
Anak-anak adalah salah satu jenis konsumen yang paling sering dan paling mudah dipengaruhi iklan. Ada beberapa alasan yang mendorong hal ini dilakukan.
Yang pertama, anggapan bahwa orangtua akan senantiasa menuruti keinginan anaknya. Dengan demikian, jika seorang anak menginginkan sesuatu, maka orangtua akan menuruti keinginannya.
Yang kedua, anak-anak gampang sekali dibangkitkan keinginannya terhadap suatu produk. Apalagi pikiran mereka belum matang, sehingga mereka belum mampu mempertimbangkan dan menentukan apakah suatu produk layak dibeli atau tidak. Akibatnya, mereka akan segera meminta apapun keinginan mereka kepada orangtua. Sering kali orangtua juga tidak mampu menolaknya.
Yang ketiga, anak-anak senang mengoleksi sesuatu. Bahkan seringkali seorang anak membeli suatu barang bukan karena menginginkannya, melainkan karena ingin mendapatkan hadiah yang menyertainya.

Cara 3: Iklan Berusaha Menciptakan Kepuasan
Iklan berusaha membuat seolah-olah memberikan solusi bagi seseorang yang mempunyai sikap penolakan dan ketidakpuasan dalam diri mereka. Penolakan diri adalah salah satu problem yang dihadapi kebanyakan manusia. Pembuat iklan sangat menyadari kenyataan ini. Iklan akan berusaha memusatkan pikiran seseorang pada apa yang tidak mereka miliki dan mengusahakan untuk mendapatkan pemuasan dari yang tidak dimiliki tersebut secara instan. Sering kali karena mahalnya harga dari pemuasan keinginan tersebut, banyak perusahaan yang menawarkan pembayaran di belakang untuk beberapa produk mereka. Mereka mengiklankan dengan berkata, "Nikmati apapun yang Anda inginkan sekarang, dan Anda bisa membayar harganya di belakang."

Iklan akan membuat kita membandingkan diri kita dengan apa yang dimiliki orang-orang yang sukses di bidangnya. Mereka akan membandingkan tubuh kita dengan tubuh ideal para bintang film. Mereka akan membandingkan gaya hidup kita dengan gaya hidup orang-orang yang memiliki kekayaan berlebih. Hal ini akan terus berlanjut sampai kita merasa bahwa tidak ada yang memuaskan dari apa yang kita miliki karena kalah jika dibandingkan dengan apa yang dimiliki orang-orang yang ada di iklan. Kita akan mencoba meningkatkan rasa berarti dalam diri kita dengan membeli barang-barang dan berusaha mempunyai gaya hidup yang sama dengan yang kita lihat pada iklan.

AdvertisingCara 4: Iklan Biasanya Memaksa Orang Untuk Membuat Keputusan Dengan Segera
Dalam waktu singkat, biasanya orang masih belum bisa berpikir secara menyeluruh. Mereka belum bisa menggunakan logika untuk menyelidiki kemungkinan kerugian yang akan mereka dapat ketika membeli suatu produk. Yang ada dalam pikiran mereka hanyalah keuntungan dari pembelian suatu produk. Jika mereka mempunyai tambahan waktu untuk berpikir, biasanya mereka baru bisa melihat banyak kerugian yang mengikuti pembelian suatu produk.

Oleh karena kondisi seperti inilah, iklan biasanya akan membuat kita segera memutuskan untuk membeli suatu produk. Dengan demikian, kita tidak bisa berpikir secara menyeluruh sebelum membeli suatu produk. Dalam iklan biasanya ditimbulkan kesan bahwa saat membeli yang paling tepat adalah sekarang. Seolah-olah kita akan mengalami kerugian yang sangat besar bila tidak membeli produk itu sekarang juga. Sering kali, dalam iklan diberi tambahan kata-kata seperti berikut ini, "hanya untuk 30 pembeli pertama" atau "hanya hari ini," dan sebagainya. Dengan kata-kata seperti ini, iklan menyatakan bahwa kita akan kehilangan kesempatan yang menguntungkan bila kita tidak membelinya sekarang.

Oleh karena itu, setelah kita mengerti hal ini, janganlah mengikuti apa yang iklan ingin kita lakukan, yaitu membeli dengan tergesa-gesa. Selalu sediakan waktu berpikir sebelum membeli suatu produk. Jangan khawatir mengenai kesempatan yang seolah-olah hilang jika kita tidak membeli suatu produk dalam jangka waktu tertentu. Pasti ada penawaran yang persis atau bahkan lebih baik pada waktu yang lain. Jangan biarkan diri kita membeli suatu produk sebelum mengevaluasi dengan seksama keuntungan dan kerugian dari membeli produk tersebut.

Cara 5: Iklan Ingin Menonjolkan Kelebihan Produk Dan Menyamarkan Kekurangannya
Iklan memiliki kode etik yang menyatakan bahwa apa yang ditulis dalam iklan harus sesuai dengan kenyataan. Memang, hampir semua iklan mematuhi kode etik tersebut. Namun, mereka menuliskannya dengan gaya yang sedikit berbeda sehingga perhatian utama dari orang yang membaca iklan adalah keuntungan produk tersebut, bukan kelemahannya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menulis keuntungan dari produk tersebut dengan huruf besar dan mencolok sedangkan kelemahan produk tersebut ditulis dengan huruf kecil, seperti iklan rokok.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah menulis keuntungan dari suatu produk secara mencolok. Kemudian menuliskan syarat penting untuk mendapatkan keuntungan tersebut dengan huruf kecil sehingga tersamar. Contohnya adalah iklan suku bunga tabungan suatu bank. Dalam iklan ini, ditulis besar-besar suku bunga yang ditawarkan sebesar 14% per tahun. Padahal bank-bank lain hanya memberikan bunga maksimal 12% per tahun. Yang tidak diketahui adalah ada syarat yang ditulis dengan huruf sangat kecil di bawah iklan tersebut yang menyatakan bahwa suku bunga tersebut hanya berlaku untuk saldo tabungan di atas 1 milyar rupiah.

Dengan demikian, kita sebagai konsumen harus berhati-hati dalam mencermati iklan. Jangan percaya sepenuhnya kepada iklan. Carilah informasi tambahan sebelum membeli suatu produk sehingga kita mendapati produk yang sesuai dengan yang kita harapkan.

Cara 6: Iklan Dirancang Sesuai Dengan Keinginan Mata Dan Keinginan Daging Manusia
Iklan memang dirancang untuk memuaskan keinginan mata dan keinginan daging manusia. Para pembuat iklan mengerti dengan jelas apa yang dicari manusia pada umumnya. Tanpa disadari, iklan mempengaruhi cara pikir seseorang. Mereka menganggap bahwa barang-barang yang ditawarkan akan membantu memuaskan keinginan mata dan keinginan daging.

Iklan mengerti betul apa yang diinginkan oleh kebanyakan manusia. Oleh karena itu, iklan menawarkan pemenuhan keinginan-keinginan melalui barang yang mereka tawarkan.

Cara 7: Iklan Memfasilitasi Pemenuhan Keangkuhan Hidup
Iklan akan berusaha membuat orang menilai status seseorang berdasarkan barang yang mereka miliki. Para pemilik perusahaan akan berbahagia jika banyak orang menghubungkan posisi sosial mereka dengan barang yang mereka miliki. Hal ini akan mengakibatkan banyak di antara mereka yang membeli suatu produk bukan karena membutuhkan, melainkan karena ingin meningkatkan status sosial. Dengan demikian, secara tidak langsung orang ditawari barang yang sebenarnya tidak mereka perlukan, tetapi mereka harus memilikinya supaya status sosialnya meningkat.

Sumber : All About Money/Tmy
Halaman :
1

Ikuti Kami