Kedekatan ibu dua orang anak ini terhadap dunia seni memang bukan tanpa alasan, ia dilahirkan dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang mencintai dan terlibat langsung dalam aktifitas kesenian, Josephine Linggar sang bunda adalah seorang pelukis yang masih aktif hingga saat ini, demikian juga keluarganya yang lain yang berprofesi sebagai Fotographer dan Disain.
Diakui perempuan yang beberapa waktu lalu menggelar acara SariWangi Art Appreciation Day, sebuah event yang menganugerahkan penghargaan pada 6 seniman perempuan bertalenta, yaitu: Neneng Ferrier, Tiarma Sirait, Indyra, Arahmaini, Laksmi Shitaresmi, dan Yani Sastranegara ini mengakui bahwa keterlibatannya di dunia seni bukan hanya karena kecintaannya semata tetapi ia juga melihat ada peluang besar untuk mengeksplor kesenian Indonesia ke berbagai penjuru dunia.
"Menurut saya potensi orang Indonesia dibidang ini sangat besar, secara skill mereka sangat modern sementara secara kultur mereka sangat kuat, jadi saya melihat dua kekuatan itu adalah sebuah kekayaan bangsa yang tak ternilai. Saya juga melihat, bahwa seni itu bisa digunakan buat bicara banyak hal, kita bisa bicara politik, sosial dan berbagai hal tanpa harus melalui prosedur yang rumit. Mungkin itu ya yang memotivasi saya hingga saya terlibat dengan dunia ini," beber perempuan yang hobi membaca dan menulis ini.
Sejak masih kecil kesukaannya terhadap dunia seni memang sudah menonjol, selepas SMU Mia mengutarakan niatnya untuk belajar mengenai seni secara formal, untunglah Mia memiliki orang tua yang selalu mendukung penuh apa yang menjadi keinginan anak-anaknya. Ditahun 1996 hingga 1997 Mia menghabiskan wktunya untuk belajar di Columbus College of Art and Design, Ohio, USA.
Di tahun 1998, bungsu dari lima bersaudara ini kembali ke Indonesia untuk membantu sang ibu mengurus LINGGARseni sebelum akhirnya di tahun 1999 ia memutuskan untuk kembali memperdalam ilmu seni di Victorian College of the Arts, Melbourne University, Australia.
Selama di Australia, Mia berkesempatan untuk menimba pengalaman dengan bergabung di Monash Gallery of Arts, Victoria, Australia pada tahun 2003. Ditahun yang sama Mia juga sempat mengecap pengalaman bekerja di Chanel Cosmetic Melbourne Australia sebelum akhirnya ditahun 2006 ia berhasil membujuk sang suami untuk kembali ke Indonesia guna memenuhi permintaan sang ibu untuk mengambil alih kepengurusan LINGGARseni dari tangan ibunya.
"Waktu itu mama mengaku sudah terlalu tua untuk mengurus galeri, jadi mama meminta saya untuk meneruskan mengurus dan membangun LINGGARseni. Sejak tahun 2007 lalu saya mulai memugar LINGGARseni dari yang awalnya tradisional menjadi lebih modern hingga lebih resperentatif digunakan untuk berbagai pameran dan kegiatan lainnya, seperti sekolah seni dan museum kecil untuk mengumpulkan berbagai catalog kesenian yang berguna sebagai literatur bagi para pecinta seni" ujar Finalist Australian Alumni Award 2009, kategori arts and culture Indonesia ini.
Diminta pendapatnya tentang perempuan Indonesia, dengan sangat hati-hati Mia berkomentar bahwa perempuan Indonesia itu sangat menarik, "Perempuan Indonesia itu sangat menarik karena mereka bisa menjadi dua hal sekaligus, mereka bisa modern sekaligus tradisional, dalam artian mereka bisa berpikir, bersikap, dan berpenampilan modern tetapi dengan jiwa yang tradisional. Dan buat saya emansipasi itu hanya perbedaan peran," tutur perempuan yang aktif menulis tentang seni di Jakarta Java Kini.
Mia juga setuju bahwa perempuan itu tak melulu harus mengurus rumah tangga, "Perempuan juga bisa kok berkarir. Perempuan diciptakan untuk menjadi manusia super, ia bisa bekerja sekaligus mengurus rumah tangga, sesuatu yang mungkin tidak bisa dilakukan para lelaki, jadi kenapa juga tak mengembangkan kemampuannya dalam berkarir, tetapi dengan satu syarat mana yang harus diprioritaskan lebih dulu rumah tangga atau karir," imbuh Mia dengan senyum mengembang.
Sumber : perempuan.com