Bagi penderita tunanetra, sepertinya penemuan baru ini akan benar-benar dapat membantu mereka. Pasalnya, sejumlah peneliti di Bristol University, Inggris, membuat helm khusus untuk orang buta yang dilengkapi dengan global positioning system. Dengan hal ini, penyandang tunanetra tak perlu lagi memakai tongkat untuk menuntun langkah mereka. Dengan jangkauan sudut 60 derajat, sensor helm ini mampu mengidentifikasi benda diam (seperti pohon, tangga, kursi) dan benda bergerak (mobil, manusia atau hewan) dalam radius 4,5 meter.
Informasi yang ditangkap sensor itu diolah dalam sebuah microchip dan diteruskan menjadi suara ke headphone. Dengan begitu, pemakainya akan mengetahui benda-benada apa saja yang ada di sekelilingnya. Sayangnya, alat bantu yang dirilis dua pekan lalu ini dan dikutip di majalah Popular Science belum bisa mengolah situasi berbahaya seperti kerusuhan, luas dan kedalaman lubang trotoar, atau menunjukkan dan menuntun pemakainya ke arah yang aman.
Karena hal itulah, para peneliti sedang menyempurnakan helm prototipe kedua yang sudah dilengkapi dua kamera digital perekam perjalanan pemakainya. Bahasa juga akan dimodifikasi menjadi lebih banyak, terutama Inggris, sebelum dilepas di pasaran. Karena helm yang saat ini sudah diluncurkan, bahasa penunjuk masih bahasa Spanyol. Hal ini disebabkan alat ini merupakan pengembangan dari identifikasi suara ke dalam gambar tiga dimensi yang dirancang para peneliti di Universitas Laguna, Spanyol.
Semoga saja pengembangan tipe kedua dari helm ini bisa segera direalisasikan dan dipasarkan tidak hanya di Eropa tapi bisa sampai di negara-negara lain termasuk Indonesia. Karena alat seperti ini akan benar-benar dapat membantu para penderita tunanetra yang selalu membutuhkan bantuan orang lain bila mendatangi tempat baru yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.
Sumber : tempointeraktif / LEP