Sail Bunaken Berlangsung Sukses dan Meriah

Nasional / 20 August 2009

Kalangan Sendiri

Sail Bunaken Berlangsung Sukses dan Meriah

Lestari99 Official Writer
4328

Sebanyak 122 Admiral (Laksamana) dari 33 negara peserta Sail Bunaken 2009, berada di Panggung Kehormatan Teluk Manado menyaksikan parade kapal perang atau "Sailing dan Flying Pass" yang digelar 19 Agustus 2009.

Tampak hadir Panglima Angkatan laut Amerika Serikat (AS), Garry Roughead, Kepala Angkatan Laut Jepang, M Kawamura, serta sejumlah pejabat penting lainnya. Turut hadir pada Sailing dan Flying Pass, Menko Polhukam Widodo AS, Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal, Panglima TNI Jend Joko Santoso, Gubernur Sulut SH Sarundajang, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya, Tedjo Edhy Purdijatno.

Sebelumnya, sebanyak 27 kapal perang dan 165 kapal layar (yacht) dari sejumlah negara peserta Sail Bunaken, mulai bergerak dari Pelabuhan Bitung ke Teluk Manado.

Kepala Biro Humas Pemprov Sulut, Roy Tumiwa mengatakan, sebanyak 27 kapal perang peserta Sailing dan Flying Pass, diantaranya USS George Washinton, Cowpens CG-63, Fitzgerald DDG 61, Mustin DDG 89, McCambel DDG 85, semuanya dari Amerika Serikat.

Kemudian Phuttaloetia Naphalai FF dan Rattanakosin FS441 (Thailand), HMS Echo dan INS Khukri P49 (Inggris), KD Kedah 171 dan KD Tunas Samudera (Malaysia), Manuel L Quezon PS 70 (Filipina), RSS Tenacious dan RSS Darling (Singpura).

Coast Guard Triton (Australia), INS Airavat (India), JDS Kashima, JDS Shimayuki, JDS Yuugiri (Jepang), Guang Zhou (Cina), ROKS Choi Young DDH, Dae Cheong (Korea), PNS Zulfiquar (Pakistan), FS La Somme (Perancis), HMNZS Canbterbury (Selandia Baru).

Kemudian enam KRI dari Indonesia, yakni KRI Ahmad Yani, KRI Slamet Riyadi, KRI Yos Sudarso, KRI Hasanudin, KRI Sultan Iskandar Muda dan KRI Fatahilah, serta dua Tall Ship KRI Dewa Ruci dan KRI Arung Samudera.

Sejumlah pejabat Indonesia, yakni Menteri Kelautan Freddy Numberi, Komandan Pangkalan Utama TNI-AL VIII Laksamana Pertama TNI Willem Rampangilei, Kapolda Sulut Brigjen Pol Bekto Suprapto, Ketua DPRD Sulut, Syahrial Damopolii, Selasa (18/8) berkesempatan berkunjung ke USS George Washington, menggunakan pesawat angkut ringan, C-2A Greyhound dari Bandara Sam Raturangi.

Pendaratan di kapal induk merupakan peristiwa menegangkan bagi mereka yang untuk pertama kali mengalaminya. Pasalnya, landasan kapal induk kelas USS George Washington, hanya sekitar 77 meter yang berada di areal dek kapal seluas 333 x 77 meter persegi. Dari landasan itulah pesawat take-off dan landing, yang bila pilotnya tidak cermat akan berakhir di laut.

Waktu yang diperlukan untuk lepas landas hanya tiga detik sehingga pesawat harus sudah mencapai kecepatan 128 mil per jam agar bisa mengangkasa airborne. Agar bisa mencapai kecepatan setinggi itu, empat mesin pelontar catapult membantu mendorong pesawat dengan tenaga uap. Sebaliknya saat mendarat, pesawat harus berhenti dari kecepatan 105 mil perjam menjadi nol mil perjam dalam waktu dua detik.

Untuk menghentikan pesawat dalam tempo sesingkat itu, empat kawat pengait arrester gear cable menggaet cantolan yang ada di dekat roda pendarat bagian belakang, sehingga pesawat dapat berhenti sempurna di ujung landasan. Bila gagal, maka dipastikan pesawat itu akan tercebur ke laut di haluan kapal.

Bagaimana rasanya berhenti dari kecepatan 105 menjadi nol? Badan yang terikat kuat safety belt empat titik di bangku tetap nyaman, tetapi leher terasa terhempas ke depan hingga dagu menyentuh dada. Saat lepas landas, leher lebih nyaman, sebab kepala tersandar aman di sandaran kursi.

Mereka yang penah mendarat dan lepas landas di kapal induk, biasanya mendapat sertifikat yang ditandatangani komandan kapal, atas keberanian mereka mengambil resiko untuk mengikuti petualangan tersebut. Dan yang pasti, tidak sembarang orang boleh mengikutinya.

Sumber : Berbagai Sumber / LEP
Halaman :
1

Ikuti Kami