Sifat pun Diwariskan Secara Genetik

Parenting / 15 August 2009

Kalangan Sendiri

Sifat pun Diwariskan Secara Genetik

Lestari99 Official Writer
5397

Ada satu kisah tentang seorang pelaut tua. Pelaut ini gemar merokok, dan ketika burung beo kesayangannya menderita batuk menahun, ia memanggil dokter hewan untuk memeriksa burung beo-nya karena dia sangat sayang dengan beo tersebut.

Beberapa kali datang bahkan ganti dokter hewan, sang dokter tidak bisa juga menyembuhkan sakit burung beo tersebut. Sang pelaut akhirnya berhenti merokok, kuatir asap rokoknyalah yang menyebabkan beo-nya batuk-batuk. Si pelaut pun hidup sehat dan sembuh dari batuknya, dan ternyata beo-nya pun berhenti batuknya.

Sang beo berhenti batuk bukan karena dia sembuh dari sakit batuk. Selama ini pun dia sehat-sehat saja, sehingga tidak ada dokter hewan yang bisa menemukan dan menyembuhkan batuk sang beo, karena sang beo bukan sakit batuk, tetapi selama ini dia ‘menirukan' batuk tuannya.

Betapa sering kejadian serupa ini sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang para orangtua kecewa dan putus asa melihat anak-anak mereka bertambah nakal. Tanpa disadari, acapkali anak-anak meniru gaya hidup orangtua mereka. Anak-anak meneruskan sikap orangtuanya.

Yohanes 13:15, sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.

Matius 7:3-5, Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Saya berikan ilustrasi ini untuk mengingat bahwa sifat itu diteruskan selain secara genetik, juga lewat pola menirukan. Anak-anak bertengkar, saling menjelekkan dan berbohong, mungkin mereka hanya menirukan orangtua mereka, suami isteri yang saling berbohong. Ketika orangtua berperilaku salah di depan anak-anak, maka anak-anak tidak melakukan apa yang orangtua ajarkan, tetapi apa yang orangtua lakukan.

Kita sering mendengar orang berkata, "Like the father like the son" atau ungkapan "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Ini sebenarnya cukup Alkitabiah, karena kita bisa melihat di Firman Allah kebenaran prinsip tersebut. Sifat diteruskan secara genetik.

Kalau dalam Kejadian 12:10-13, Abraham tidak mengakui bahwa Sara itu isterinya, maka hal yang sama persis juga dilakukan oleh Ishak, anaknya (Kejadian 26:1,6-7).

Kejadian 12:10-13, Ketika kelaparan timbul di negeri itu, pergilah Abram ke Mesir untuk tinggal di situ sebagai orang asing, sebab hebat kelaparan di negeri itu. Pada waktu ia akan masuk ke Mesir, berkatalah ia kepada Sarai, isterinya: "Memang aku tahu, bahwa engkau adalah seorang perempuan yang cantik parasnya. Apabila orang Mesir melihat engkau, mereka akan berkata: Itu isterinya. Jadi mereka akan membunuh aku dan membiarkan engkau hidup. Katakanlah, bahwa engkau adikku, supaya aku diperlakukan mereka dengan baik karena engkau, dan aku dibiarkan hidup oleh sebab engkau."

Kejadian 26:1,6-7, Maka timbullah kelaparan di negeri itu. -- Ini bukan kelaparan yang pertama, yang telah terjadi dalam zaman Abraham. Sebab itu Ishak pergi ke Gerar, kepada Abimelekh, raja orang Filistin. Jadi tinggallah Ishak di Gerar. Ketika orang-orang di tempat itu bertanya tentang isterinya, berkatalah ia: "Dia saudaraku," sebab ia takut mengatakan: "Ia isteriku," karena pikirnya: "Jangan-jangan aku dibunuh oleh penduduk tempat ini karena Ribka, sebab elok parasnya."

Manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah (Kejadian 1:26-27). Gambar Allah ini rusak karena dosa. Manusia rusak gambar Allahnya dan ketika dia punya anak, maka anaknya bukan rupa dan gambar Allah, bukan rupa dan gambar-Nya, tapi rupa dan gambar-nya (Kejadian 5:3).

Kejadian 1:26-27, Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.

Kejadian 5:3, Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya.

Saya sering mengamati anak-anak saya, dan saya juga menjumpai hal  yang sama. Saya dikaruniai tiga anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Saya orang Jawa dan isteri saya keturunan Tionghoa. Kami menikah dengan latar belakang suku, budaya, ekonomi dan kebiasaan-kebiasaan yang sangat berbeda, maka cukup menarik juga bahkan kadang saya geli, tertawa, tertegun mengamati anak-anak kami dan bagaimana sifat-sifat itu diteruskan, diwariskan bahkan tanpa dengan kita mengajarkannya.

Anak saya yang perrtama namanya Nia; rajin menabung, tidak banyak beli, irit, setia, tidak banyak meminta, tidak banyak menuntut, mudah mengalah, serius dengan segala sesuatu, sungguh-sungguh, senang membaca dan baik hati persis seperti mamanya.

Lain lagi anak saya yang kedua, Bena; ia suka catur, suka sekali nonton TV, nonton bola sambil ngemil (saya tidak suka catur dan bola), tapi ia persis seperi opanya yang juga suka catur dan bola.

Levin, anak saya yang ketiga; sanguinis, suka memberi barang-barang kepunyaannya kepada orang lain sampai uangnya habis, gampang mengalah, gampang kasihan, mudah menangis dan mudah kembali tertawa. Kalau ada tamu, yang ribut supaya segera ditemui dan dibuatkan air minum yah anak ketiga ini. Kalau naik mobil mabuk, bahkan sampai ke cita-cita ingin menjadi pelukis, itu semua persis waktu saya masih kecil. Bahkan saya sering ingat diri saya sendiri waktu kanak-kanak kalau melihat tingkah lakunya, bagaimana dia sering garuk-garuk kupingnya dengan keras, kalau marah, ngambek dan menjadi seperti patung di dalam kamar, cara berbicara dan hal lainnya.

Bukan hanya sifat-sifat yang baik, tetapi juga sifat-sifat yang tidak baik. Bahkan kalau Mazmur 58:4 menyatakan bahwa berbohong atau sifat bohong juga diteruskan ke anak ketika mereka masih ada dalam kandungan. Sifat itu juga diteruskan secara genetik.

Mazmur 58:4, Sejak lahir orang-orang fasik telah menyimpang, sejak dari kandungan pendusta-pendusta telah sesat.

Sumber : Jarot Wijanarko – Pemulihan Orangtua - Anak
Halaman :
1

Ikuti Kami