Berunding untuk membuat kesepakatan bisnis tertentu, bahasa kerennya bernegosiasi, memang gampang-gampang susah. Perlu persiapan, ketrampilan, dan strategis khusus agar hasilnya tak meleset dari sasaran. Ketrampilan apa saja yang harus disiapkan untuk menggolkan negosiasi? Apakah ada pedoman tertentu yang harus dipahami para negosiator?
Roger Fisher dan William Ury, dalam bukunya Getting to Yes menulis 4 strategi dasar dalam bernegosiasi:
Pertama, memisahkan pokok permasalahan yang harus kita negosiasikan dengan lawan. Artinya, jangan sampai masalah-masalah kepribadian merintangi proses negosiasi yang sedang berjalan. Tak heran, perusahaan-perusahaan besar biasanya selalu menyiapkan negosiator mereka dalam sebuah tim yang terdiri atas sejumlah personel yang memiliki keahlian berlapis-lapis. Tujuannya, jangan sampai ada konflik kepribadian dengan proses negosiasi.
Kedua, kita harus tahu persis obyektivitas negosiasi dan hasil akhir yang hendak kita bidik. Negosiasi bukanlah soal menang atau kalah, apalagi menghancurkan pihak lawan. Jadi, jangan sampai masalah emosi dan ego membuat kita merasa seolah-olah berada di posisi tawar yang lebih rendah atau lebih tinggi. Fokuskan pikiran pada tujuan negosiasi.
Jangan sampai keberhasilan kita bernegosiasi malah menimbulkan "kerugian" di sisi lain yang sangat mahal harganya. Misalnya, pasca negosiasi, si negosiator malah mendapat musuh baru. Negosiator yang ulung biasanya selalu berhasil mencapai tujuannya, tanpa musuhnya menyadari bahwa mereka berhasil dibawa ke titik kompromi.
Ketiga, satu hal yang paling ditabukan dalam bernegosiasi adalah terjadinya jalan buntu. Negosiator yang mahir selalu mempunyai jurus sakti, oleh Roger Fisher dan William Ury disebut sebagai jalan alternatif. Negosiator ulung selalu bekerja dengan sekian alternatif yang sudah masak-masak dipersiapkan, sehingga mampu menciptakan kompromi yang win-win bagi kedua belah pihak. Pada hakikatnya, situasi win-win adalah posisi ideal yang ingin dicapai para negosiator.
Hal lain yang harus diperhatikan saat melakukan negosiasi adalah sejauh mana terdapat faktor-faktor yang melelahkan lawan kita. Faktor-faktor itu cenderung membuat mereka emosional dan menekan kita. Misalnya, tempat dan waktu negosiasi yang tidak terlalu kondusif, terlalu lama dan bertele-tele.
Itu sebabnya, strategi keempat versi Roger Fisher dan William Ury adalah rampungkan negosiasi dengan cepat, tuntas dan tidak bertele-tele. Negosiator andal lazimnya memiliki sejumlah skenario yang sudah dirancang, dengan memperhitungkan tawaran dan langkah-langkah lawan. Persis seperti dalam permainan catur.
Akhirnya, dalam bernegosiasi, etika dan budaya sering menjadi elemen penting. Negosiator ulung selalu piawai merebut simpati lawan. Ia selalu mahir membuat lawan dan musuhnya merasa dihormati di akhir negosiasi. Negosiasi jawara selalu mengerjakan pekerjaan rumahnya dengan baik. Ia selalu melakukan riset rinci tentang lawan negosiasinya. Apa latar belakangnya, kebiasaannya, serta hobi dan kesukaannya. Jangan heran apabila kebanyakan kontrak bisnis dimenangkan bukan di meja rapat, melainkan di lapangan golf, di ruang karaoke, di kapal pesiar, atau di meja makan restoran.
Sumber : Intisari