Andi Jatmiko, jurnalis asal Indonesia yang bekerja di kantor berita Associated Press (AP) terluka setelah terkena ledakan bom di tengah tugas peliputan di Afghanistan bagian Selatan. Kantor berita AP dan laman CNN, Rabu 12 Agustus 2009, mengungkapkan bahwa Jatmiko bekerja sebagai juru kamera untuk stasiun televisi berita milik AP, APTN.
Insiden terjadi saat Jatmiko bersama dengan rekannya Emilio Morenatti yang berasal dari Spanyol, ikut dalam konvoi pasukan Amerika Serikat (AS), Selasa 11 Agustus 2009. Mobil yang mereka tumpangi terkena ledakan bom yang dipasang di tepi jalan. Menurut AP, mereka terkena bom rakitan, namun tak dijelaskan siapa yang memasang bom itu. Jatmiko langsung dibawa ke rumah sakit militer di kota Kandahar. Ia menderita luka di kaki dan patah dua tulang rusuk. Rekannya, Morenatti, harus merelakan kakinya diamputasi karena luka serius yang dideritanya. Saat ini kedua korban telah dipindahkan ke rumah sakit di Dubai, Uni Emirat Arab.
Jatmiko merupakan jurnalis yang berpengalaman meliput kawasan Asia selama lebih dari 10 tahun. Begitu pula dengan Morenatti yang sudah berpengalaman meliput medan-medan konflik di Afghanistan, Israel dan palestina. Morenatti bahkan baru saja mendapatkan anugeah Newspaper Photographer Of The Year in 2009 oleh lembaga Pictures Of The Year International.
Presiden AP, Tom Curley, mengatakan kecelakaan yang dialami oleh Jatmiko dan Morenatti adalah resiko yang harus mereka hadapi setiap hari ketika berada di garis depan wilayah-wilayah yang paling berbahaya di dunia. Menurut data dari Committe to Protect Journalist yang berbasis di New York, Afghanistan masuk peringkat ke-11 dalam daftar negara yang paling berbahaya bagi jurnalis. Sejak perang saudara di Afghanistan 1992, sudah 18 wartawan terbunuh. Bahkan 16 kematian wartawan terjadi sejak perang melawan teroris di Afghanistan 2001.
Sumber : VIVAnews / LEP