Saya bersyukur atas tekanan besar pada iman yang terjadi pada banyak hamba Tuhan selama beberapa dekade terakhir. Namun, seperti dinyatakan teks di atas, diperlukan iman dan kesabaran untuk mewarisi janji-janji. Bukankah aneh bahwa kita memiliki ‘gerakan iman' yang besar, tetapi tidak pernah mendengar tentang suatu ‘gerakan kesabaran'?
Diperlukan dua sayap bagi seekor rajawali untuk terbang. Jika seekor rajawali harus mencoba terbang dengan hanya satu sayap, maka ia akan berputar-putar dalam lingkaran di atas tanah. Hal yang sama berlaku bagi banyak orang yang mencoba terbang secara rohani dengan iman mereka, tetapi tidak menambah kesabaran. Mereka hanya berputar-putar dalam lingkaran, semakin lama semakin frustrasi dan menendang-nendang banyak debu. Kebenaran apa saja yang kita ajarkan tanpa kebenaran yang mengimbangi akan menuntun kita kepada frustrasi, bukan penggenapan. Seperti kita baca tentang Abraham, yang dipanggil "bapa orang beriman".
Roma 4:18-22Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.Iman sejati tidak akan guncang dengan berjalannya waktu, tetapi justru akan menjadi semakin kuat. Oleh sebab itu, kesabaran adalah bukti dari iman seseorang, apakah nyata atau tidak.
Saya bertemu banyak orang Kristen yang putus asa, yang merasa Allah memberi mereka janji-janji yang tidak digenapi. Apabila ada janji Allah yang tidak digenapi, kita dapat memastikan bahwa seluruh kesalahan ada di pihak kita, bukan Dia. Dia selalu setia kepada firman-Nya.
Jadi, apakah perbuatan kita yang salah? Dalam berbagai kasus, tampaknya kita mengaburkan iman dengan emosi, dan bukan mengikatnya dengan kesabaran. Ada syarat-syarat dari setiap janji Allah. Jika kita tidak melihat janji-Nya digenapi, itu adalah karena kita tidak memenuhi persyaratannya. Memiliki iman adalah salah satu syarat, mempunyai kesabaran adalah syarat lainnya. Jika kita menjadi kecil hati dengan berlalunya waktu, sementara kita harus menantikan penggenapan sebuah janji, maka kita tidak memiliki iman sejati kepada Allah. Iman sejati selalu menjadi semakin kuat dengan berjalannya waktu, bukan menjadi semakin lemah.
Antara tempat di mana bangsa Israel mendapat janji sebuah Tanah Perjanjian dan Tanah Perjanjian itu sendiri terdapat bentangan padang gurun yang sangat berlawanan dari apa yang dijanjikan kepada mereka. Padang gurun membuktikan apakah mereka mempercayai Allah atau meragukan-Nya. Hal yang sama hampir selalu berlaku ketika kita diberi sebuah janji. Seringkali, ada padang gurun yang harus dilalui, yang berlawanan dengan janji Allah, untuk memperoleh penggenapan janji itu. Di tempat seperti inilah kita harus memilih untuk mempercayai Allah, atau menyerah kepada keputusasaan dan mengasihani diri sendiri.
Mengasihani diri sendiri adalah salah satu penghancur utama yang dirancang untuk menghalangi umat Allah berjalan dalam tujuan mereka. Jika kita biarkan diri kita mengasihani dirinya sendiri, maka putus asa akan masuk ke dalam hidup kita, kita akan berkelana dalam lingkaran yang sia-sia seperti generasi pertama bangsa Israel setelah meninggalkan Mesir. Jika kita percaya kepada Allah, maka kita akan memperoleh janji-Nya tepat pada waktunya. Jika kita percaya kepada Allah, maka kita bahkan akan bersukacita di padang gurun, mengucap syukur karena telah dipanggil oleh Allah.
2 Korintus 2:14Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya. Dengan perantaraan kami Ia menyebarkan keharuman pengenalan akan Dia di mana-mana.Sumber : Rick Joyner - 50 Renungan untuk Membangun Visi Anda