Kekuatan vokalnya yang khas sanggup membius telinga para pendengar dengan cara yang tak terlukiskan. Berbagai prestasi internasional sudah diraihnya. Penyanyi bertubuh mungil dengan tinggi badan 154 cm dan berat 45 kg ini tetap eksis dan bertahan meskipun penyanyi pendatang baru terus bermunculan.
Ruth Sahanaya. Sebuah nama yang kerap mengisi berbagai acara konser musik di tanah air dan mancanegara. Tidaklah mengherankan bila ia mempunyai barisan penggemar fanatik yang mengidolakannya. "Ia merupakan penyanyi idola saya dari semasa sekolah dasar sampai dengan kuliah sampai sekarang," ujar seorang penggemarnya.
Perempuan Maluku kelahiran Bandung, 1 September 1966 ini, putri dari Alfares Edward Sahanaya dengan Mathelda David, mulai menghasilkan album semenjak tahun 1987 setelah ia meneken kontrak dengan perusahaan rekaman PT Aquarius Musikindo. Dalam kurun waktu 15 tahun hingga tahun 2002, Ruth yang akrab dipanggil Uthe, menghasilkan tujuh album termasuk album Greatest Hits (2002) dengan tambahan lagu baru berjudul Mengertilah Kasih.
Habis masa kontraknya dengan Aquarius, Uthe menerima tawaran Sony Music Entertainment Indonesia (SMEI) lalu meneken kontrak di awal 2002. Uthe bersama suami sekaligus manajernya, Jeffrey Waworuntu, berharap kerjasama baru ini bisa memasarkan ‘suara' Uthe lebih luas, mengingat jaringan Sony yang mendunia, manajemennya yang solid dan konsep kerjanya yang bagus.
Kini, ia merasa cukup puas bisa mengharumkan nama bangsa lewat berbagai festival nyanyi bertaraf internasional yang diikutinya. Lewat festival-festival itu mentalnya ditempa dan kemampuan vokalnya di atas panggung semakin meningkat.
Festival yang sangat berkesan baginya adalah saat ia menorehkan gelar "Grand Prix Winner" dalam Midnight Sun Song Festival di Finlandia tahun 1992. Dalam festival ini selain membuat namanya semakin dikenal, nama Indonesia pun ikut terbawa karenanya.
Prestasi demi prestasi diukirnya. Atas undangan pihak Mario Frangoulis (penyanyi tenor Yunani), Uthe menjadi vokalis tamu dalam dua kali konser Mario - 5 dan 6 Oktober 2002 - di Herrod Atticus, Acropolis, Athena (Yunani). Dalam pertunjukan itu, Uthe berduet dengan Mario untuk lagu slow Naturaleza Muerta.
Meskipun sudah terkenal, Uthe juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Untuk menunjukkan bahwa betapa harmonisnya kehidupan antar umat beragama di Ambon selama ini sebelum konflik, Uthe bergabung dengan kurang lebih 70 artis penyanyi dan pemusik Maluku dalam sebuah acara televisi - iklan layanan masyarakat - bersama Yopie Latul, Utha Likumahuwa, Jeffrey Waworuntu, Diana Nasution, Minggoes Tahitu, Eva Arnaz, Andre Hehanusa, John Tanamal, Hamdan Att, dan yang lainnya.
Ia juga memenuhi undangan menjadi penyanyi dalam program Bali for the World yang diadakan oleh Bali Tourism Recovery Committee akhir 2002 lalu, dengan tema East-West Collaboration in Peace di Garuda Wisnu kencana, Jimbaran, Bali. Di sini ia berduet dengan Phil Perry menyanyikan lagu What a Wonderful World dan The Best of Me.
Pengalamannya di banyak festival, terutama sejak keberhasilannya meraih penghargaan The best Vocalist Light Music Contest (1985), yang membuatnya dilirik pemusik Aminoto Kosim (yang membawanya ke dapur rekaman), memang termasuk fenomenal. Lagu-lagunya pun tak mudah dilupakan. Astaga, Kaulah Segalanya, Kasih, Bawa Daku Pergi, Bicara Cinta, adalah sederet tembang Uthe yang punya tempat sendiri di hati para penggemarnya.
Wanita pecinta renang yang gemar makanan Cina, Jepang dan Sunda ini memang patut bangga. Sebut saja berbagai konser yang pernah digelarnya: Ruth Sahanaya in Concert (1993, Jakarta), Ruth Sahanaya USA Tour Show (1994 New York, Washington, Houston, San Francisco, Los Angeles), Bicara Cinta Tour (2003, Kallang Theatre Singapore), hingga konser tunggalnya di Jakarta, September 2005 lalu. Tak mengherankan, dunia musik Indonesia ‘menobatkan' Uthe sebagai salah satu diva musik Indonesia.
Di samping itu, ia juga menghasilkan beberapa album rohani dan banyak terlibat dalam kegiatan rohani. Sebagai contoh, ia ikut meramaikan acara pada malam resepsi peringatan Yubelium 75 tahun Paroki Gereja Santo Yusuf Jember tahun 2002 yang lalu guna menghibur para undangan dan peserta misa syukur agung dengan menyanyikan lagu-lagu rohani.
Melihat perjalanan karirnya, perempuan dengan dua putri ini merasa sangat bersyukur. Ia mengatakan bahwa kunci keberhasilannya adalah karena ia selalu berusaha enjoy dengan pekerjaannya. Baginya profesi menyanyi yang dijalaninya bukanlah sebuah beban sebab itu adalah pemberian Tuhan.
Pengharapannya di dalam Tuhan membuat ia tidak takut menjalani semuanya itu. Mungkin semangat inilah yang akhirnya membuat Uthe dan suaminya memberi nama untuk anak pertamanya dengan nama Nadine yang dalam bahasa Perancis berarti pengharapan.
Keberadaan Jeffrey sebagai manajer merupakan dukungan atensi yang luar biasa bagi Uthe. Uthe mengaku terharu karena Jeffrey mau berkorban untuk dirinya dan anak-anak. Sebaliknya, jeffrey menganggap kebesaran nama Uthe yang tak pudar oleh waktu adalah berkat kerja keras Uthe sendiri. Saling memuji dan mengagumi adalah ciri khas pasangan ini. Keduanya juga selalu rendah hati, tak mau mengakui siapa yang lebih banyak memberi kontribusi dalam menjaga kelanggengan rumah tangga.
Discography
Greatest Hits (2002)
Kasih (1999)
Berserah kepada Yesus (1997)
...Uthe! (1996)
Yang Terbaik (1994)
Kaulah Segalanya (1992)
Tak Kuduga (1989)
Seputih Kasih (1987)
Sumber : Berbagai sumber / LEP