Kisah Wanita-wanita Dibalik Burqa

Nasional / 30 July 2009

Kalangan Sendiri

Kisah Wanita-wanita Dibalik Burqa

Puji Astuti Official Writer
3871

Burqa yang dipakai oleh Sima Matin menghalangi pandangannya, selain itu juga membuatnya menderita migraine. Tapi sekarang burqa memberinya masalah baru, burga itu membuatnya tidak bisa dikenali oleh orang-orang yang diharapkannya bisa memilih dia dalam pemilihan parlemen propinsi bulan depan.

Sima merupakan salah satu wanita Afganistan yang menghadapi polemik burqa ini. Sebagai wanita yang hidup di negara islam mereka harus menggunakan burqa dan juga hanya boleh bicara dengan para pria yang merupakan kerabatnya saja. Kini para wanita yang mencalonkan diri untuk menjadi wakil rakyat tersebut harus menghadapi dua hal jika ingin melakukan kampanye dan melepas burqa mereka, pengadilan dan juga di cap sebagai pelacur jika bicara kepada para pria yang akan menjadi calon pemilih mereka.

Pada 20 Agustus nanti, ada dua wanita yang mencalonkan diri menjadi presiden dan 328 akan mencalonkan diri menjadi wakil rakyat untuk 34 provinsi. Di daerah pedesaan  dimana wanita bekerja di dalam rumah dan wajah mereka ditutupi dengan burqa, para kandidat ini terancam kematian dan sebuatan seorang muslim yang buruk.

Sima Matin sepertinya sudah siap dengan segala resiko demi perubahan di bangsanya.  Sima membuka burqanya, dan di siang hari di pergi keluar mengunjungi para pendukungnya. Sambil berkumpul di balik tembok, Sima menjelaskan programnya kepada sekelompok wanita.

"Jika saya mencoba menemui para pria, suami saya melarangnya," jelas Sima. "Jadi bagaimana saya berkampanye? Apa yang saya lakukan bukan hanya untuk wanita. Ini juga untuk para pria. Saya perlu bicara dengan mereka juga."

Saat ini dari 3.196 kandidat kursi di perwakilan provinsi, sekitar 90 persennya akan diduduki para pria.

Perjuangan para wanita-wanita ini memang tidak mudah, salah satu wanita yang telah berhasil duduk di parlemen adalah Fawzia Kufi. Pada saat kampanyenya, kakak kandungnya sempat menurunkan posternya. Sekarang, setelah dia duduk di parlemen posternya tersebut di jual-belikan sebagai barang koleksi.

Tidak hanya itu, Fawzia pernah menjadi sasaran bom namun berhasil selamat. Mengetahui bahwa dirinya bisa mati kapan saja karena apa yang dilakukannya, Fawzia menuliskan sebuah surat wasiat yang di tujukan kepada kedua putrinya. Surat disebut diawalinya seperti ini:

"Shaharzad dan Shuhra yang kekasih, kita semua akan meninggal suatu hari nanti. Tetapi kita bisa merasa bangga jika ketika kita meninggal dunia, kita mewariskan sesuatu yang baik."

Wanita-wanita ini berjuang untuk mewariskan kehidupan yang lebih baik bagi anak cucu mereka. Mungkin bukan hanya wanita-wanita Afganistan yang mengalami pergumulan seperti ini, dibanyak Negara posisi wanita seringkali terpinggirkan.

Bersyukurlah untuk kita yang ada di Indonesia dimana wanita memiliki hak dan kewajiban yang sederajad dengan para pria. Untuk itu, mari jangan sia-siakan apa yang telah kita miliki. Para wanita, mari berjuang untuk kesejahteraan bangsa Indonesia, agar saat kita pergi nanti kita mewariskan Indonesia yang lebih baik.

Sumber : MSN
Halaman :
1

Ikuti Kami