Apabila Hari Ini Hari Terakhirku

Kata Alkitab / 25 July 2009

Kalangan Sendiri

Apabila Hari Ini Hari Terakhirku

Tammy Official Writer
7662
Saya teringat kisah saat saya berbincang-bincang dengan salah seorang pengusaha kaya raya di negeri ini. Ketika perbincangan sudah sampai ke tahap "dari hati ke hati," saya beranikan diri untuk bertanya hal yang lebih pribadi. "Pak , mohon maaf, kalau saya boleh tahu adakah hal yang masih ingin Bapak wujudkan dalam hidup ini?"

Sambil tersenyum ia berkata, "Beberapa tahun ke depan saya akan mulai menyerahkan sebagian kepemimpinan perusahaan kepada anak-anak saya dan para professional. Setelah itu, saya akan pensiun, menikmati hidup, dan lebih aktif dalam kegiatan sosial. Selain itu  saya kepengen bisa traveling ke kota-kota klecil. Kan orang di kota kecil lebih ramah, lebih baik, dan jauh dari stress."

Ketika perbincangan semakin dalam, saya beranikan juga diri saya untuk bertanya tentang apakah ada penyesalan dalam hidupnya. Sejenak ia terdiam lalu dengan mata berkaca-kaca ia berujar, "Ada satu hal yang sangat saya sesali sampai hari ini, yaitu saya belum sempat membawa ibu saya jalan-jalan ke negeri China. Itu adalah impian ibu saya dan sebagai anak yang telah mapan secara ekonomi saya pengen sekali bisa membahagiakan ibu dengan mewujudkan impiannya itu.

Tahun demi tahun berlalu dan sesungguhnya saya punya dana serta kesempatan untuk melakukan itu. Hanya saja, waktu itu saya menyepelekan rencana ini. Saya pikir, nanti saja kalau kerjaan saya sudah beres. Ternyata saya terlalu asyik bekerja sehingga ibu saya keburu dipanggil pulang Yang Mahakuasa."

Dari kisah sederhana ini, kita juga boleh belajar satu hal penting. Memang benar, tips untuk menjadi lebih berbahagia adalah dengan menganggap hari ini adalah hari terakhir hidup kita didunia. Namun, disisi lain, saya kira juga benar bahwa dengan menganggap hari ini sebagai hari terakhir, kita punya kesempatan untuk menunjukkan kasih kita kepada orang-orang yang dekat dihati kita.

Wanita Karir StressSaya ingat seorang wanita karir yang kabarnya hingga hari ini masih mengalami stress berat lantaran selalu menolak permintaan anaknya untuk dimandikan.

Ceritanya, selama beberapa waktu, setiap pagi sebelum sang ibu berangkat ke kantor, anaknya yang masih kecil itu meminta sang ibu untuk memandikannya. Setiap kali permintaan itu dilontarkan, selalu terdengar jawaban yang sama, "Mama kan sibuk, Mama harus kerja keras untuk cari uang agar kamu bisa dapat makanan, rumah, mainan, sekolah, dan segalanya yang terbaik. Mama kan sudah sewa dua pembantu khusus untuk mengurus kamu... Jadi ngapain Mama harus mandiin kamu?"

Meskipun "lagu" yang didendangkan sang ibu selalu sama, sang anak tetap tidak berubah pendirian. Ia tetap minta dimandikan. Ini terjadi selama berhari-hari dan sang ibu tetap tidak juga mau memandikannya. Suatu hari anak ini terkena demam berdarah dan beberapa waktu kemudian meninggal. Kali ini, dengan berlinang air mata, sang ibu memandikan -bukan lagi anaknya- melainkan jenazah anaknya. Oh, betapa menyedihkan! Benar kata orang bijak bahwa hal-hal kecillah yang kerap membuat penyesalan terbesar di hati kita.

Tidak ada yang pernah tahu kapan kita akan dipanggil. Tidak ada juga yang tahu kapan orang-orang yang kita kasihi akan dipanggil.

Seorang sahabat yang juga pengusaha pernah berkomentar, "Setiap hari kita diberi kesempatan untuk mengasihi dan juga dikasihi. Itu satu paket! Pada saat kita mengasihi, kita pun dikasihi. Terkadang karena rutinitas dan kesibukan sendiri, kita jadi lupa sehingga menganggap semuanya biasa-biasa saja."
Memang, kadang kita baru betul-betul merasa kehilangan ketika semuanya itu telah pergi untuk selamanya.

Seorang bijak pernah berkata, "Salah satu cara terbaik menunjukkan kasih kita kepada mereka yang telah tiada adalah dengan mengasihi orang-orang yang masih hidup, khususnya orang-orang yang dekat dihati kita." Sebuah nasihat yang amat berharga!

Jadi, selagi masih ada kesempatan, lakukanlah yang terbaik dan jadilah diri kita yang terbaik karena kita tidak pernah tahu kapan hari itu akan tiba. Kasihilah orang-orang yang paling dekat dihati kita seolah-olah hari ini adalah hari terakhir, entah bagi kita atau bagi mereka. Toh, tidak ada salahnya menganggap ini adalah hari terakhir jika kita bisa memperoleh banyak manfaat positif darinya.

Sepuluh aturan menuju hidup yang lebih berbahagia :
1. Berbagi.
2. Melakukan kebaikan.
3. Selalu mengucap syukur.
4. Bekerja penuh semangat.
5. Mengunjungi orangtua dan belajar dari pengalaman
mereka.
6. Memandang lekat lekat wajah seorang bayi dan mengaguminya.
7. Sering tertawa - tawa adalah minyak pelumas hidup.
8. Berdoa untuk mengetahui jalan Tuhan.
9. Membuat rencana seperti Anda akan hidup selamanya - dan itu pasti.
10. Hidup seakan akan hari ini adalah hari terakhir hidup Anda dimuka bumi.

Sumber : The Power of Hope - Paulus Winarto
Halaman :
1

Ikuti Kami