Benarkah Pondok Pesantren Pencetak Teroris?

Nasional / 22 July 2009

Kalangan Sendiri

Benarkah Pondok Pesantren Pencetak Teroris?

Puji Astuti Official Writer
4414

Pelaku peledakan bom bunuh diri di JW Marriot pada 17 Juli 2009 lalu di duga bernama Nur Said (35) warga Desa Katekan, Kecamaan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung. Pria ini adalah lulusan daro Pondok Pesantren Assalam Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Sebagaimana diketahui bahwa pelaku terror bom yang lalu-lalu, seperti pelaku bom Bali, juga merupakan lulusan pondok pesantren. Hal ini membuat konotasi negatif bahwa pondok pesantren merupakan tempat mencetak para teroris.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma`ruf Amin, membantah persepsi tersebut.

"Pondok pesantren bukan lembaga pencetak teroris dan ini harus diluruskan," demikian ungkapnya pada acara Rapat Koordinasi Daerah MUI wilayah III (Jatim, Bali, NTB dan NTT), di Senggigi Lombok Barat, Selasa malam.

Memang dia akui bahwa pelaku peledakan bom di sejumlah wilayah Indonesia pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren, tapi bukan berarti pondok pesantren mengajarkan jihad dengan melakukan teror bom yang membuat banyak nyawa melayang.

"Jadi sebenarnya ada distorsi pemahaman tentang ajaran Islam, pelaku peledakan bom tersebut menganggap bahwa perbuatannya merupakan jihad," ujarnya.

Ketika ditanya mengenai Jaringan Islamiyah (JI) yang ada saat ini, KH Ma`ruf Amin mengatakan bahwa saat ini JI sendiri terbagi dua, ada yang hanya menjalankan syariat agama sesui dengan ajaran Islam dan ada JI yang radikal.

"Pemahaman radikalisme itu harus dibuang karena itu salah," tambahnya.

Setuju dengan yang disampaikan KH Ma`ruf Amin, radikalisme yang salah harus di buang. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi kebhinnekaan dimana berbagai suku dan agama bisa hidup rukun berdampingan. Indonesia, bersatulah!

Sumber : Antara/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami