Kata-katanya menyebabkan saya terdiam dan memeriksa motif-motif saya.
Apakah saya sudah mempercayai Tuhan akan kata-kataNya kepada saya - untuk mensejahterakan saya dan membawa buah dari pertemuan ini? Apakah saya sudah benar-benar peduli mengenai wanita yang sedang duduk di seberang meja saya? Atau saya hanya ingin mendapatkan apa yang saya butuhkan dan lalu pergi? Lagipula, saya memiliki deadline-deadline.
"Tuhanlah yang menguji hati," menurut Amsal 16: 2.
Apa yang tersembunyi di hati kita dapat menentukan apakah posisi kita akan dipromosikan atau justru menahan kita dari menerima kebaikan Tuhan (Yak. 4: 3). Pilihan tersebut adalah milik kita. Dan Tuhan akan menggunakan jalan-jalan paling kreatif (dan juga orang-orang) untuk mengungkapkan kebenaran hati kita (1 Kor. 4: 5).
Amsal 16: 3 mengatakan, "Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN, maka terlaksanalah segala rencanamu." Tetapi apakah rencana-rencana kita saleh adanya?
Beberapa tahun lalu, ibu saya mengatakan kepada saya, "Ketika kamu belajar untuk menaruh Tuhan yang paling utama dalam setiap area dalam kehidupan kamu, kamu akan menjadi sangat-sangat sukses." Ibu saya benar. Ketika saya baru memasuki usia dewasa, saya telah dibawa ke dalam sistem dunia untuk menerima kesuksesan.
Demikian juga, dalam 1 Tawarikh 28: 9 kita melihat Raja Daud memberi saran kepada putranya, "kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita."
Semenjak sekarang dan sedari dahulu, kita perlu untuk bertanya kepada diri kita sendiri beberapa pertanyaan dasar: Apakah kita bekerja dengan ambisi kepentingan diri sendiri? Apakah ketakutan adalah Tuhan kita? Bagaimana dengan kekuatiran? Apakah kita cukup mempercayai Tuhan untuk menyatakan kepada kita apa yang Ia janjikan dengan waktuNya dan jalanNya? Di dalam, siapakah yang kita coba untuk senangkan, dan apa yang kita coba untuk raih?
Kemurnian hati dalam hubungan-hubungan sebenarnya berputar. Dan hubungan-hubungan membutuhkan waktu dan usaha. Kita menuai apa yang kita tabur. Jika kita melakukan segalanya mengenai kita, pada akhirnya kita akan berakhir tepat dengan apa yang kita pilih - kita.
Apa yang lebih, berinvvestasi dalam kesuksesan orang lain adalah yang tertinggi dalam kesuksesan kita sendiri, menurut penulis dan penasehat bisnis Dondi Scumaci. Dalam buku terbarunya, Designed for Success: The 10 Commandments for Women in the Workplace, Dondi mengatakan, "Sebuah transformasi luar biasa terjadi ketika kita memimpin yang lain masuk ke tingkat performa selanjutnya atau membantu mereka dalam meraih gol-gol mereka. Mereka bertumbuh, kita bertumbuh, dan kita menciptakan sebuah warisan luar biasa.
"Saya yakin Tuhan masih ada dalam hubungan-hubungan yang memberkati bukannya agenda-agenda yang-penting-selesai dan dengan-cepat kita. Dan meskipun salah satu doa saya yang paling umum adalah "Tuhan, saya menyerahkan agenda saya kepadaMu. Tunjukkan jalanMu dalam hariku," terkadang, saya harus berhenti dan merenungkan dampak potensial dari undangan tersebut.
Apakah saya dengan tulus menyambut interupsi Tuhan dalam rencana saya untuk menyelesaikan tujuanNya? Apakah hati saya benar-benar mengenai Dia di setiap momen dari hari-hari saya? Jam waktunya siapa yang sebenarnya saya jalani? Amsal 16: 9 mengatakan, "Hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi TUHANlah yang menentukan arah langkahnya."
Sebagaimana dengan terdiam saya mengakui memaksakan untuk mendapatkan apa yang saya inginkan dalam hari saya, saya mulai untuk rileks dalam kesempatan ilahi ini untuk makan bersama dengan pemimpin penting tersebut yang duduk di seberang meja. Kami menemukan diri kami menjelajahi tujuan-tujuan Tuhan dengan muffin hangat dan kopi. Dan kami menyadari kami memiliki kesamaan. Pada akhirnya, saya mendapatkan teman baru.
Dan mengenai bagian dari bisnisnya... Kami sampai pada perjanjian yang sama-sama menguntungkan yang lebih baik dari yang saya harapkan, hal-hal yang menyeimbangkan antara memberi dan menerima.
Sukses benar-benar dimulai dari sebuah hubungan yang sepenuh hati berdasarkan motif-motif murni dan dipenuhi dengan kasih dari Tuhan. Tuhan tahu bagaimana memampukan kita untuk menerima ukuran penuh-Nya akan berkat. Dan saya selamanya terkagum akan kasihNya pada kami, bahkan sewaktu di meja makan.
* Margaret D. Mitchell adalah pendiri dari God's Love At Work, sebuah penjangkauan tempat kerja yang berdedikasi untuk menanam hati Yesus Kristus pada setiap wanita hingga mereka bisa membagikan kasih Tuhan di marketplace.