Kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan adalah kebutuhan esensial suami-isteri. Bila salah satu pasangan dalam pernikahan menghindar dan atau menolak melakukannya, hal tersebut seringkali akan berdampak pada relasi mereka, seperti kasus yang ditanyakan oleh Sdri. Lia, 28 Th, Jawa Barat; Berikut ini:
Shalom Dokter Andik, saya senang membaca artikel Dokter karena sangat memberi info yang baik untuk saya. Saya mau sharing tentang ayah dan ibu saya. Mereka mempunyai usia yang sama yaitu 54 tahun. Yang menjadi pertanyaan saya, Ayah saya sering komplain karena ibu saya menolak diajak berhubungan. Sebenarnya sudah dibicarakan ke ibu saya tetapi ibu saya bersifat masa bodoh dan dingin (ibu saya juga sudah menopouse). Oleh karena itu ayah suka komplain ke anak-anaknya dan saya tidak bisa menjawab apa-apa kalau ayah saya sudah komplain. Minggu kemarin ayah saya bilang kalau ia akan menikah lagi dan itu membuat saya shock. Yang ingin saya tanyakan : apa yang harus saya buat? Apa yang harus ibu dan ayah saya lakukan? Apakah setelah menopause tidak ada keinginan untuk berhubungan? Bisa diterangkan tentang menopause?
Lia, kamu anak yang baik, kamu adalah berkat besar bagi Ayah-Ibu dan keluargamu. Pada saat menopause seorang wanita memang bisa kehilangan gairah seksual dan atau mengalami ketidaknyamanan saat berhubungan. Keluhan ini diakibatkan oleh karena berkurangnya hormone Estrogen dalam tubuh wanita yang bersangkutan. Kehidupan seksual yang memuaskan pada masa sebelum menopause seringkali menjadi pencegah munculnya keluhan seperti ini, dan sebaliknya kehidupan seksual yang kurang atau tidak memuaskan pada masa sebelum menopause adalah pemicu utama munculnya keluhan seperti ini, disamping masalah perubahan hormon tubuh.
Ibunda Lia mungkin telah lama menantikan saat ini, dengan anggapan nanti kalau sudah menopause, pria pun akan mengalami hal yang sama. Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, sebab penurunan fungsi seksual pria dan wanita berbeda. Inilah yang kemudian menimbulkan keluhan pada Ayahanda Lia.
Tentu tidak perlu kawin lagi, karena hal ini melanggar Firman Tuhan. Bila suami-isteri memiliki keinginan yang sama untuk mengatasi masalah ini, maka ikutilah konseling yang meliputi problem medis dan psikologis, lalu dilanjutkan dengan memberikan pengobatan yang memadai, adalah cara efektif untuk mengatasi masalah seperti ini.
Pemberian hormon pengganti, dengan disertai monitoring oleh dokter ahli sangat besar manfaatnya untuk mengatasi masalah seperti ini. Karena itu saya menyarankan Ayah-Ibu Lia datang berkonsultasi kepada dokter yang ahli dalam medical sexology untuk mendapat pemeriksaan dan pengobatan yang menyeluruh.
Kasus ini mengingatkan kita betapa pentingnya mentaati Firman Tuhan, seperti yang dikatakan dalam I Korintus 7:5 : Janganlah kamu saling menjauhi, kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu, supaya kamu mendapat kesempatan untuk berdoa. Sesudah itu hendaklah kamu kembali hidup bersama-sama, supaya Iblis jangan menggodai kamu, karena kamu tidak tahan bertarak. Be WiSe, Always Remember Wisdom for Sex Life. (draw)