Tidur seringkali disamakan dengan kegiatan seorang pemalas. Padahal, dalam aktivitas tidur, banyak sekali proses-proses yang berguna bagi perkembangan tubuh dan emosi seseorang terjadi. Dengan catatan tidur tersebut berkualitas dan tidak melebihi batas.
Dr. Andreas Prasaja, seorang sleep scientist menjelaskan, pada tahap tidur Rapid Eye Movement (REM) atau tidur mimpi, merupakan tahap tidur saat kemampuan kognitif, mental dan emosional dijaga dan terus dikembangkan.
"Pada saat tidur REM itulah kecedasan, ketelitian, kreativitas dan mood seseorang akan dijaga dan berkembang," terangnya.
Selain itu, dalam teori psikoanalisa ada yang dinamakan analisa mimpi. Sigmund Frued, seorang tokoh psikoanalisa, menyatakan mimpi sebagai saluran pengaman. Lewat mimpi, emosi-emosi yang tidak bisa disalurkan pada dunia nyata dapat tersalurkan.
"Ada sebuah penelitian yang dilakukan pada tentara di Amerika. Ketepatan menembak mereka drop ketika tidur REM mereka kurang," terang Andreas.
Penelitian tersebut dilakukan pada pajurit muda yang kondisi fisiknya sangat fit. Dalam penelitian tersebut, para prajurit tetap beraktivitas di siang hari seperti biasa. Malam hari, mereka masuk ke laboratorium tidur.
Dari data tersebut ditemukan, kebutuhan tidur orang dewasa sebanyak 8 jam. Setelah penelitian selesai, para prajurit terus memelihara kebiasaan tidur tersebut, karena mereka merasa jauh lebih bahagia, produktif dan cerdas.
Penelitian lain di Amerika Serikat menunjukkan, mundurnya jam sekolah siswa yang mundur menjadi setengah sembilan, membuat prestasi belajar mereka justru naik demikian juga prestasi olahraga. Jumlah kenakalan remaja juga turun. Ini karena waktu istirahat anak lebih banyak.
Lalu bagaimanakah tidur yang baik atau berkualitas itu? Menurut Andreas, tidur yang baik bila memenuhi delapan jam dengan kualitas yang baik pula. Tidur yang baik atau berkualitas juga ditandai dengan rasa bugar saat bangun tidur. "Bila sepanjang hari tetap segar, maka kualitas tidur orang tersebut sudah baik," ucap Andreas.
Sumber : kompas