Selain itu, jumlah guru sejarah juga masih sedikit. Jumlahnya sekitar 9.000 guru untuk sejumlah 8.200 sekolah menengah atas negeri atau swasta.
Karenanya, Direktorat Nilai Sejarah Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata berharap guru-guru sejarah bisa meningkatkan mutu pembelajaran yang kreatif dan menarik. Sedikitnya, persoalan guru pun dapat menjadi tantangan karena tidak sedikit pula guru sejarah mengajar mata pelajaran lain.
"Kami terus memotivasi guru-guru bagaimana sejarah bisa menarik sehingga sejarah bisa menjadi lebih humanis. Guru tidak hanya mengandalkan hafalan saja," kata Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Hari Untoro Drajat di acara workshop kesejarahan, di Hotel Puri Dalem, Denpasar.
Hari menambahkan, guru hendaknya berani mencari metode sendiri untuk menarik minat siswa. Alasannya, pelajaran sejarah penting guna membentuk karakter siswa dan sering dilupakan. Menurutnya, siswa dapat diajak interaksi dengan lokasi sejarah di daerah guru masing-masing.
"Harapannya, generasi sekarang kembali sadar sejarah," ujarnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional Dr Bhaedhowi dalam acara yang sama. Dia menegaskan agar guru bisa mengembangkan dirinya sendiri khususnya bagi guru yang sudah bersertifikasi.
Sementara itu, Abbas Rahayamtel, peserta guru SMA 1 Kota Ternate, mengeluhkan sedikitnya jam untuk pelajaran sejarah.
"Kami hanya mendapat satu jam setiap pertemuan dengan siswa, lalu bagaimana kami dituntut untuk lebih kreatif, sedangkan bahan atau materi mata pelajaran itu sangat padat sehingga guru sudah sibuk bagaimana menyelesaikan materi," ujarnya.
Workshop kesejarahan bertema "Mengembangkan Budaya Demokrasi melalui Pembelajaran Sejarah" digelar mulai sejak 16 hingga 20 Juni. Peserta berjumlah 65 orang berasal dari utusan wilayah Indonesia tengah, seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.
Sangat disayangkan jika minat generasi muda terhadap sejarah justru menurun, karena biar bagaimanapun peradaban sekarang terjadi karena ada peristiwa di masa lalu yakni sejarah. Bahkan Alkitab pun selain adalah kitab Kabar Baik juga memiliki nilai-nilai sejarah di dalamnya. Jika kita menjadikan sejarah bagai sebuah kurikulum text book memang akan membuat itu sebagai sesuatu yang tak menarik karena hanya sekedar dihafalkan. Sejarah bisa diperkenalkan bagai sastra fakta yang bukanlah fiksi. Dari mempelajari sejarah pula, kita bisa menghargai kita sebagai sebuah bangsa bahkan sebuah pribadi ciptaan Tuhan. So biar bagaimanapun, sejarah merupakan hal yang penting dan dapat membuka cakrawala baru bagi kita yang mempelajarinya.