Kekristenan: Ritualitas Agama VS Injil

Internasional / 10 June 2009

Kalangan Sendiri

Kekristenan: Ritualitas Agama VS Injil

Budhi Marpaung Official Writer
4926

Agama mungkin adalah salah satu penyebab kemandegan pertumbuhan kekristenan di Amerika Serikat saat ini.

Kekristenan yang sudah mulai mati bukanlah dikarenakan semakin berkembangnya ajaran postmodernisme, atau generasi muda yang yang "keras hati", atau juga kurangnya kerinduan Tuhan yang akhirnya berakibat bangku-bangku di dalam gereja menjadi kosong. Demikian ungkap seorang pastor di kota Durham, North Carolina, Amerika Serikat, baru-baru ini.   

"Agama sepertinya ingin mengeluarkan injil diantara orang kudus" kata J.D Greear, Gembala Sidang dari Summit Church, dihadapan ratusan pendeta yang berkumpul dalam kegiatan konferensi yang diberi nama Advance. Konferensi ini dimaksudkan untuk membangkitkan gereja-gereja lokal yang ada. 

Dan sampai umat Kristiani bertobat dari kegiatan ibadah yang dijalaninya selama ini, maka program, kekuatan, atau strategi tidak akan pernah membuat mereka bertumbuh, demikian kata Greear.

Greear, 36, membantu mengembangkan The Summit (yang awalnya bernama Homestead Heights Baptist Church, red) dari jemaat berjumlah 400 orang menjadi 3.000 orang dan secara berkesinambungan menjangkau orang-orang dari area segitiga (Triangle area). Greear tidak ingin menyatakan sebagai seorang ahli dalam "revitalisasi" gereja, tetapi dia berkata dia mengetahui bahwa ada sesuatu hal yang harus terjadi agar suatu gereja dapat hidup kembali di dalam Injil.

Greear mengungkapkan kesedihannya ketika melihat kondisi gereja-gereja dimana kebanyakan jemaatnya adalah seorang adalah orang yang telah lanjut usia. Dia juga dengan tegas menyatakan apakah memang benar Allah tidak sedang bekerja atau sebenarnya yang menjadi masalah adalah kita (manusia) sendiri.

Mengutip apa yang Tuhan Yesus perintahkan 2000 tahun yang lalu, Greear mengatakan agama membuat seorang Kristiani keluar dari kehendak Allah.

"Dalam agama, tidak ada gairah akan Allah, tidak ada rasa lapar untuk mengenal-Nya" kata Gembala Gereja Summit tersebut.

Bagi "Orang yang menjalankan agama" kekristenan menjadi seperti sebuah daftar tugas-tugas dan perilaku, seperti keterlibatan dalam kelomppok kecil, menjadi sukarelawan, mengikuti misi, dan membaca Alkitab.

"Itulah yang yang dilakukan agama. Hal tersebut mengurangi peran Allah dalam mengatur tugas-tugas yang seharusnya kita lakukan," tegasnya.

Di samping menggantikan kasih terhadap untuk ritual keagamaan, seorang Kristiani agamawi acapkali mengutamakan hal-hal sekunder, seperti pakaian, alkohol, politik, mencintai bumi lebih dari kasih kita kepada Allah.

Menurut Greear, kondisi gereja-gereja yang tragis adalah fokusnya saat ini. Oleh karena itu, dia berupa untuk mengingatkan kembali para gembala-gembala gereja agar kembali kepada pertobatan yang sejati. Ditambahkannya lagi, tradisi sekunder yang ada dalam gereja saat ini tetaplah penting, hanya saja jangan menomorduakan "hal yang paling penting".

"Setiap kali kita berkhotbah yang diingat oleh jemaat adalah apa yang harus mereka lakukan untuk Allah dan bukan apa yang telah Allah lakukan  bagi mereka, kita telah berkhotbah mengenai Injil yang salah," lanjut Greear yang disertai tepuk tangan dari beberapa para anggota konferensi. 

Karakteristik lain dari seorang yang hidup dalam ritual keagamaan, menurut pastor muda ini, termasuk pengakuan dan pujian dari orang lain, serta menaruhkan ritual keagamaan lebih tinggi posisinya dari pada kasih terhadap sesama.

"Orang yang hidup dalam ritual agama memiliki banyak peraturan, tetapi tidak memiliki kasih," ungkap Greear. Selain itu, mereka biasanya adalah pemarah, pengadil (dalam bentuk negatif, red), dan lebih perhatian untuk memenangkan argumen. 

Greear mengatakan bahwa agama membuat seseorang menjadi egois dan fokus ke diri sendiri, tetapi Injil adalah mengenai kasih yang berlimpah.

"Salah satu alasan mengapa kita sangat tidak efektif menjangkau orang yang diluar Kristus adalah kita mencoba untuk menunjukkan kepada mereka bahwa kita adalah lebih baik daripada mereka dan mereka tahu kita tidaklah sebaik itu."

Pada Konferensi tersebut, Greear juga menantang para gembala gereja untuk berbalik kepada kasih akan Injil dan bertobat dari keagamawian yang telah mereka lakukan selama ini.

Sebagai informasi, Konferensi Advance telah berlangsung pada 4-6 Juni 2009 dengan mengambil lokasi di kota Durham, North Carolina, Amerika Serikat. Selain Greear, pembicara lain di konfrensi tersebut antara lain John Piper (teolog), pastor Mark Driscoll, dan Ed Stetzer (misiologis).

Sumber : christianpost.com/bm
Halaman :
1

Ikuti Kami