Ellys dididik secara keras oleh papanya sehingga ia menjadi wanita yang dominan. Dia seorang yang aktif, pintar dan berbakat. Saat bertugas sebagai dokter di Papua, dia bertemu dengan seorang pria dan dalam waktu 3 bulan akhirnya menikah. Ternyata karakter suaminya bertolak belakang, sangat pendiam dan tertutup sehingga menimbulkan konflik.
Dalam perkenalan 3 bulan, Ellys merasa jatuh cinta padanya. Yang membuat Ellys suka padanya waktu itu adalah karena dia sesuai dengan kriteria pria idaman Ellys dan dia seorang yang pendiam. Mereka memutuskan untuk menikah. Ellys berdoa saat itu dan merasa Tuhan mengatakan memang dia yang terbaik buat Ellys. Lalu Ellys terbuai cinta buta saat itu. Ellys juga melihat dia sebagai seorang pria yang sangat gigih. Ellys tidak perduli dengan jenjang pendidikannya yang lebih rendah darinya. Saat itu yang Ellys lihat, ia adalah orang yang juga lembut, dan pintar bermain gitar.
Setelah menikah, Ellys baru tahu bahwa sikap pendiam dan tertutupnya itu menjadi suatu masalah yang cukup mengganggu rumah tangga mereka. Ternyata suami Ellys selama ini selalu hidup di bawah dominasi seorang wanita. Ibunya sangat dominan dan itu membuatnya menjadi tertekan. Demikian juga dengan kakak-kakak dan kakak iparnya, semuanya dominan dan membuatnya semakin tertekan. Setelah menikah dengan Ellys, dia mengira bahwa dia akan lepas dari segala dominansi tersebut. Ternyata yang terjadi adalah dia beristrikan wanita yang dominan juga.
Ellys selalu terbuka mengenai masa lalu dan kehidupan Ellys pada suami. Ternyata tidak demikian dengan suaminya. Banyak sekali hal yang disembunyikan. Saat semuanya perlahan-lahan terbuka, Ellys sangat terkejut. Ellys a sangat sulit menerima pada awalnya.
Satu hal yang membuat Ellys paling sulit adalah masalah wanita. Ternyata selama ini suami Ellys tinggal selama 9 tahun bersama dengan seorang wanita yang sebenarnya adalah kakak jauhnya. Ellys sendiri tidak begitu mengenal wanita tersebut. Dia lebih tua 5 tahun dari wanita tersebut. Lama kelamaan masalah ini merembet pada masalah keuangan. Rumah dan motor suami Ellys saat masih single dijual, namun tidak kelihatan hasilnya.
Ellys pusing menghadapi sikap suaminya yang terlalu pendiam, sementara Ellys sangat cerewet. Ellys tanya apa-apa, dia selalu menjawab ya atau tidak dan hanya berbicara sedikit. Sehingga setiap masalah tidak ditemukan jalan keluarnya. Setiap malam, Ellys sangat ingin berbincang-bincang dengannya, karena merasa bahwa Ellys masih ingin tahu banyak hal mengenai dia. Namun, dia hanya diam saja dan memilih tidur. Kami tidak pernah bertengkar hebat. karena setiap saya marah-marah, suami Ellys hanya diam saja.
Akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai. Suami Ellys pergi dari rumah dan tidak kembali. Ellys merasa dunianya runtuh. Sepertinya tidak ada lagi harapan untuk dirinya. Ia diterpa dengan banyak sekali masalah. Mulai dari orangtuanya yang sakit-sakitan, adiknya yang terlibat narkoba dan tentu saja dirinya yang harus menjadi single parents untuk anak-anaknya. Ia menjadi benci terhadap suaminya.
Dalam moment HMC, dia mengalami jamahan Tuhan dan akhirnya mengampuni suaminya. Dalam roh dia berusaha menggapai kaki Yesus yang berdiri di depannya. Dia muntah dan melepaskan semua kepahitan. Setelah 13 tahun, suaminya datang kembali. Tuhan memberi cinta mula-mula pada mereka. Suaminya bertobat, dan dibaptis. Mereka pun menikah kembali. Hubungan keluarga mereka pun dipulihkan kembali.
Setelah kami rujuk kembali, akhirnya suami saya cerita bahwa sebenarnya wanita yang dianggapnya kakak tersebut telah melecehkannya selama dia tinggal di Papua selama 11 tahun. Hidupnya dikekang dan dia tidak bisa melakukan apa-apa bahkan dilecehkan. Itulah sebabnya suami saya selalu tertutup di depan wanita. Dia selalu merasa bahwa wanita-wanita selalu mengambil otoritas atas dirinya. Sehingga saat menikah dengan saya, dia tidak bisa meletakkan dirinya sebagai pemimpin keluarga saat itu.
Saat rasa cinta kami sudah sama-sama kembali, kami pun memutuskan untuk peneguhan kembali berhubung dulunya kami sudah resmi bercerai. Sebelum menikah, saya juga meminta ijin pada anak-anak.
Saat ini hubungan kami sudah seperti orang yang jatuh cinta kembali. Telpon telponan, sms-sms an sepanjang hari. Hubungan suami dan anak-anak saya sudah baik saat ini. Meskipun mereka butuh banyak penyesuaian, namun sudah ada kemajuan yang sangat pesat. Mereka sudah bisa menjadi seperti teman.
Setelah kami rujuk kembali, dia kembali menanyakan apakah Jonathan benar-benar anak kami. Saya mengatakan bahwa hanya dia lelaki dalam hidup saya dan sejujurnya saya sendiri berharap tidak hamil saat itu sebab dokter sudah memperingatkan bahwa kehamilan akan memicu timbulnya kembali tumor otak saya. Namun puji Tuhan, hal itu tidak terjadi. Setelah kami menikah lagi, ada beberapa orang yang protes dan kecewa. Mereka tidak tahu bahwa saya menikah lagi dengan mantan suami saya. Setelah diberitahu, akhirnya mereka mengerti. (Kesaksian ini ditayangkan 8 Juni 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber kesaksian:
Ellys dan Antoni
Sumber : V090604164809