Fenomena Martir dan Burung Phoenix

Psikologi / 4 June 2009

Kalangan Sendiri

Fenomena Martir dan Burung Phoenix

Puji Astuti Official Writer
6121

Elissa Montanti, mantan asisten lab dari pulau Staten ini telah mengubah kehidupan 70 orang anak di seluruh dunia. Terima kasih kepada Elissa karena apa yang dilakukannya telah membuat anak-anak yang terluka dalam perang atau karena bencana alam, bisa menerima perawatan medis yang komprehensif di AS.

Apa yang dilakukan Elissa ini bermula pada tahun 1993, saat itu ia bertemu dengan duta besar dari Bosnia untuk PBB yang menunjukkan padanya sebuah surat dari seorang anak laki-laki yang berumur 11 tahun. Anak itu bernama Kenan Malkic, dia telah kehilangan kaki dan kedua lengannya ketika ia mengejar sebuah bola sewaktu bermain, namun sayang di lapangan itu ada ranjau dan meledak membuatnya cacat.

"Saya mengalami perubahan hidup dalam waktu singkat," ujar Elissa menceritakan pengalamannya itu. "Semua yang ada di sekitar saya memudar dan saya hampir mendengar suara Kenan saat saya membaca surat itu."

Sesuatu seperti menggerakkan Elissa, dia mulai menelpon dan mencari rumah sakit, penerbangan, dan kedutaan besar untuk menyumbangkan dana dan layanan untuk Kenan supaya bisa di bawa ke AS untuk untuk operasi. Setelah perjanjian dibuat, Elissa, membeli sebuah tempat tidur sehingga Kenan bisa berada di rumahnya hingga sembuh.

"Elissa begitu tidak mementingkan dirinya sendiri, tetapi hal itu sangat normal," ujar Malkic, seorang mahasiswa yang hidupnya juga diubah oleh apa yang dilakukan oleh Elissa.

"Saya telah menghadapi masa depan yang suram, namun Elissa sepenuhnya mengubah hidup saya," tambahnya.

Apa yang di alami Elissa dinamakan The Phoenix Effect, dia adalah orang yang bisa bangkit kembali sekalipun dia telah terbakar dan menjadi debu karena kekecewaan atau kesedihan, dan memutuskan untuk melakukan sesuatu demi kebaikan orang lain.

Kebaikan dan belaskasihannya mulai muncul ketika dia melewati sebuah ujian kehidupan, ibunya harus bergumul menghadapi penyakit lymphoma selama 11 tahun, hingga akhirnya meninggal dunia.

"Penderitaan yang dialaminya membuat saya bisa melihat bahwa hidup itu begitu berharga," demikian ungkap Elissa.

Apa yang dilakukannya merupakan sebuah sindrom martir dan berkorban. Disini tetap ada sisi negatifnya, dimana seserang memberi makan sisi negatif emosinya dengan mengorbankan diri bagi orang lain. Namun jika bisa membatasi sesuai dengan kapasitas, maka seorang ‘martir' atau sindrom ‘orang samaria yang baik hati' bisa memulihkan emosi orang tersebut dan membuatnya merasa lebih bahagia. Untuk itu, jika pun seseorang ingin berbuat baik kepada orang lain, dia juga harus tetap bertanggung jawab untuk mengurus kehidupannya, dan juga orang-orang yang di sekitarnya.

Elissa yang tidak memiliki seorang anakpun berkata, "Saya mungkin tidak bisa melakukan semua hal ini jika saya memiliki anak, mungkin ini sebabnya saya tidak memilikinya. Tetapi saya tidak pernah menyesali hal tersebut. Ketika surat dari Kenan itu sampai di tangan saya, saya tahu bahwa saya diciptakan untuk melakukan hal ini."

Sekalipun  Anda tidak mengalami apa yang pernah dialami oleh Elissa, namun Anda tetap bisa melakukan sebuah kebaikan bagi orang lain. Jika Anda tidak terbiasa untuk menyatakan kasih dan kebaikan Anda, Anda bisa melakukan beberapa tips berikut:

 

Mulai dari lingkungan Anda. Anda tidak perlu ke Afrika dan menjadi sukarelawan bagi badan kemanusiaan internasional untuk menolong korban HIV/AIDS (sekalipun itu boleh Anda lakukan), Anda bisa memulainya dengan lingkungan Anda, keluarga Anda, teman kerja Anda, mereka semua membutukan kata-kata penguatan dari Anda dan bantuan Anda. Jika Anda melakukannya sebagai sebuah gaya hidup, maka otot-otot belaskasihan Anda akan terbentuk.

 

Cobalah untuk memberi. Beri uang Anda untuk kegiatan social atau jadilah sukarelawan. Lakukan suatu kebaikan bagi orang lain. Namun yang lebih penting dari semua itu, berilah maaf kepada orang yang menyakiti Anda. Jangan menyakiti orang lain dengan cara-cara yang Anda anggap lucu. Hal-hal seperti itu adalah sebuah pemberian yang lebih indah dari pada uang. Memberilah sesuatu sesuai dengan gaya kepribadian dan hati Anda. Memberilah dengan sukacita.

 

Gunakan kuasa imajinasi. Setiap pagi, lakukan fisualisasi selama 15 menit sebagai latihan, gambarkan diri Anda sedang melakukan kebaikan dan berbelaskasihan pada orang lain, pada istri atau suami Anda, pada anak Anda, pada teman Anda, dan pada setiap orang yang Anda temui. Akan lebih mudah bagi Anda untuk bertindak, ketika dalam pikiran Anda sudah tergambar apa yang harus dilakukan.

Sumber : psychologytoday.com
Halaman :
1

Ikuti Kami