Satu film mengenai kisah asmara kaum tunanetra mewakili sikap kaum tunanetra terhadap penampilan manusia. Kita tidak perlu melek untuk picik.
Banyak orang mengajukan pertanyaan kepada kaum tunanetra, misalnya apakah bisa melihat mimpi, atau bagaimana mereka tahu letak mulut saat makan dan pertanyaan yang paling mengejutkan adalah: "Bagaimana Anda bisa naksir seseorang kalau Anda tidak bisa melihat dia?"
Untuk memberi jawaban sederhana dan langsung kaum tunanetra akan menjawab faktor suara, otak dan kepribadian yang pertama menggugah pandangan, atau untuk orang buta, yang menggugah pendengaran. Itu adalah jawaban bagus yang mudah dimengerti. Semua orang mendengar suara menarik di radio.
Suara adalah alat yang kuat dan berguna dalam menyampaikan humor, keisengan, kepintaran, kebaikan hati dan perilaku. Suara Anda adalah corong otak dan dapat mengkomunikasikan kepribadian Anda dengan efektif.
Cinta pada pandangan pertama memang hanya terjadi pada orang yang bisa melihat, sementara untuk orang tunanetra yang terjadi adalah cinta setelah diskusi pertama. Saya sering berpikir bahwa "kaum melek" agak sedikit cacat karena memiliki penglihatan. Saya sering melihat teman yang mengejar orang hanya karena wajahnya dan kemudian terluka sangat dalam karena keindahannya hanya sebatas permukaan namun kepribadiannya busuk. Tetapi wajah tampan dan menarik bagi kaum tunanetra bisa menjad rumit.
Betapa saya ingin mengatakan bahwa kaum tunanetra tidak memiliki prasangka; tidak memperdulikan apakah Anda seorang pangeran atau si buruk rupa dan tidak perduli dengan masalah-masalah tak penting. Tapi itu semua tidak benar.
Sangat sulit untuk hidup di Inggris dan tidak terlibat dalam perbincangan mengenai keindahan dan penampilan. Hal itu sangat penting bagi semua orang, dan juga bagi kaum tunanetra secara tidak langsung.
Rambut Pirang = Cantik
Sewaktu remaja saya dikirim ke sekolah asrama untuk anak tunanetra. Saya ingat benar ketika satu anak perempan baru tiba. Selama berberapa minggu tidak ada satupun yang memperdulikan dia... sampai seorang teman mengatakan bahwa dia mendengar dia berambut pirang. Dia mungkin seorang pendiam tetapi tiba-tiba dia menjadi pusat perhatian setelah warna rambutnya diketahui secara luas.
Tentu saja hanya sedikit pengagumnya yang bisa melihat mahkota pirangnya itu, atau tahu benar bahwa pirang adalah warna coklat kekuningan tetapi karena "pirang" sama menariknya, jika tidak lebih menarik dari orang berambut gelap, dia pun menjadi populer. Picik bukan? Tetapi begitu indah.
Demikian juga dengan seorang teman tunanetra yang benar-benar jatuh cinta kepada perempuan yang sangat dikaguminya. Mereka kemudian berpacaran dan mulai menghabiskan lebih banyak waktu satu sama lain. Saya ingat dia mengatakan sangat senang dengan suara halusnya dan juga minyak wangi yang dipakai. Mereka memiliki pandangan politik yang sama, menyukai jenis film serupa. Mereka benar-benar ditakdirkan untuk berdua. Sampai kakak teman saya diperkenalkan dan mengatakan pacarnya itu "berwajah sangat jelek" dan teman saya pun memutuskan hubungan asmara itu. Menurut saya itu menyedihkan tetapi bisa setengah mengerti penyebabnya.
Teman saya itu sangat tidak nyaman dengan dunia dan arti citra atau daya tarik sehingga dia merasa harus menyingkirkan seseorang yang bisa membuatnya tampak buruk karena dia tidak tahu mana yang benar. Untuk itulah dia mempercayai kakaknya yang bisa melihat.
Kisah Tanah Liat
Kecantikan adalah kekuasaan. Ada aura tertentu dari orang cantik, mereka seringkali penuh percaya diri. Dan seperti pepatah, mereka memasuki ruangan dan menguasainya. Tetapi jika ruangan itu penuh dengan tunanetra, "kekuatan" kecantikan mereka tidak berguna. Ini bisa membingungkan orang cantik yang tidak saya anggap cantik.
Sebagai contoh, saya berada di satu pesta dan mulai berbicara dengan seseorang. Saya tidak tahu apakah dia berwajah cantik atau tidak sampai terjadi peristiwa berikut.
"Saya harus memberitahu kamu bagaimana penampilan fisik saya. Saya setinggi 170 cm. Rambut saya sebahu berwarna pirang, mata saya abu-abu gelap dan warna kulit saya cukup putih. Jika seseorang bertanya siapa wanita kecil yang kamu ajak bicara, mereka membicarakan saya."
Hah? Apa? Bagaimana reaksi saya terhadap perkataannya yang begitu menganggap bahwa dirinya cantik? Dan hal seperti itu seringkali menimpa kaum tunanetra. Dulu saya kira itu adalah kalimat pembuka untuk lebih mengenal saya, tetapi saya sekarang sadar bahwa sikap itu adalah sikap egois manusia.
Ada orang yang tidak bisa menerima kenyataan bahwa seorang tunanetra tidak menganggap mereka spesial atau pantas diajak berbicara sampai mereka mengatakan betapa cantik dan gantengnya wajah mereka. Ironisnya orang tunanetra malah menganggap rendah mereka yang melakukan itu.
Jadi satu hal yang diketahui dari pandangan tunanetra terhadap kecantikan adalah dengan memberi merekai sebongkah tanah liat dan menunggu karya yang dihasilkan.
Dalam banyak hal, sebenarnya seorang tunanetra bisa melihat kebaikan di balik kepribadian seseorang tanpa melihat rupanya, namun sebaliknya seorang yang bisa melihat justru sering kali terjebak akan indahnya penampilan luar dan mengabaikan keindahan batin yang dimiliki oleh mereka yang dianggap ‘kurang' secara fisik. Kalau Anda diminta memilih, ‘penglihatan' seperti apakah yang ingin Anda miliki?
Sumber : Damon Rose – Tunanetra editor situs difabel BBC