Jika mengatakan secara langsung bukan pilihan Anda, Anda dapat menempuh jalur tindakan. Setidaknya dari tindakan Anda, akan dapat dilihat Anda menyukai dirinya atau tidak. Mungkin Anda akan mengatakan:
"Saya tidak mau dianggap GR (gede rasa, red), orang belum berkata menyukai saya masa sih saya mendahului bertindak atau berkata-kata yang sifatnya mengisyaratkan menolak?"
Ya ini dapat dimengerti, tetapi saya telah mengalami dua kondisi tersebut, baik saat saya menyukai seorang pria maupun saat seorang pria menyukai saya. Saya berpikir perkataan yang mengisyaratkan menolak lebih cepat dimengerti daripada tindakan yang mengisyaratkan menolak.
Saya pernah menyukai seorang pria tertentu dan menurut seorang teman, sebaik apapun seorang wanita menyembunyikan perasaannya, si pria akan merasa juga. Kelihatannya begitulah yang terjadi pada saya dan pria tersebut. Si pria merasa saya menyukainya dan kemudian si pria (puji Tuhan) mengatakan pada saya bahwa dia menyukai seseorang dan itu bukanlah saya.
Lalu ia bercerita lebih lanjut bahwa ia telah menghabiskan waktu bersama dengan wanita tersebut dan merasa sangat cocok dengannya. Saat itu saya kaget dan juga sedikit tersengat, namun saya sangat bersyukur. Walaupun saya kecewa saat itu, setidaknya hal tersebut menghindarkan saya dari kekecewaan yang lebih dalam.
Selain menghindarkan saya dari kekecewaan yang mendalam, ketegasan itu membuat kami tetap dapat berteman. Ketegasan berarti menolong pihak lain dari kekecewaan yang mendalam dan menjaga hubungan persahabatan tetap utuh.
Pada kesempatan lain ada seorang pria yang menunjukkan tanda-tanda menyukai saya. Yah, tidak sulit untuk melihat hal itu karena dari perkataan dan tindakannya memperlihatkan dengan jelas tanda-tanda ke arah sana.
Awalnya saya biasa-biasa saja menanggapi pendekatannya, tetapi ketika pendekatannya semakin gencar saya mulai berpikir jika saya berada dalam posisi dia, tentunya akan lebih baik jika dia mengetahui posisi dia yang sesungguhnya.
Lalu yang terjadi adalah saya mengatakan hal tersebut kepadanya dan yang terjadi si pria akhirnya menghilang dalam kehidupan saya. Ya, percaya atau tidak, saya cukup sering mengalami hal ini. Memang tidak menyenangkan karena bermaksud baik ternyata malah membuat kehilangan teman. Tidak semua orang bisa menerima kekecewaan dengan baik, tetapi memang ada harga tertentu untuk segala tindakan kita. Namun dalam
Amsal 27:5: Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.
Maksudnya lebih baik kita menegur atau mengatakan kebenaran dengan resiko membuat hubungan kita kurang baik, daripada kita bersikap pura-pura baik, pura-pura mengasihi, padahal tidak demikian. Kepura-puraan merupakan hal yang menipu.
Pada konteks lain adalah pada saat seorang pria menyatakan perasaannya dan Anda tidak menyukainya (bagi wanita). Tegaslah kepada si pria bahwa Anda tidak menaruh perasaan khusus kepadanya dan jangan memberi harapan dengan embel-embel yang bersifat rohani seperti misalnya:
"Jika Tuhan menghendaki, ya siapa tau juga kita ternyata berjodoh di masa yang akan datang."
Betul bahwa masalah jodoh itu adalah suatu misteri Illahi yang kita tidak dapat mengerti, tetapi kalau kita berbicara seperti tadi, itu adalah suatu bentuk pemberian harapan yang dibungkus dalam konteks rohani. Katakan penolakan Anda dengan tegas namun tidak kasar dan konsistenlah dengan itu.
Pada umumnya sang pria akan mengerti dan menghormati keputusan Anda. Namun bila Anda sudah melakukannya dan sang pria tetap ngotot mengejar Anda, apa yang harus Anda lakukan? Tetap tegas dan konsisten, biarkan si pria akhirnya menyadari bahwa Anda memang bersungguh-sungguh dengan perkataan Anda.
Bagaimana jika si pria menyatakan perasaan dan Anda belum yakin dengan perasaan Anda? Ya katakan hal itu dengan tegas bahwa Anda memang belum yakin dengan perasaan Anda dan meminta menjalani persahabatan seperti biasa sampai Anda menjadi yakin.
Jangan menerima dulu tetapi kemudian di tengah jalan tiba-tiba Anda menyadari bahwa Anda tidak menyukai dia. Ini merupakan bentuk pemberian harapan lainnya. Juga jangan cepat menolak dulu, karena bisa jadi Anda malah jadi menyesal kemudian jika ternyata Anda sebenarnya menyukai si pria juga namun belum cukup yakin dengan perasaan Anda.
Hal kedua yang mau saya sampaikan adalah masalah pembatasan. Saya yakin tanpa perlu saya katakan bahwa setiap kita akan mengerti mengenai batasan perkataan dan tindakan kita jika memang kita menganggap lawan jenis kita itu sebagai teman dan bukan sebagai orang yang kepadanya kita menaruh perasaan khusus. Terdapat suatu perbedaan yang jelas antara keduanya dan sebagai anak-anak Kristus hendaknya kita semua bisa bertindak dan berkata-kata secara bijaksana dan berhikmat.
Banyak pria atau wanita berkata demikian: "Saya ingin tetap baik kepada orang yang menyukai saya." Hal ini tidaklah salah, sesuatu yang wajib dilakukan oleh setiap kita kepada semua orang.
Galatia 6:10: Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.
Hal yang perlu diingat adalah berbuat baik merupakan sesuatu yang perlu kita lakukan, namun memberi harapan adalah hal yang lain lagi. Hendaklah kita bijaksana dan berhikmat dalam bertutur kata dan bertindak. Apakah kita baik terhadap semua orang, atau hanya pada satu pria atau wanita tertentu saja? Renungkan baik-baik motivasi Anda. Sungguhkah Anda memang baik kepadanya karena tulus, atau karena tidak ingin kehilangan penggemar?
Di atas semuanya itu, mari kita menempatkan diri kita dalam posisi orang lain. Bagaimana perasaan kita jika kita yang berada pada posisi orang lain tersebut? Dalam
Matius 7:12: Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.
Bila Anda tidak ingin mengalami kekecewaan mendalam, janganlah membuat orang lain mengalami kekecewaan mendalam karena memberi harapan. Namun bila Anda tidak memberi harapan malah diberi harapan, apa yang harus Anda lakukan? Jangan kecewa dan tetaplah melakukan yang benar. Jangan lupa untuk terus menjaga hati dan pikiran.
Semoga kita semua menjadi orang-orang yang bijaksana dan berhikmat sehingga setiap perkataan dan tindakan kita menjadi jelas dan tidak membuat orang lain misleading. Saat kita berkata-kata dan bertindak benar, saat itulah Tuhan dipermuliakan lewat hidup kita