Russell Simmons: Hip-Hoppreneur Sukses

Entrepreneurship / 21 May 2009

Kalangan Sendiri

Russell Simmons: Hip-Hoppreneur Sukses

Tammy Official Writer
3973
Russell Simmons bukan pencipta rap. Tetapi ia memainkan sebuah peranan penting dalam kesuksesan genre musik ini. Seperti pendiri Motown Records Berry Gordy, yang membawa musik black soul ke rancah mainstream (dan juga yang sering Simmons dibandingkan dengannya), Simmons dipuji atas pergerakan rap - atau hip-hop, sebagaimana pecintanya menyebutnya - dari jalanan-jalanan pusat kota ke budaya pop Amerika mainstream.

Tetapi tetap ada perbedaan besar antara Gordy dan Simmons. Tidak seperti Gordy, yang mencoba mengembangkan kerajaan Motown-nya melebihi musik tetapi gagal, Simmons telah mampu mempertaruhkan kesuksesannya dalam industri musik ke dalam bisnis lain yang sama suksesnya. Kurang dari satu dekade, Rush Communications milik Simmons telah bertumbuh menjadi penerbitan, fesyen, televisi, pembuatan film, periklanan, dan Internet - menjadi perusahaan hiburan kedua terbesar yang dimiliki kulit hitam di Amerika Serikat.

Meskipun ia mendapatkan ketenarannya dari mempromosikan musik yang merayakan gaya hidup jalanan yang keras, Simmons bertumbuh di sebuah rumah kelas menengah yang nyaman di Queens, New York. Ia pertama kali mendengar musik rap selagi bekerja untuk sarjana sosiologinya di City College di Harlem, New York. Pada tahun 1977, ia mulai mempromosikan pesta-pesta rapnya di Harlem dan Queens dengan temannya Curtis Walker. Seperti rock 'n' roll, rap pada awalnya diperkirakan hanya sebagai tren sesaat saja. Tetapi Simmons mengetahui perbedaannya. Pada pesta-pestanya, ia melihat kultur baru muncul dan akan bertahan lama. Di tahun selanjutnya, Walker sendiri menjadi rapper, mengubah namanya menjadi Kurtis Blow, dan ia dan Simmons bekerjasama menulis hit kecil berjudul "Christmas Rappin."

Russell SimmonsSetelah sukses kecilnya dengan Blow, Simmons meninggalkan studinya di City College. Pada 1979, ia membentuk Rush Communications dan mulai mengelola event-event rap lokal lainnya. Salah satu aksi terbaik dari Simmons adalah adik prianya, Joey, yang mengganti nama menjadi Run. Menyatukan saudara prianya bersama dengan MC Darryl McDaniels dan DJ Jason Mizell, ia membentuk grup Run DMC, memakaikan mereka setelah kulit hitam dan mengatakan kepada mereka apa yang harus direkam. Pada tingkat jalanan, dua rekaman pertama dari kelompok ini dengan menjadi hits.

Pada 1984, Simmons bertemu Rick Rubin, seorang pelajar NYU yang juga menginginkan untuk mempromosikan musik rap. Keduanya memohon untuk $8000 dan mendirikan Def Jam. Rubin adalah seorang pemroduksi jenius yang mencintai musik keras pemberontak. Simmons adalah seorang pebisnis yang antusias dan cerdik.

Kombinasi dari kepribadian dan talenta Rubin dan Simmons terbukti sebagai perpaduan yang luar biasa. Hanya dua tahun mereka beroperasi, Columbia Records mendekati Def Jam dengan sebuah penawaran untuk promosi, memasarkan, dan distribusi rekaman-rekaman rap Def Jam terbaru untuk berbagi keuntungan. Tetapi Def Jam dan Run DMC intinya membuat black music untuk orang kulit hitam. Pergerakan kedua label tersebut, bagaimanapun, mengubah hal itu.

Pertama, Def Jam se-tim dengan Run DMC dengan Aerosmith untuk merekam versi rap dari hit band rock tersebut yang berjudul "Walk This Way." Lagu ini meledak dan mendaratkan Run DMC di MTV, yang sebelum itu memasang musik rap ogah-ogahan. Ketika lagu tersebut menjangkau audiens kulit putih baru, Run DMC dan Simmons menemukan lagu mereka sebagai lagu rap pertama yang mencapai No. 4 Billboard yang memecahkan lima besarnya. Lagu tersebut juga menolong album ketiga band tersebut, "Raising Hell," terjual hingga 4 juta kopi.

Selanjutnya Def Jam menandatangani rapper kulit putih pertama, Beastie Boys. Lirik yang nakal dan riff berbasis rock ‘n' roll dibawakan lagi kepada audiens kulit putih yang lebih luas, dan album pertama band, "License to III," terjual sebanyak 8 juta kopi. Sukses dari album-album tersebut membawakan Def Jam untuk menandatangani aksi-aksi tambahan, termasuk Public Enemy, Oran "Juice" Jones, dan duo rap D.J. Jazzy Jeff dan the Fresh Prince (Will Smith). Luar biasanya, setiap rekaman yang label rilis sepanjang 1990 menjadi emas.

Di waktu yang sama Simmons mengembangkan Def Jam dengan Rubin, ia juga menjadi terlibat dalam media lain. Pada 1985, dalam kerjasama dengan Warner Brothers, Def Pictures miliknya memproduksi film pertamanya, "Krush Groove," musikal rap berdasarkan kehidupan Simmons. Film ini, yang berbiaya hanya $2,2 juta untuk produksi, berpenghasilan kotor nyaris $20 dolar pada box office. Film kedua Simmons, "Tougher Than Leather," sebuah aksi komedi yang dibintangi Run DMC, meraih kesuksesan yang sama. Selanjutnya film-film Def Picture termasuk "The Addiction" (1995) dan "The Funeral" (1996) - keduanya disutradarai oleh Abel Ferrara dan dibintangi Christopher Walken dan "The Nutty Professor" (1996) yang dibintangi Eddie Murphy.

Rubin meninggalkan Def Jam pada 1988 untuk membentuk perusahaannya sendiri, dan Simmons melanjutkan untuk mengatur label Def Jam dan Def Pictures sebagai anak-anak perusahaan dari Rush Communications. Selanjutnya, Simmons memulai usaha dalam pertelevisian dengan "Def Comedy Jam." Co-produce oleh Simmons dan partner-partner TV-nya, Bernie Brillstein dan Brad Grey, show ini, yang menampilkan komedian-komedian hitam yang luar biasa, dengan cepat menjadi sensasi instan.

Russell SimmonsSimmons selanjutnya memperlebar kerajaan komunikasinya pada 1992 seperti majalah Oneworld, yang mempublikasikan artikel-artikel musik, fesyen, dan personalitas hip-hop. Di tahun yang sama, Simmons meluncurkan sebuah clothing line yang disebut Phat Farm, dimana pada tahun 1998 berpenghasilan kotor nyaris $22 setiap tahunnya diproyeksikan untuk mencapai $100 juta pada tahun 2000. Setahun kemudian, Simmons memulai SLBG Entertainment, yang melayani sebagai agen bagi aktor-aktor dan entertainer lainnya.

Salah satu cabang dari Rush Communications yang menggebrak baru-baru ini adalah Rush Media Company, sebuah agensi marketing dan periklanan yang memproduksi iklan-iklan pemenang award untuk Coca-Cola pada tahun 1996.

Kunci dari kesuksesan Simmons, lebih dari segalanya, adalah kegigihannya untuk berpromosi. Di saat industri rekaman mencari one-hit-disco-wonder selanjutnya, Simmons dengan aktif mencari-cari artis-artis yang bisa memiliki karir, lalu mempromosikan mereka dan labelnya di waktu yang sama. Ketika meninjau kembali, Simmons sudah melakukan branding di saat orang lain masih marketing. Sebagaimana label tersebut telah lepas landas, Simmons, seperti guru promosi lainnya, Richard Branson dari Virgin Group, melirik tempat-tempat lain untuk menaruh namanya dan nama perusahaannya untuk menjual produk-produk baru. Dan disitulah setiap indikasinya bahwa Simmons bisa dan akan berangkat untuk menciptakan ekspansi, jenis konglomerat seperti Virgin.

Terima kasih kepada Russell Simmons, hip-hip tidak lagi menjadi bagian kultur kulit hitam atau bahkan kultur urban - itu adalah kultur Amerika.

Sumber : entreprenur.com
Halaman :
1

Ikuti Kami