Megawati – Prabowo, Siapa yang Mengalah?

Nasional / 15 May 2009

Kalangan Sendiri

Megawati – Prabowo, Siapa yang Mengalah?

Lestari99 Official Writer
4661

Tim enam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menggelar rapat di kediaman Megawati Sukarnoputri, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (14/5) kemarin. Rapat berlangsung tertutup. Usai rapat, tak ada penjelasan secara gamblang soal arah koalisi PDIP dengan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).

Tapi, dari informasi yang diperoleh, rencananya usai salat Jumat siang ini akan dideklarasikan pasangan calon presiden dan wakil presiden, Megawati Sukarnoputri dan Prabowo Subianto. Rencananya, pukul 21.00 WIB, PDIP akan konferensi pers terkait rencana deklarasi Mega-Prabowo, tapi ternyata konferensi pers ini pun dibatalkan.

Komunikasi politik PDIP dengan Gerindra memang semakin intens belakangan ini. Rabu kemarin, tim enam dari PDIP dan tim lima dari Gerindra bertemu. Menurut anggota tim enam PDIP, Sabam Sirait, pertemuan membahas rencana pemenangan pilpres dan menghitung kelemahan PDIP maupun Gerindra.

Sementara itu, dari sumber terpercaya di PDIP, tawaran dari Partai Demokrat untuk berkoalisi dengan PDIP tak mencapai kesepaktan. Keputusan menyandingkan Gubernur Bank Indonesia Boediono dengan Susilo Bambang Yudhoyono juga dinyatakan bukan usul dari PDIP. Boediono ditegaskan juga bukan jembatan antara PDIP dan Demokrat.

Saat ini, persiapan rencana deklarasi masih dilakukan. Tapi, belum pasti apakah deklarasi dilanjutkan dengan pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum. Apalagi, tenggat yang diberikan sampai 16 Mei besok. Yang, pasti dari informasi berbagai pihak di PDIP, hubungan PDIP dan Gerindra semakin dekat. Tapi, belum gamblang apakah Mega dan Prabowo jadi bersatu.

"Insya Allah perbedaan yang ada makin mengecil. Dan, mudah-mudahan hari ini kedua tokoh sudah bisa bersama-sama untuk menyepakati," kata Sekretaris Jenderal PDIP, Pramono Anung.

Pernyataan senada juga disampaikan Ketua DPP PDIP Puan Maharani. Namun, ia mengingatkan bahwa komunikasi yang dibangun PDIP hanya untuk posisi cawapres. "Kalau mau bergabung dengan PDI Perjuangan, posisinya sebagai cawapres, karena Ibu Mega tetap sebagai wapres kita," ujar putri sulung Megawati ini. Yang pasti, kata Puan, arah koalisi yang dibangun PDIP akan jelas sebelum 16 Mei.

Bertolak belakang dari pihak PDIP, Direktur Gerindra Media Center Haryanto Taslam membantah bahwa Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Letjen TNI Purn Prabowo Subianto akhirnya menurunkan posisinya menjadi calon wakil presiden, mendampingi calon presiden Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

"Gerindra belum punya opsi soal itu (menjadi cawapres). Rapimnas Gerindra memutuskan Pak Prabowo menjadi capres, bukan cawapres," ujar Haryanto, Kamis (14/5) malam di Gerindra Media Center, Jakarta.

Kendati demikian, lanjut Haryanto, keputusan pencalonan capres atau cawapres sepenuhnya berada di tangan Prabowo. "Biarlah Pak Prabowo yang memutuskan," ujarnya.

Kalau sudah seperti ini, pertanyaan yang sama sepertinya tak akan lepas dari benak rakyat Indonesia pada umumnya. Sebenarnya, yang diperjuangkan itu kepentingan partai, posisi atau memang kepentingan rakyat? Karena semuanya ingin menjadi yang teratas dan memegang kekuasaan penuh. Padahal bila setiap calon pemimpin menunjukkan kredibilitasnya sebagai pejuang kepentingan rakyat, posisi tidak menjadi masalah sepanjang hubungan yang terjalin antara capres dan cawapres dapat berjalan dengan baik dan kepentingan rakyat sepenuhnya tercapai.

Sepertinya, rakyat Indonesia masih harus bersabar untuk mengalami kehidupan demokrasi yang dewasa di negeri ini. Karena sekarang yang terlihat hanyalah aktor-aktor politik yang sedang rebutan permen kekuasaan di parlemen.

Sumber : Berbagai Sumber
Halaman :
1

Ikuti Kami