Pinjam Dong…!

Investment / 14 May 2009

Kalangan Sendiri

Pinjam Dong…!

Lestari99 Official Writer
4046

Satu-dua kali Anda mengabulkan permintaan teman yang ingin meminjam uang, dan bersyukur karena teman tersebut membayar pada waktunya. Namun karena sang teman ini tahu Anda selalu mengabulkan permintaannya, ia jadi seperti mengandalkan Anda. Setelah itu, pembayaran hutang mulai tidak lancar seperti biasanya, dan pada hutangnya yang terakhir teman ini mulai sulit dihubungi. Kasus lain, ada teman lain yang ingin mencicil hutang dengan pembayaran minimum seperti kartu kredit. Bedanya, ia tak ingin dikenakan bunga. Wah, enak betul!

Hal inilah yang menyebabkan Anda berpikir-pikir lagi jika ada teman lain yang ingin berhutang. Selain uang Anda tidak kembali, hubungan pertemanan pun jadi terganggu. Namun Anda juga tidak tega saat teman tersebut "mengemis" pengertian Anda, seperti untuk membayar uang sekolah anak, atau membayar ongkos rumah sakit. Bila hal seperti ini terjadi, apa yang harus kita lakukan?

1. Apakah dia teman dekat Anda? Bila Anda cukup mengenalnya, Anda akan tahu apakah ia berkata dengan jujur dalam menggunakan uang tersebut dan membayarnya tepat waktu. Anda mungkin akan berkata dalam hati bahwa Anda ingin menolongnya, toh Anda mempunyai tabungan yang cukup. Namun dalam banyak kasus, meminjamkan uang bukan cara terbaik untuk membantu teman. Tanyakan untuk apa uang sebanyak itu, dan tunjukkan bahwa Anda peduli. Setelah ia menjelaskan kebutuhannya, katakan bahwa Anda harus berkonsultasi dengan suami atau keluarga Anda lebih dulu. Tunggu hingga dua atau tiga hari, untuk memberi kesempatan teman Anda meminjam uang dari pihak lain, sekaligus mencari tahu tentang situasi teman ini dari teman-teman yang lain.

2. Jika ia bukan teman dekat, atau teman yang sudah bertahun-tahun tidak memberi kabar, keputusan terbaik adalah dengan mengatakan, "Sori, tapi aku punya aturan untuk tidak meminjamkan uang ke teman." Pernyataan ini menunjukkan ketegasan sikap Anda, tanpa menyakiti hati teman Anda. Meskipun Anda tidak tega, bersikaplah tegas pada diri Anda sendiri. Jika selama ini ia tak pernah berusaha dekat pada Anda, atau menghubungi Anda, artinya ia hanya mau memanfaatkan Anda. Katakan juga bahwa karena Anda sudah menikah, kebijakan mengenai uang tidak lagi hanya berasal dari Anda, tetapi juga dari suami.

3. Tanyakan pada diri Anda, apakah teman tersebut layak diberi pinjaman? Seringkali terjadi, Anda tidak mengetahui kondisi keuangan teman yang sesungguhnya, dan ternyata ia punya kebiasaan gali lubang-tutup lubang. Atau, ia meminjam uang karena ingin membeli sesuatu yang terlalu mahal untuknya. Bisa juga karena kartu kreditnya sudah masuk kategori bad debt (kredit macet) di bank, sehingga ia tak bisa lagi menggunakannya. Perhatikan juga apakah ia masih sering nongkrong di coffee shop, padahal merengek terus untuk meminjam uang. Teman seperti ini tidak layak diberi pinjaman, karena ia tidak punya tanggung jawab dengan keuangannya.

4. Apakah ia meminjam uang untuk urusan bisnis? Pelajari permintaannya, apakah ia mengundang Anda untuk menjadi investor, atau sekadar untuk membiayai ongkos produksi. Jika Anda bertindak sebagai investor, Anda berhak mendapatkan pembagian keuntungan (jumlahnya bisa Anda diskusikan). Namun hal ini membutuhkan evaluasi lebih lanjut. Apakah entrepreneurship-nya dapat diandalkan? Apakah ia memiliki potensi untuk membuat bisnisnya sukses? Sedangkan bila ia hanya ingin meminjam untuk untuk membiayai ongkos produksi misalnya, Anda bisa meminjamkannya, namun dengan menetapkan bunga. Bagaimana pun juga, uang Anda dipergunakan untuk membiayai salah satu elemen bisnis. Bunga ini juga bisa menjadi "senjata" saat ia mulai mangkir. Bunga akan terus berjalan setiap bulan jika ia belum membayar.

5. Jika teman Anda memiliki alasan yang dapat diterima untuk meminjam uang (misalnya membiayai ongkos rumah sakit), periksalah kondisi keuangan Anda sendiri. Apakah Anda mampu memberikannya atau tidak. Pastikan jumlah yang mampu Anda berikan. Jika tidak mampu, Anda bisa menawarkan separuh dari yang ia minta. Dengan memiliki gambaran yang jelas mengenai kondisi keuangan Anda, Anda tidak akan mengalami resiko problem keuangan yang menyulitkan Anda sendiri nantinya.

6. Jika jumlah uang yang ingin dipinjam cukup besar, lebih baik Anda membuat kesepakatan tertulis. Banyak orang yang mendadak "amnesia" jika menyangkut urusan berhutang. Adalah kewajiban Anda untuk menagih hutang, dan bukannya segan atau risih meminta uang Anda kembali. Terutama jika hutang ini menyangkut transaksi bisnis, penting untuk mendapatkan semua dokumen legal untuk menghindari konflik di masa depan.

7. Sebelum mengatakan "Ya", tanyakan pada diri Anda sendiri, dapatkah Anda membayangkan apa yang terjadi bila teman Anda tidak mampu membayar kembali, atau menghilang tanpa membayar? Bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi pertemanan Anda? Apakah jika suatu saat ia kembali untuk meminjam uang, sanggupkah Anda mengatakan "Tidak" kali ini? Apakah Anda akan merelakan uang Anda jika ia tidak membayar?

8. Jika Anda berkata "Tidak", akan lebih sulit menagih-nagih hutang seorang teman, daripada mengatakan "Tidak" sejak awal. Pastikan teman Anda memahami situasi ini. Bersikaplah konsisten dengan keputusan Anda, dan jangan tergoda untuk membantunya. Teman sejati tidak akan menentang Anda jika Anda memutuskan untuk tidak meminjamkan uang padanya.

Sumber : Personal Finence
Halaman :
1

Ikuti Kami