Flu babi memang tidak selazim flu musiman yang lebih sering menyerang anak-anak atau orangtua. Flu babi, yang menjadi wabah di Meksiko, mengincar mereka yang berusia 25-45 tahun. Padahal usia ini biasanya memiliki sistem pertahanan tubuh yang bagus. Belajar dari pengalaman saat flu babi menyerang 1918-1919, yang menewaskan 20-50 juta penduduk dunia termasuk sejuta orang Indonesia, virus flu babi H1N1 memang menyerang dengan cara unik.
Virus flu babi masuk ke paru-paru manusia. Virus juga bisa pindah dari manusia ke manusia. Virus pindah saat si pengidap bersin atau batuk. Virus flu babi akan membuat protein yang mengaktifkan sistem kekebalan tubuh, sitokin. Hanya saja, virus flu babi mengundang sitokin dalam jumlah berlebihan.
Sitokin mengundang sel darah putih ke paru-paru. Hanya karena sitokin muncul dalam jumlah berlebihan, sel darah putih juga datang berlebihan ke paru-paru. Sel darah putih seharusnya datang untuk menjinakkan virus flu babi di paru-paru. Tapi karena jumlahnya terlalu banyak, jaringan yang melapisi paru-paru malah rusak dan cairan masuk ke organ ini. Penderita menjadi sesak nafas dan tewas.
Pada bayi dan orangtua, karena sistem kekebalan tubuhnya tidak sempurna, sel darah putih yang datang ke paru-paru untuk menjinakkan flu babi tidak seperti orang dengan kekebalan tubuh bagus seperti mereka yang berusia 25-45 tahun. Sel darah putih datang sedikit sehingga tidak membuat paru-paru hancur.
Kalau wabah ini bisa berakhir di era 1900-an, semoga saja tekhnologi kesehatan yang semakin berkembang bisa memberantas virus ini dan mencegah jatuhnya korban yang semakin banyak di seluruh dunia.
Sumber : tempointeraktif