Sejumlah nama dari partai politik marak disodorkan untuk mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono sebagai calon wakil presiden, mulai dari Hidayat Nur Wahid hingga Hatta Rajasa. Nama lain dari kalangan profesional juga mulai disebut-sebut, mulai dari Sri Mulyani sampai Boediono. Namun, hingga kini deklarasi belum kunjung dilakukan.
Perang opini soal wakil presiden yang ideal, mulai dari filosofis hingga praktis, juga terus berkembang, terutama soal komunitas asal si calon, baik asal partai politik maupun profesional. Hampir semua politisi dan sejumlah pengamat menilai, SBY lebih baik memilih cawapres dari kalangan partai politik. Alasannya, orang dari parpol memiliki basis politik yang kuat. Jadi, tidak akan diganyang di parlemen jika sewaktu-waktu pemerintah didakwa sedang "berbuat dosa". Alasannya rasional.
Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Syamsudin Haris, mengatakan, seharusnya pengalaman pemerintahan selama lima tahun ini dapat membuat SBY menyadari bahwa kabinetnya kerap tidak percaya diri jika berhadapan dengan parlemen, terutama pihak oposisi yang dimotori PDI-P.
Syamsudin termasuk pengamat yang menganjurkan kalkulasi politik yang teliti oleh pihak SBY dari segi basis politik di parlemen nanti. Oleh karena itu, nama Boediono mungkin masuk di zona "sebenarnya kuat tapi lemah" untuk menjadi cawapres SBY.
Sementara itu, pendapat pengamat politik Bachtiar Effendy berbeda dengan Syamsudin. Bachtiar mengatakan, tak perlu hitung-hitungan basis politik. Justru, SBY harus mencari figur yang dikenal oleh masyarakat luas. Oleh karena itu, melamar dari kalangan profesional sah-sah saja. Selain itu, melirik tokoh dari organisasi masyarakat bisa menjadi opsi lain.
Bagi Bachtiar, pertimbangan basis politik bukanlah yang terpenting karena siapa yang akan duduk sebagai pasangan nanti bukanlah segalanya. "Pembantu presiden kan juga bukan hanya wakil presiden. Jadi, pilihan cawapres cukuplah syaratnya, siapa yang beliau (SBY) suka saja, artinya dengan siapa sreg untuk bekerja sama," tutur Bachtiar. Lalu, akan pilih siapa Pak SBY? Jangan kelamaan. "Hati-hati akan timbulkan sentimen publik," tutur Bachtiar.
Sepertinya SBY harus segera mengambil keputusan karena waktu terus berjalan dan Pemilihan Presiden semakin mendekat. Selain itu, rakyat juga membutuhkan kepastian akan daftar calon pemimpin bangsa ini dan mengambil keputusan yang terbaik saat Pemilu nanti. Mari terus doakan para pemimpin dan calon pemimpin bangsa ini di Pemilu Presiden mendatang.
Sumber : kompas