Pada saat jatuh cinta, selain hal-hal yang bersifat menyenangkan seringkali timbul hal-hal yang tidak menyenangkan. Salah satunya adalah membangun harapan. Saat kita melihat respon orang yang kita kasihi, kita mulai menebak-nebak. Hm... dia begini.. berarti dia suka padaku atau dia begitu berarti memang aku tidak salah menduga dan seterusnya.
Pada saat kita mulai menebak-nebak dan menduga-duga, sebenarnya kita sedang menanamkan suatu harapan dalam hati kita. Harapan bahwa si dia adalah orang yang kita tunggu, orang yang kita nantikan, atau bahasa kerennya itu he/she's the one. Memang bisa saja dugaan kita itu benar, namun tidak jarang dugaan kita meleset.
Saat mulai menebak-nebak, harapan terbentuk dan semakin banyak menebak-nebak, maka harapan yang terbentuk semakin tebal. Pada saat harapan yang terbentuk sudah semakin tebal, bila kita menghadapi ternyata si dia tidak mencintai kita dan hanya menganggap kita teman saja tanpa suatu perasaan istimewa, apa yang terjadi? Mungkin rasanya seperti jatuh dari ketinggian gedung pencakar langit (hanya perumpamaan lho, belum pernah dan tidak disarankan untuk dicoba). Sakit!
Ya itulah yang terjadi. Menebak-nebak merupakan suatu proses membangun harapan. Saat harapan terbangun berarti timbul keinginan untuk mencapai harapan tersebut dan harapan yang tidak terpenuhi merupakan sumber kekecewaan.
Dugaan terjadi dalam pikiran kita, kita proses, dan pada akhirnya menghasilkan harapan. Jadi prosesnya terjadi di otak kita dan berakhir di hati kita. Permasalahannya adalah orang yang jatuh cinta kerap teringat pada orang yang dicintainya, lalu bagaimana kita bisa mencegah untuk tidak menebak-nebak dan akhirnya berakhir dengan mengharapkannya? Ada sejumlah langkah praktis yang bisa diikuti:
1. Analogi burung dan sarang burung. Bila seekor burung ingin melintas di atas kepala kita, apakah kita bisa mengusirnya? Sudah pasti tidak bukan? Namun bila burung itu ingin bersarang di atas kepala kita, apakah kita bisa mengusirnya? Ya, tentu saja. Jadi, burung melintas itu adalah saat kita teringat si dia.
Hal yang sangat wajar kalau kita teringat padanya. Lha iya dong, kita kan tidak sedang amnesia (lupa ingatan). Jadi sangat wajar dan manusiawi sekali untuk ingat padanya. Namun burung bersarang itu bagaimana? Nah.. ingat itu wajar, tapi memikirkan? Itu lain lagi.
Memikirkan merupakan suatu bentuk kata kerja aktif yang melibatkan peran serta kita secara aktif. Kita tidak bisa mencegah untuk ingat pada si dia, tetapi kita bisa mencegah diri kita untuk memikirkannya terus-menerus.
2. Untuk tidak memikirkannya terus-menerus, apa yang harus kita lakukan? Setidaknya inilah hal-hal yang bisa kita lakukan:
a. Menjaga hati. Ini merupakan suatu langkah kunci. Saat hati kita mulai berharap dan kecewa itu adalah suatu langkah awal yang berbahaya. Kondisi hati kita akan menentukan kita hidup.
Amsal 4:23: Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
b. Mencari kegiatan yang dapat menyibukkan kita. Saat kita mulai menganggur, saat itulah biasanya pikiran kita akan bekerja dengan aktif dan harapan yang terbangun itu dimulai dari proses memikirkan. Ingatkah Anda akan kasus raja Daud dalam 2 Samuel 11? Daud seharusnya bekerja (yaitu pergi ke medan perang) tetapi malah menganggur di istana.
Kemudian melihat Batsyeba sedang mandi dan berakhir dengan memikirkan rencana jahat untuk membunuh Uria agar Uria terbunuh, Daud berzinah dengan Batsyeba, Batsyeba kemudian hamil, dan pada akhirnya bayi tersebut mati. Rentetan kejadian tragis yang bermula dari menganggur. Inilah bahaya mengganggur bagi pikiran kita.
c. Isi pikiran dengan hal-hal yang positif dan bukan melulu memikirkan si dia.
Filipi 4:8: Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
d. Menyerahkan pada Tuhan. Serahkan seluruh diri kita, hidup kita, dan langkah-langkah dalam hidup kita dalam rencana Tuhan yang sempurna.
Mazmur 37:5: Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak.
e. Berharap hanya kepada Tuhan. Kalau kita berharap pada manusia, agar dia mencintai kita, tidak mengecewakan kita, dan seterusnya, manusia dapat mengecewakan. Tetapi bila kita berharap pada Tuhan, Dia sungguh adalah Allah yang tidak pernah mengecewakan umat-Nya.
Mazmur 43:5b: Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!