Keintiman Vs Kebiasaan

Kata Alkitab / 27 April 2009

Kalangan Sendiri

Keintiman Vs Kebiasaan

Lestari99 Official Writer
6827

Amos 3:7 menyatakan bahwa Tuhan tidak akan berbuat sesuatu sebelum menyatakan terlebih dahulu "keputusan-Nya" kepada hamba-hamba-Nya, para nabi. Kita juga melihat dalam Mazmur 25:14 bahwa "Tuhan bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." Pengetahuan ilahi akan dipercayakan kepada orang-orang yang takut akan Dia.

Mungkin kita akan bertanya-tanya bagaimana kita bisa benar-benar menjadi sahabat Tuhan jika kita takut akan Dia. Kata Ibrani yang diterjemahkan "takut" dalam Mazmur 25:14 adalah yare' (yaw-ray'), yang secara harfiah diterjemahkan takut. Beberapa terjemahan telah menerjemahkan kata ini dengan "hormat/tunduk", dan memang itulah artinya, tetapi hormat/tunduk yang mutlak. Meskipun kita adalah sahabat-sahabat baik-Nya, Dia tetap Allah dan kita tetap manusia.

Yohanes adalah sahabat karib Yesus. Yudas adalah keluarga-Nya. Ada sifat kekeluargaan yang tidak kudus terhadap Allah yang dapat menjadi dasar kejatuhan dari kasih karunia. Yohanes sebaliknya, ketika ia sudah lanjut usia dan satu-satunya rasul yang masih hidup, ia mendapat penglihatan yang tercatat sebagai Kitab Wahyu. Ia masih berkali-kali jatuh tersungkur di hadirat Tuhan. Pria yang tanpa bisa dibantah lagi menjadi orang yang menerima pewahyuan Kristus yang terbesar dan sahabat Allah yang paling intim ini tidak pernah kehilangan takutnya akan Tuhan. Ini mungkin adalah alasan utama mengapa ia dipercayakan pewahyuan besar itu.

Dalam salah satu surat Rasul Paulus, ia menyatakan bahwa ia tidak kalah dibandingkan dengan rasul-rasul yang luar biasa sekalipun (2 Korintus 12:11). Kemudian ia juga menulis bahwa ia adalah "yang paling hina dari semua rasul" (1 Korintus 15:9). Lalu, beberapa tahun kemudian, ia menulis bahwa ia adalah "yang paling hina di antara segala orang kudus" (Efesus 3:8). Dalam salah satu suratnya yang terakhir ia menulis bahwa ia adalah yang paling berdosa (lihat 1 Timotius 1:15). Apakah Anda melihat suatu kemajuan di dalam pernyataan-pernyataan itu? Semakin besar kedewasaan rohani seseorang, ia justru semakin rendah hati.

Raja atau presiden manakah yang akan mengizinkan seseorang yang tidak hormat mendekati takhta mereka, atau mendekati tempat di mana perundingan penting sedang berlangsung? Apabila kita ingin menjadi sahabat Tuhan yang kepadanya Tuhan "menyatakan keputusan-Nya", kita harus memberikan kehormatan yang layak kepada-Nya. Jika kita ingin menerima pewahyuan profetik, maka kita harus memiliki hikmat sedemikian rupa sehingga kita mengetahui kapan menyampaikan nubuat tersebut dan kapan menahannya. Hikmat itu berakar dalam takut akan Tuhan. Kta bisa menjadi sahabat karib-Nya, tetapi tidak boleh lupa siapa Dia. Takut akan Tuhan adalah permulaan hikmat, dan merupakan dasar dari semua pelayanan profetik sejati.

Sumber : Rick Joyner - 50 Renungan untuk Membangun Visi Anda

Halaman :
1

Ikuti Kami