Pekerjaannya dulu adalah seorang pembunuh bayaran. Eddy dikenal sebagai pembunuh berdarah dingin yang tidak peduli siapa yang harus dibunuh atau dibantainya. Ia melakukan semua itu tanpa rasa takut. Selain membunuh, Eddy juga menjadi penjual ganja. Ia mengambil ganja dari Aceh dan dijualnya lagi.
Sejak SD ia sudah hidup terpisah dari orangtuanya. Ia kost di Jogja. Pada saat itu ia terbiasa dengan kebebasan. Lingkungannya dipenuhi oleh orang-orang yang suka minum minuman keras, memakai ganja, dll. Ia pun akhirnya menjadi seperti mereka. Eddy masuk penjara sebanyak 7 kali. Ia bisa dibebaskan namun karena uang jaminan. Eddy berpikir bila ingin melakukan kejahatan tidak mau yang tangung-tangung. Bila hanya mencuri saja tidak akan membuat orang menjadi takut dan segan padanya. Namun dengan membunuh sudah pasti orang akan takut kepadanya.
Pada tahun 1983 ia mempunyai masalah dengan temannya. Temannya menjual ganja dan tidak memberikan bagian yang seharusnya menjadi hak Eddy. Ia berpikir akan menghabisi temannya itu. maka ia meminta bertemu dengan temannya dan pada jarak 10 meter ia menodongkan pistol pada temannya lalu menembak temannya. Tidak cukup satu kali tembakan, ia menghampiri temannya lagi lalu menembak temannya lagi tiga kali.
Eddy berpikir bahwa masuk penjara itu adalah hal yang biasa. Ia pasti bisa keluar dengan cepat dengan memberikan jaminan. Tetapi diluar perkiraannya ternyata teman-temannya justru tidak meolong dirinya. Ia sudah menyuruh temannya untuk menjual rumah dan kendaraannya pada saat itu tetapi malah dipakai untuk berjudi. Pada saat ia naik banding ternyata hukumannya menjadi naik menjadi 9 tahun.
Disaat seperti itu ia merasa sangat putus asa. Ia merasa tidak ada yang mampu menolongnya. Teman-temannya meninggalkannya dan membiarkan ia dipenjara. Pada saat seperti itu, ia teringat pada satu Firman Tuhan yang berkata "Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu."
Lalu mulai saat itu ia terus membaca Alkitab. Eddy baru menyadari bahwa ada satu pribadi yang peduli pada hidupnya walaupun semua orang menolaknya. Ia merasa begitu berdosa dan butuh pengampunan. Eddy tidak pernah menangis karena apapun. Pukulan secara fisik tidak pernah membuatnya menangis. Tetapi saat itu Firman Tuhan menusuk hatinya dan membuatnya menangis tak berdaya. Ia teringat bahwa Tuhan sangat mengasihi hidupnya. saat itu juga Eddy tersungkur dan meminta ampun pada Tuhan atas segala kesalahan dan kejahatan yang pernah ia buat dalam hidupnya. dengan hancur hati ia menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat dihidupnya. Ia merasa ada sukacita dan jaminan keselamatan pada saat itu.
Akhirnya Eddy dibebaskan dari penjara pada tanggal 24 Agustus 1984 setelah menerima putusan kasasi (hukuman menjadi 1 tahun 6 bulan) ditambah remisi 3 bulan sebagai napi teladan. Setelah keluar dari penjara, Eddy aktif dalam pelayanan ke berbagai daerah.
Sahabatnya berkata bahwa pada saat berjumpa kembali dengan Eddy ia melihat perubahan yang sangat luar biasa dalam hidup Eddy. Eddy menjadi lembut dan murah senyum. Padahal dahulu ia adalah orang yang sadis dan tak pernah sedikit pun tersenyum.
Hanya satu yang dapat mengubah karakternya menjadi lebih baik, ia mendapat hidup baru dan semua itu karena Tuhan Yesus. Orang hanya melihat luarnya saja, tetapi Tuhan menyelidiki hati. Eddy diubahkan dan diselamatkan dari hidupnya yang sia-sia menjadi hidup yang penuh kemenangan. Eddy mengabdikan hidupnya untuk Tuhan Yesus sebagai ungkapan terima kasihnya pada Tuhan Yesus yang sudah sangat baik dalam hidupnya. (Kisah ini ditayangkan 27 April 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).