Tak seorang pun yang bisa menolak datangnya bencana yang tiba-tiba menghantam jiwa, harta benda, dan tempat tinggalnya. Begitu juga dengan Bapak Halim Adi Surya, seorang mitra CBN yang pada saat kejadian jebolnya Tanggul Situ Gintung, rumah dan harta bendanya ikut hancur. Untuk itu, pada tanggal 31 Maret 2009 lalu, Tim CBN mendatangi Halim di kediamannya di Perumahan Cirende Permai yang berjarak 1,5 km dari Situ Gintung. Ternyata, Tim CBN adalah orang pertama yang datang.
Kedatangan Tim CBN disambut dengan rasa haru oleh Halim yang merasa hampir stres. Namun Halim yang menjadi Mitra CBN sejak 2007, merasa kedatangan Tim CBN mampu memberinya dukungan moril.
Menurut Halim, saat kejadian pembantunya yang tidur di lantai 1 memberitahu bahwa rumah kemasukan air dan serentak mereka bangun. Karena air begitu deras, tidak banyak barang yang bisa diangkut ke atas dan tak lama air mencapai ketinggian 2,5 m. Halim hanya bisa berteriak kepada Tuhan. Air surut pukul 2 siang dan Halim pun turun ke bawah. Kerusakan yang terjadi di lantai 1 ternyata parah sekali. Namun Halim bersyukur kepada Tuhan karena keluarganya boleh selamat.
Halim juga sadar bahwa di balik bencana ini, Tuhan punya rencana yang indah buat keluarganya. Ternyata itu benar. Lewat kejadian itu, hubungan Halim dengan putra pertama dan putrinya yang selama 6 tahun ini terputus, terjalin lagi. Setelah mendapat berita bahwa perumahan papanya ditimpa bencana Situ Gintung, sang putra mengirim SMS dan hari itu juga putra pertama dan putrinya pulang ke rumah. Sambil ikut membantu membersihkan rumah, komunikasi antara ayah dan anak kembali terjalin. "Saya merasa ini adalah berkat pemulihan dari Tuhan bagi keluarga saya. Dan walaupun bencana terjadi, saya ingin tetap mendukung pekerjaan Tuhan di CBN," ujar ayah dari 3 anak ini kepada Tim CBN. Di akhir perjumpaan, Tim CBN mendoakan Halim dan keluarganya supaya lewat kejadian ini tetap mengucap syukur dan mengalami pemulihan yang lebih lagi dari Tuhan.