Saat kita jatuh cinta, hidup akan terasa luar biasa indah. Coba perhatikan orang-orang yang sedang jatuh cinta. Saat mereka membicarakan orang yang dicintainya, pasti dengan nada penuh semangat, mata berbinar-binar, dan ekpresi yang penuh dengan keceriaan. Namun bila seseorang sedang patah hati, perhatikan apa yang terjadi? Pandangan mata menjadi sayu, tidak ada lagi binar-binar dan semangat itu. Tidak heran dalam Amsal 15:13 ditulis, "Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat" dan dalam Amsal 17:22, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang". Menarik sekali memperhatikan kedua kenyataan yang berbeda ini.
Bila orang mengalami patah hati, hal pertama yang dia rasakan adalah luka, kehilangan semangat, dan kesepian. Hal ini terjadi karena pada umumnya telah timbul suatu ikatan dalam hati, semakin dalam ikatan itu semakin dalam pula luka yang terasa. Oleh sebab itu sangat tepat perkataan dalam Amsal 4:23, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." Patah hati memang tidak mudah, bukan sesuatu yang menyenangkan apalagi membahagiakan. Harapan yang terbentuk dan kandas itu adalah salah satu sumber kekecewaan.
Namun bila kita mengalaminya, apakah yang harus kita lakukan?
1. Mengakui itu di hadapan Allah dan minta kelepasan yang dari pada-Nya. Ingat pada Matius 11:28, "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu". Walau "cinta kuat seperti maut..." (Kidung Agung 8:6b), akan tetapi kuasa-Nya jauh lebih besar dari segalanya.
2. Tidak ada gunanya terus-menerus merenungi nasib, apalagi menyalahkan Tuhan. Ingat Yeremia 29:11, "Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." Tuhan telah memberi janji demikian dan Dia terbukti dapat dipercaya.
3. Menerima kenyataan dan merelakan. Pernah mendengar perkataan, "Cinta tidak harus memiliki?" Berbahagialah bila si dia berbahagia, walaupun itu sakit. Hal ini dicatat dalam 1 Korintus 13:5b,7, "Ia ... tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." Pada saat kita bisa berbahagia saat si dia berbahagia walaupun bukan bersama kita, saat itulah kita sungguh-sungguh telah mengasihi dengan tulus.
4. Setelah itu, melangkah maju. Filipi 3:13-14,"Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus." Dan jika ternyata, Tuhan berkehendak lain, pasti kita akan dapat bersama lagi dengan si dia. Filipi 3:15 b, "Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu".
5. Hal yang terakhir yang harus selalu diingat adalah untuk terus bersuka cita. Filipi 3:1a,"Akhirnya, saudara-saudaraku, bersukacitalah dalam Tuhan."
Jadi, tetap nikmatilah hidup. Hidup ini indah. Enjoy your singleness.