Pelangi Itu Ada Setelah Badai

Family / 26 March 2009

Kalangan Sendiri

Pelangi Itu Ada Setelah Badai

Lestari99 Official Writer
5977

"Sewaktu saya masih kecil, ibu saya sering bertengkar dengan ayah," ujar Amir membuka kisahnya.

Ayah Amir yang sering keluar kota akhirnya tak kunjung kembali ke rumah. Bertahun-tahun kemudian, Amir beserta ibu dan adik-adiknya menyusul sang ayah ke Jakarta. Namun suatu hal yang tidak diharapkan terjadi. Selentingan yang selama ini didengarnya mengenai perselingkuhan ayahnya, telah nyata di depan matanya saat itu. Amir bahkan melihat langsung selingkuhan ayahnya. Dendam dirasakan Amir saat itu kepada ibu tirinya, karena baginya perempuan itulah yang menyebabkan ibunya sengsara selama ini.

Amir pun tumbuh menjadi seorang anak yang tidak bisa menghargai usaha orangtuanya. Seluruh uang yang diberikan ayahnya kepadanya, dipergunakannya untuk hal yang sia-sia. Judi, narkoba, mabuk-mabukan pun menjadi dunia Amir yang baru. Amir tidak pernah merasa sayang untuk menghabiskan uang yang diberikan kepadanya karena kapan pun ia memintanya, ayah dan ibu tirinya selalu mengabulkan seluruh permintaannya.

Sampai suatu ketika ayah Amir mengajaknya ke suatu tempat. Ternyata ayahnya selama ini melakukan bisnis haram, yaitu jual beli ganja. Amir semakin kehilangan arah dalam hidupnya. Figur seorang ayah yang seharusnya membimbing Amir ke jalan yang benar, tidak didapatkannya. Narkoba pun semakin mencengkeram hidup Amir.

Pada tahun 1984, orangtua Amir tertangkap polisi dan dijerumuskan ke dalam penjara. Kekosongan hidup Amir pun terus berjalan. Hilangnya kasih sayang dari orangtua telah menuntun Amir ke dunia narkoba. Sekali pun Amir telah beberapa kali meringkuk dalam jeruji besi, namun ia tetap bertahan hidup dalam dunia narkoba.

Hidup Amir semakin tidak terkontrol dan membuat keluarganya menderita. Hal sepele di rumah bisa mengakibatkan Amir marah besar dan memukul isterinya. Anak Amir yang masih kecil saat itu ketakutan melihat perilaku ayahnya yang senantiasa menyiksa ibunya dan terlihat seperti berniat untuk membunuh ibunya.

Tahun 1998, Amir benar-benar sudah kecanduan putaw dan sabu-sabu. Dari kecil, anak Amir harus menyaksikan ayahnya yang dengan bebas menggunakan barang-barang haram tersebut bersama-sama dengan teman-temannya. Perasaan isteri Amir semakin hancur melihat perilaku suaminya yang tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan.

Kehidupan Amir bukan semakin membaik, segalanya hanya semakin bertambah buruk. Amir mulai menjalankan bisnis putawnya sendiri. Barang haram itu telah demikian kuat mengikatnya sehingga ia sendiri pun tak dapat mengendalikan dirinya lagi.

Selain keterikatannya akan putaw, Amir memiliki sebuah keterikatan lain yang sangat membuat anak dan isterinya terpukul. Amir selingkuh dengan seorang mahasiswi dan secara terang-terangan memperkenalkannya kepada isterinya di rumah. Perasaan cinta isterinya terhadap Amir saat itu sepertinya sudah mati akibat tingkah laku Amir yang begitu menyakitkan. Tapi segala perasaan kecewa itu hanya dapat dipendam isterinya di dalam hati.

Keterikatan akan narkoba dan rusaknya hubungan keluarga pada akhirnya membuat Amir terasingkan. Keterpisahan dengan isteri dan anaknya menimbulkan sebuah keinginan di dalam hati Amir untuk memperbaiki hubungan dalam rumah tangganya. Amir berusaha untuk mendekatkan dirinya kembali kepada anak dan isterinya, tapi pintu hati isteri dan anaknya benar-benar sudah tertutup untuk Amir. Kesadaran itu menimbulkan keinginan di hati Amir untuk hidup normal, tapi Amir benar-benar tidak sanggup untuk lepas dari semua keterikatannya. Amir sudah berkecimpung cukup lama di dunia narkoba.

Di saat keputusasaan Amir memuncak, Amir berniat menjual tanak miliknya, harta terakhir yang dimilikinya. Amir membulatkan tekad di dalam hatinya, jika uang hasil penjualan tanah ini habis, maka itu sebagai pertanda akan akhir dari hidupnya. Ia berniat untuk bunuh diri. Saat Amir sedang membicarakan tanah yang akan djualnya kepada calon pembelinya, Amir disela dengan sebuah pertanyaan yang menyimpang. Ia menanyakan apakah Amir pernah terpikir untuk sekolah Alkitab? Tentu saja hal itu membuat Amir bingung, karena tidak ada hubungannya sama sekali antara tanah yang sedang ditawarkannya dengan sekolah Alkitab. Tapi saat itulah Amir ditangkap Tuhan.

Walau dapat dikatakan semuanya berawal dari keanehan, hati Amir tersentuh seakan-akan sebuah harapan kecil timbul dalam diri Amir untuk memperbaiki hidupnya sekali lagi.

"Saya memang berharap agar suami saya itu bisa menjadi orang yang mengenal Tuhan, jadi orang baik-baik," ujar isteri Amir.

"Saya hanya bisa merelakan saja supaya Bapak lebih dekat lagi dengan Tuhan, supaya Bapak bisa jadi seorang yang benar-benar takut sama Tuhan dan hanya boleh bersandar sama Tuhan," ujar putri Amir yang sudah beranjak remaja.

Dengan dorongan dari isteri dan anaknya, Amir pada akhirnya berhasil mengikuti pembinaan rohani tersebut. Pada awalnya, hidup keluarganya yang seperti benang kusut, sepertinya tak ada jalan keluar, namun ketika Amir bersama-sama dengan isteri dan anaknya datang kepada Tuhan, Tuhan sungguh-sungguh menunjukkan kepeduliannya akan setiap pergumulan anak-anak-Nya.

Pengampunan demi pengampunan terjadi. Amir menyadari bahwa selama ini ia menyimpan kekecewaan terhadap orangtuanya yang telah mengarahkan dia kepada keterikatannya akan narkoba. Dengan rendah hati, Amir mendatangi kedua orangtuanya dan meminta maaf atas perasaan dendam yang disimpannya selama ini. Pemulihan hubungan tidak hanya terjadi atas Amir dengan anak dan isterinya, namun juga dengan kedua orangtuanya. Anak perepuan Amir menyambut kembalinya sang ayah ke jalan Tuhan dengan penuh sukacita.

"Saya sudah tidak malu lagi. Kalau dulu kan Bapak saya itu tidak jelas, tapi sekarang teman-teman saya bisa melihat bahwa segala yang telah saya alami sampai akhirnya orangtua saya bisa bersatu kembali, itu karena Tuhan," ujar putri Amir.

"Kebaikan Tuhan yang saya rasakan setelah saya bertobat sangat banyak. Terutama dalam rumah tangga saya juga, saya merasakan keharmonisan yang dulu jarang saya dapatkan,"

Sumber Kesaksian:
Amir Simanjuntak
Sumber : V090324165225
Halaman :
1

Ikuti Kami