Philip H. Knight: Mengorbitkan Nike Menyalip Adidas

Entrepreneurship / 15 March 2009

Kalangan Sendiri

Philip H. Knight: Mengorbitkan Nike Menyalip Adidas

Tammy Official Writer
6578
Pada 1993, seorang pria yang di-voting oleh The Sporting News sebagai "orang paling berkuasa dalam olahraga" bukanlah seorang atlet, seorang manajer atau pemilik tim. Ia adalah Philip H. Knight, ikon dinamis yang hampir selama 30 tahun telah menapalkan kaki dari para legenda olahraga dan "pejuang akhir minggu. Kurang dari satu dekade, pemasarannya yang cerdas dan kompetisi yang tanpa kompromi telah mentransformasikan industri sepatu atlet dan membuat Nike menjadi nama brand paling sukses dan dikenal luas di dunia.

Philip pertama datang dengan blueprint apa yang seharusnya menjadi perusahaan sepatu atlet No. 1 selagi mengejar gelar master-nya di Universitas Stanford. Bertugaskan untuk menulis skripsi mengenai bisnis kecil di area yang sangat ia tahu, mantan bintang pelari dari Universitas Oregon ini memilih area lari. Ia menyiapkan sebuah rencana untuk mematahkan pengaruh kuat yang Adidas miliki di pasar sepatu pelari dengan mengunakan buruh Jepang yang murah untuk mempabrikkan sepatu lari yang lebih murah dan dengan kualitas lebih baik.

Tak lama setelah lulus pada 1962, Philip memutuskan untuk menaruh rencananya menjadi aksi. Ia terbang ke Jepang untuk mengunjungi Onitsuka Tiger Co., pabrik pemroduksi Adidas yang sangat laku terjual di Jepang. Memperkenalkan dirinya sebagai kepala dari Blue Ribbon Sports, sebuah perusahaan yang hanya eksis di pikirannya, Philip berkata kepada para eksekutif Tiger bahwa perusahaannya adalah pilihan ideal untuk mengimport sepatu mereka ke Amerika Serikat. Ia meyakinkan Tiger untuk mengirimkan kepadanya beberapa contoh, menjanjikan untuk membuat order setelah 'partner-partnernya' memperbaiki sampel-sampel tersebut.

Kembali ke Amerika Serikat, Philip meminjam uang dari ayahnya untuk membayar sampel-sampel tersebut, dan ia mengirim beberapa pasang ke mantan pelatihnya di Universitas Oregon, Bill Bowerman, yang dengan cepat menjadi partnernya. Menaruh $500 setiapnya, Bill dan Philip dengan resmi membentuk Blue Ribbon Sports dan membeli 200 pasang dari Tigers, dimana Philip mulai menjualnya dari mobilnya di sekolah-sekolah menengah atas sepanjang Pacific Northwest.

Di awal 1970an, penjualan telah mencapai $3 juta, dan Philip memutuskan itulah waktunya bagi Blue Ribbon untuk berpisah dari Tiger dan mulai mendesain sepatunya sendiri. Pada 1972, Blue Ribbon meluncurkan merek Nike-nya, dinamakan menurut dewi kemenangan Yunani. Dihiasi dengan logo "swoosh" Knight membayar $35 kepada seorang pelajar seni Portland State untuk mendesain, sepatu tersebut berfiturkan "sol wafel" yang unik - diciptakan oleh Bill - yang menawarkan tenaga tarik lebih baik dengan berat lebih ringan.

Philip H. Knight - NikeStrategi marketing Knight adalah sederhana. Daripada bersandar pada iklan (yang ia akui ia benci akan itu), ia akan mendapatkan atlet-atlet top untuk memakai sepatunya, dan lalu membiarkan kekuatan penjualannya menjual produknya. Strateginya dan waktu peluncurannya yang tepat tidak bisa lebih baik. Musim panas itu, trek Olimpiade dan penyisihan lapangan diadakan di Eugene, Oregon, dengan tak ada yang lain selain Bill Bowerman sebagai pelatih dari tim Olimpiade Amerika. Philip mengambil keuntungan penuh dari kesempatan, menaruh Nike pada kaki beberapa pemain top. Ketika mereka berada pada televisi nasional, begitu pulalah sepatu yang mereka pakai tampil. Salah satu pelari yang terlihat mengenakan Nike adalah pemegang catatan Amerika Steve Prefontaine. Bertipe anti kemapanan, sombong, Prefontaine menjadi yang pertama dari tim atlet susah diam yang Philip rekrut untuk disokong mengenakan sepatunya.

Seperti yang Philip rencanakan, mensponsori atlet memainkan peranan besar dalam mendongkrak penjualan Nike sepanjang 1970an. Contohnya, setelah pemain tenis "bad boy" John McEnroe mengalami sakit di ankel-nya dan mulai mengenakan sepatu Nike three-quarter-top, penjualan dengan gaya itu menaikkan dari 10.000 pasang hingga 1 juta. Dan tiba-tiba kepopuleran dari jogging dikombinasikan dengan pemasaran lihai Nike menciptakan sebuah permintaan yang tidak pernah ada sebelumnya. Tak ada lagi sepasang sepatu tua yang melakukan jogging di sepanjang blok; orang ingin mengenakan apa yang terbaik di dunia kenakan... dan itu adalah Nike (sebagaimana Blue Ribbon bentuk kembali pada 1978).

Philip H. KnightNike mengalami kesuksesan yang terus berlanjut pada awal 1980an, terima kasih terutama kepada penjualan luar biasa dari merek Air Jordan-nya. Iklan-iklan memuji terbang tingginya Michael Jordan, slam-dunk yang antik membuat sneaker hitam gaudy dan merah menjadi barang paling dicari, dijual lebih dari $100 juta di tahun pertama saja. Pada 1986, total penjualan mencapai $1 milyar, dan Nike melewati Adidas untuk menjadi pemroduksi sepatu No. 1 di seluruh dunia.

Luar biasanya, Philip terpaku hanya pada satu karir yang diunggulkan. Di akhir 1980an, strategi Nike untuk berfokus pada atlet-atlet luar biasa mengacuhkan pasar yang bertumbuh untuk sepatu-sepatu aerobik. Ketika Reebok pemroduksi sepatu asal Inggris menetapkan sepatu kulit mereka sebagai barang fesyen untuk kerumunan penggiat aerobik yang trendi, mereka dengan cepat menyalip Nike di tempat puncak.

Antara 1986 dan 1987, penjualan Nike menurun 18 persen. Philip didorong untuk menghadapi fakta bahwa selagi teknologi Nike tampaknya untuk para profesional olahraga, konsumer lain mungkin lebih mengutamakan penampilan daripada fungsi. Sebagai respon, Nike keluar dengan Nike Air - sebuah sepatu untuk banyak kebutuhan dengan alas udara di sol. Iklannya menampilkan keluaran terbaru dengan lagu Beatles "Revolution" mengiringi. (Hak ciptanya menguras Nike seharga $250.000). Nike Air bisa saja memang atau tidak menjadi revolusi untuk alas kaki, tetapi itu tentu saja membangkitkan penjualan. Nike sekali lagi memimpin dari Reebok pada 1990 dan tetap bertahan semenjak itu.

Tetapi sebagaimana Nike telah bertumbuh menjadi sebuah perusahaan multinasional, itu telah menjadi daya tarik untuk kontroversi. Pada 1990, menjadi serangan dari Jessie Jackson, yang mengatakan bahwa banyak Afrika-Amerika yang memberikan persentase besar dari penjualan Nike, Nike sendiri tidak memiliki wakil presiden atau anggota dewan berkulit hitam. Jackson meluncurkan sebuah boikot yang membawa pada perjanjian anggota dewan berkulit hitam pertama Nike. Di tahun yang sama, kisah-kisah remaja yang meninggal karena kericuhan oleh perebutan Air Jordanlah yang dilihat dari promosi gencar sepatunya sendiri. Dan yang terbaru, Philip dituduh mengeksploitasi pekerja-pekerja pabrik di Asia, beberapa di antaranya dibayar kurang dari $2 per hari oleh para sub-kontraktor yang memproduksi Nike. Tetapi meskipun adanya publisitas negatif ini, penjualan Nike tetap saja kuat.

Philip H. KnightPhilip Knight, yang sekarang berada di akhir usia 50an, telah dipandang sebagai salah satu guru penjualan di masa sekarang. Ketika ditanyakan oleh seorang reporter bagaimana ia menerima ketenaran semacam ini, merujuk pada serangan Reebok yang mendorong dia untuk memikirkan kembali strategi marketingnya, Knight membalas, "Bagaimana John Kennedy menjadi seorang pahlawan perang? Mereka menenggelamkan kapalnya."

Sumber : entrepreneur.com
Halaman :
1

Ikuti Kami