Agus, seorang petani yang hidup di sebuah dusun kecil dikenal sebagai orang yang baik, rajin bekerja dan suka menolong. Meski begitu, ia bukan termasuk jemaat yang aktif di gerejanya. Inilah yang membuat sang pendeta agak kecewa, apalagi setelah ia mendengar sendiri bahwa dalam satu hari Agus hanya berdoa dua kali. Itu pun sebuah doa singkat yang berlangsung tidak lebih dari dua menit.
Suatu ketika sang pendeta berbicara dengan Tuhan mengenai kehidupan Agus. "Tuhan, payah sekali ya si Agus itu. Bayangkan Tuhan, Engkau begitu bermurah hati kepada dia namun dia hanya mengingat Engkau dua kali dalam sehari yakni dalam doa sebelum dia berangkat ke sawah dan doa sebelum dia berangkat tidur," kata si pendeta.
Sambil tersenyum Tuhan menjawab, "Aku ingin memintamu melakukan sesuatu. Besok pagi-pagi benar, engkau harus keluar dari rumahmu dengan membawa semangkuk penuh susu. Dari pagi hingga sore, engkau harus berkeliling desa ini sambil membawa mangkuk tersebut dan jangan sampai ada setetespun susu yang tumpah dari mangkuk tersebut." Sang pendeta yang dikenal sangat taat ini pun menyanggupinya.
Keesokan harinya, si pendeta melakukan persis seperti yang diperintahkan Tuhan. Malamnya ia kembali bertemu Tuhan. "Berapa kali sepanjang hari ini engkau mengingat-Ku?" tanya Tuhan. Dengan agak malu, sang pendeta menjawab, "Tidak sekali pun, Tuhan. Ampunilah hamba-Mu ini."
"Mengapa tidak sekalipun engkau mengingat Aku hari ini?" tanya Tuhan. "Karena aku begitu berkonsentrasi pada pekerjaan yang Engkau perintahkan. Aku menjaga agar jangan sampai setetes susu tumpah dari mangkuk yang penuh itu. Mohon ampuni hamba-Mu ini, Tuhan," jawab si pendeta sambil menangis karena sangat menyesal.
Dengan senyum yang penuh kasih, Tuhan menjawab, "Itulah yang terjadi jika orang terlalu sibuk memikirkan diri sendiri atau terlalu asyik dalam pekerjaannya. Agus, si petani sederhana itu bekerja keras seharian namun Ia masih mengingat Aku dua kali sehari dalam doanya. Bibirnya tidak pernah lupa untuk mengucapkan syukur atas berkat yang telah Kuberikan."
Apa hikmat yang bisa kita ambil dari cerita sederhana di atas? Saya sendiri menangkap setidaknya ada beberapa hal penting dari cerita ini. Pertama, ada kalangan tertentu yang beranggapan bahwa melayani Tuhan hanya terbatas di lingkungan gereja. Kedua, jika orang hanya berfokus pada diri sendiri atau pekerjaannya maka ia cenderung melupakan Tuhan.
Beberapa Tips Praktis
Pertanyaannya sekarang, bagaimana agar kita tetap bisa menemukan Tuhan dalam setiap kesibukan dan rutinitas kerja kita? Pertama, biasakanlah untuk mengucap syukur atas berkat yang diberikan, terutama pada saat bangun pagi. Orang sering tidak menyadari bahwa kehidupan adalah sebuah mukjizat. Bukankah kita sama sekali tidak pernah meminta agar kita dihadirkan ke dunia ini? Begitu pun dengan oksigen yang bisa kita hirup secara gratis. Bandingkan dengan orang-orang yang berada di ICU yang harus membayarnya.
Kedua, milikilah prinsip bahwa apa pun pekerjaan yang kita lakukan dapat menjadi sebuah kesempatan untuk melayani Tuhan. Ingat, tidak setiap saat dan tidak setiap orang memiliki kesempatan tersebut. Bukankah Tuhan ingin agar kasih kepada-Nya juga kita wujudkan dalam bentuk kasih kepada sesama. Dengan demikian, lewat pekerjaan yang kita lakukan, kita dapat memancarkan kasih Tuhan bagi sesama di sekitar kita. Jadilah orang yang selalu bisa membantu orang lain memecahkan masalah mereka (problem solver), bukan orang yang menambah masalah mereka (trouble maker). Dengan demikian, nama Tuhan akan semakin dipermuliakan.
Ketiga, carilah barang-barang tertentu yang bisa selalu mengingatkan kita akan kemurahan hati Tuhan. Saya sendiri menempelkan beberapa stiker di mobil saya. Misalnya doa Bapa Kami di setir mobil, lalu ada stiker lainnya di kaca depan mobil yang merupakan kutipan ayat Kitab Suci (love 1 another). Setiap kali saya melihat stiker itu, saya langsung teringat kepada Pribadi yang mengucapkannya. Bisa juga barang-barang itu berupa mug atau kalender yang mencantumkan ayat Alkitab. Seorang teman misalnya menaruh kalender harian yang berisi kutipan ayat Alkitab di meja kerjanya.
Keempat, dengarkan siaran radio rohani di saat Anda sedang menyetir mobil atau jika memungkinkan saat Anda bekerja. Tentu tidak semua orang bisa dengan bebas melakukan ini. Bisa jadi karena peraturan kantor yang melarang atau sulit berkonsentrasi pada pekerjaan kalau sambil mendengarkan siaran radio. Baru-baru ini saya menservice mobil saya di sebuah bengkel di Bandung, saya melihat sang kasir bengkel tersebut sedang asyik mendengarkan siaran sebuah stasiun radio rohani sambil terus bekerja. Lain lagi halnya dengan seorang guru di Bandung. Ia senantiasa memulai harinya dengan berdoa lalu mendengarkan renungan pagi dari sebuah radio rohani. "Dari pagi saya sudah merasakan hadirat Tuhan sehingga di sekolah saya bisa lebih bersemangat dalam bekerja," ujarnya.
Kelima, set ring tone pada handphone Anda dengan lagu rohani atau milikilah nada sambung pribadi yang bernuansa rohani. Anda bisa menggunakan lagu seperti The Prayer atau You Rise Me Up (Josh Groban).
Keenam, jangan lupa untuk berdoa di tengah kesibukan. Barangkali di tengah rutinitas itu kita tidak bisa meluangkan waktu khusus. Namun kita senantiasa bisa mengucapkan doa dalam hati kita. Misalnya, "Tuhan terima kasih karena pekerjaan berat tadi bisa kuselesaikan dengan bantuan-Mu." Atau jika ada tugas berat, katakan, "Tuhan, aku tahu ini berat. Sertai dan tolong aku, Tuhan. Terima kasih, Tuhan. Amin."
Rasanya tidak ada yang lebih indah jika kita senantiasa sadar bahwa waktu yang ada adalah sebuah anugerah sekaligus kesempatan agar kita bisa memuliakan nama Tuhan di bumi ini. Dengan begitu, hati kita tidak akan pernah lepas dari rasa bersyukur. Apalagi kita tahu bahwa Allah selalu turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia.