Dua personil militer tewas dan empat lagi cedera dalam serangan menggunakan senjata api di markas tentara Inggris di Irlandia Utara, Sabtu (7/3).
"Dua orang ditembak hingga tewas, keduanya pria dan personil militer," kata juru bicara Kepolisian Irlandia Utara. Ia menyatakan empat orang lagi menderita luka serius, dua di antara mereka juga adalah personil militer.
Serangan itu terjadi di markas Royal Engineers di Masserene, di sebelah timur-laut Belfast, Irlandia Utara. Menurut beberapa laporan, itu mungkin adalah penembakan sambil-lalu, sementara laporan lain mengatakan beberapa pria bersenjata memasuki barak. Sebanyak 30 sampai 40 tembakan diduga telah dilepaskan.
Anggota parlemen Unionis Demokratik Jeffrey Donaldson mengatakan kepada stasiun televisi BBC bahwa ia memperoleh informasi beberapa pria yang bersenjatakan senapan mesin telah memasuki barak dan mungkin telah menyamar sebagai pengantar pizza.
"Ini adalah serangan yang mengerikan. Saya mengerti bahwa beberapa pria yang bersenjatakan senapan mesin memasuki barak, pintu masuk barak Massarene di Antrim dan melepaskan tembakan," katanya. Ia menambahkan bahwa mereka masuk "dengan menyamar dan menggunakan mobil van pengiriman pizza".
"Ini adalah kenangan mengerikan mengenai konsekuensi terorisme. Kami pernah menghadapi ini pada masa lalu dan tak seorang pun ingin melihat ini terjadi di Irlandia Utara," katanya.
Irlandia Utara menghadapi tiga dasawarsa perang saudara yang dikenal sebagai "Troubles". Dalam peristiwa tersebut, sebanyak 3.000 orang tewas. Kebanyakan kerusuhan telah berakhir dengan ditandatanganinya Kesepakatan Jumat Baik 1998.
Satu persetujuan disepakati pada 2007. Dalam persetujuan itu, kelompok Unionis Demokratik Protestan --yang ingin Irlandia Utara tetap menjadi bagian dari Inggris-- dan Sinn Fein, Katolik, yang menyerukan integrasi dengan Republik Irlandia, sepakat untuk membentuk pemerintah pembagian kekuasaan yang telah mengambil-alih wewenang dari London.
Serangan paramiliter di Irlandia Utara kini relatif jarang dibandingkan dengan pada puncaknya masa "Troubles". Namun selama 18 bulan terakhir, telah terjadi lonjakan aksi kekerasan oleh paramiliter republik yang menentang proses perdamaian, termasuk dari lebih selusin upaya pembunuhan yang gagal terhadap personil polisi.
Pejabat senior polisi Irlandia Utara Sir Hugh Orde pekan lalu mengatakan ia telah mengumpulkan dukungan spesialis dari dinas keamanan Inggris, M15, dan militer guna membantu menangani peningkatan ancaman dari kaum pembangkang Republik. Ia mengatakan ancaman dari pembangkang terhadap personil polisi sangat tinggi.
"Kami telah mengatakan secara konsisten bahwa ancaman telah meningkat terhadap personil polisi," katanya. "Sangat jelas --mereka bertekad membunuh personil polisi yang sedang melaksanakan tugas normal mereka, yaitu menjaga keamanan rakyat," katanya.
Sumber : kompas