Terlahir, hidup, bekerja, mencintai, berkeluarga, lalu suatu saat mati. Beberapa menjalani hidup ini dengan hidup menyendiri. Namun siapapun Anda, apapun pekerjaan Anda, seberapa banyak pun uang Anda, seberapapun ketenaran Anda, setinggi apapun jabatan Anda, kita semua melangkah ke satu tujuan akhir yang sama. Dan tujuan itu adalah kematian, suatu momen dimana kita kembali kepada Sang Khalik, yang sudah menciptakan kita. Kita mengerti bahwa semua yang ada di dunia ini hanya sementara. Kesenangan, kesedihan, kenikmatan, kepahitan semua akan berakhir saat Anda menghadap-Nya mempertanggungjawabkan semua yang Anda kerjakan di muka bumi. Tidak ada satupun di dunia ini yang bisa kita bawa, tidak harta, bahkan pasangan Anda. Kita semua akan kembali dalam kesendirian.
Pengkhotbah 9:2, Segala sesuatu sama bagi sekalian; nasib orang sama: baik orang yang benar maupun orang yang fasik, orang yang baik maupun orang yang jahat, orang yang tahir maupun orang yang najis, orang yang mempersembahkan korban maupun yang tidak mempersembahkan korban. Sebagaimana orang yang baik, begitu pula orang yang berdosa; sebagaimana orang yang bersumpah, begitu pula orang yang takut untuk bersumpah.
Pengkhotbah 9:3, Inilah yang celaka dalam segala sesuatu yang terjadi di bawah matahari; nasib semua orang sama. Hati anak-anak manusiapun penuh dengan kejahatan, dan kebebalan ada dalam hati mereka seumur hidup, dan kemudian mereka menuju alam orang mati.
Lalu mengapa manusia berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik? Kenapa mereka terus berusaha? Mengapa mereka terus berjuang? Mereka terus-menerus menjajaki seribu satu kemungkinan dalam hidup mereka. Mereka terus belajar dan menambah pengetahuan. Menyibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan. Memacu diri mereka dengan berbagai keinginan dan ambisi mereka.
Beberapa tahu jawabannya, yaitu untuk hidup maksimal. Karena hidup hanya datang satu kali. Demikian kata mereka. Tujuan seperti itu benar, dan sama sekali tidak salah. Ada tertulis dalam kitab Pengkhotbah 9:10, Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi. Maka artinya kita harus mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakan dengan sepenuh hati.
Namun benarkah hanya itu saja hidup kita? Betul! Memang hanya itu. Tapi banyak orang yang menjadi budak bagi pekerjaan mereka. Banyak orang rela bekerja lebih keras dari orang lain untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Bekerja lebih keras dengan segala gairah yang ada dan penuh ketaatan adalah sebuah keharusan, tapi menjadi budak atas pekerjaan Anda... itu adalah hal lain.
Dalam dunia ini kita melihat banyak orang yang semakin kuatir saat mereka semakin menanjak karena promosi. Banyak mereka yang menjadi sesak dan terbebani akibat pekerjaan mereka. Deadline pembukuan, deadline artikel, deadline desain, deadline pembayaran, deadline pengiriman, penalty, target penjualan, semua mengisi semua ruang waktu mereka.
Itu semua sangat menyita perhatian dan tenaga. Awalnya kita sangat antusias, namun seiring berjalannya waktu kita menjadi bosan dan tidak lagi bersemangat. Beberapa orang membiarkan hal tersebut, hingga pada suatu titik puncak kebosanan mereka, mereka membayarnya dengan banyak rasa sakit. Target yang tidak tercapai akibat kinerja yang mengendur hingga hilangnya order sangat sering terdengar dari mereka yang sudah kehilangan antusias mereka. Lalu apa yang salah? Mereka sudah all out dalam mengerjakan segalanya, mereka sudah all out dalam membuat rencana, mereka sudah all out dalam menjalankan rencana mereka. Semua yang mereka bisa pikirkan, semua yang bisa dikerjakan, berujung pada kegagalan.
Semua karena mereka kehilangan sebuah hal, yaitu hidup mereka tidak maksimal. "Apa!? Tidak maksimal? Saya kerja sehari penuh, tidur hanya sejenak saja kadang hanya dua jam, saya berangkat lebih awal dibandingkan karyawan lain." Atau ada lagi yang membela diri seperti ini: " Saya cari ide desain baru setiap saat, berpikir 24 jam penuh, bahkan ketika tidurpun saya berpikir tentang inovasi produk baru. Apa yang salah dengan itu?"Jangan buru-buru tersinggung dengan anggapan bahwa hidup Anda tidak maksimal. Karena faktanya memang demikian, hidup Anda tidak maksimal.
Anda bekerja keras dengan maksimal tidak berarti hidup Anda juga otomatis menjadi maksimal. Anda lupa satu hal, bekerja maksimal bukanlah hidup yang maksimal. Tidak percaya? Mari kita baca di kitab Pengkhotbah 2:22, Apakah faedahnya yang diperoleh manusia dari segala usaha yang dilakukannya dengan jerih payah di bawah matahari dan dari keinginan hatinya? dan satu lagi di Pengkhotbah 3:9, Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? Lalu kita baca lagi Pengkhotbah 12:8, Kesia-siaan atas kesia-siaan, kata Pengkhotbah, segala sesuatu adalah sia-sia. Segala sesuatu yang kita semua kerjakan dengan jerih payah di atas muka bumi ini adalah kesia-siaan belaka. Mohon jangan salah asumsi, bukan berarti Anda tidak boleh bekerja keras dan menggapai mimpi dan ambisi Anda. Anda HARUS dan MUTLAK bekerja keras mencapainya.
Namun Anda juga harus sadar bahwa ada tertulis di Pengkhotbah 3:13, Dan bahwa setiap orang dapat makan, minum dan menikmati kesenangan dalam segala jerih payahnya, itu juga adalah pemberian Allah. Pengkhotbah 3:22, Aku melihat bahwa tidak ada yang lebih baik bagi manusia dari pada bergembira dalam pekerjaannya, sebab itu adalah bahagiannya. Karena siapa akan memperlihatkan kepadanya apa yang akan terjadi sesudah dia? Pengkhotbah 5:18. (5-17), Lihatlah, yang kuanggap baik dan tepat ialah, kalau orang makan minum dan bersenang-senang dalam segala usaha yang dilakukan dengan jerih payah di bawah matahari selama hidup yang pendek, yang dikaruniakan Allah kepadanya, sebab itulah bahagiannya. Pengkhotbah 5:19 (5-18), Setiap orang yang dikaruniai Allah kekayaan dan harta benda dan kuasa untuk menikmatinya, untuk menerima bahagiannya, dan untuk bersukacita dalam jerih payahnya--juga itupun karunia Allah. Pengkhotbah 6:2, orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.
Poinnya adalah Anda harus menyeimbangkan kerja keras Anda dengan menikmati hidup Anda. Banyak terjadi di luar sana orang yang terus sibuk bekerja keras banting tulang dengan jerih payah dan melupakan "the joy of living". Lalu apakah faedahnya bila Anda tidak bisa menikmati hasil jerih payah Anda? Bukankah itu sebuah kesia-siaan dan merupakan hidup yang tidak maksimal? Ada banyak orang yang kaya namun tidak bisa menikmati kekayaan mereka. Makanan yang mereka makan dibatasi akibat kesehatan yang tidak memadai. Semua akibat dari pekerjaan yang telah menggerogoti tubuh mereka. Banyak rumah tangga hancur dan anak yang kurang perhatian orangtua akibat orangtua terlalu sibuk bekerja dengan dalih membahagiakan anak. Padahal kasih terbesar adalah bukan seberapa banyak uang yang bisa Anda berikan, namun seberapa besar waktu yang Anda sisihkan untuk memperhatikan dan mendengar mereka.
Pengkhotbah 4:6, Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin.
Maksimalkan istirahat Anda dan berikan perhatian lebih untuk orang-orang di sekitar Anda yang memang perlu diperhatikan. Mintalah kuasa untuk menikmati hidup. Hidup adalah anugerah terbesar. Berbahagialah kita yang masih dipercaya untuk menjalani hidup ini. Karena anjing yang hidup lebih baik daripada singa yang mati. Great person needs a great REST too. Istirahat yang maksimal dapat membuat Anda lebih produktif.
Bayangkan Anda adalah komandan dari pasukan infanteri di abad pertengahan. Anda membawa mereka beribu-ribu mil untuk merebut sebuah kota. Pasukan Anda kelelahan dan membutuhkan istirahat cukup. Tapi ketika Anda sampai di tempat tujuan, Anda tidak mendirikan tenda untuk berkemah dan menghimpun kekuatan. Anda langsung menyiapkan pasukan untuk berperang. Di tengah kelelahan dan kehausan pasukan Anda dipaksa berperang. Dengan semangat dan moral yang kendur, mereka menyusun formasi. Dapatkah Anda melihat kemenangan dapat direbut? It takes more than mathematics to win the war, dan salah satu faktor penentu kemenangan adalah kesiapan. Anda hanya siap bila Anda cukup istirahat dan memeriksa barisan Anda. Memperhatikan pasukan Anda, mendengarkan isi hati mereka. Keluarga, teman dan kolega Anda lebih dari sekedar pasukan. Mereka adalah penentu masa depan Anda.
Nikmatilah hidup Anda dengan tanggung jawab. Tubuh ini adalah titipan Tuhan harus dipelihara dengan tanggung jawab. Hiduplah dengan maksimal dengan istirahat yang maksimal, nikmati hidup dengan hikmat dan tanggung jawab.
Pengkhotbah12:13, Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang.
Pengkhotbah12:14, Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat.