China, Setelah Revolusi Kebudayaan, Revolusi Iman
Sumber: asianews.network

News / 3 March 2009

Kalangan Sendiri

China, Setelah Revolusi Kebudayaan, Revolusi Iman

Contasia Christie Official Writer
621

Mereka ditangkap, disiksa dan dibunuh karena iman, tetapi lebih dari 40 tahun setelah revolusi kebudayaan, orang Kristen China mulai berani bersaksi tentang iman mereka di depan umum.

Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan oleh para pengusaha Kristen di berbagai pelosok China. Mereka tidak hanya mencari keuntungan dalam menjalankan bisnisnya, namun mendedikasikan hidup dan usaha mereka untuk memberitakan Injil. Semua itu bukan berarti tanpa resiko, mereka tahu bahwa pemerintah bisa kapan saja melakukan tindakan tegas terhadap aksi mereka.

Salah satunya yang melakukan hal ini adalah pasangan Liu Xixian dan Chen Zejin yang membuka toko di jalan Liullichang tidak jauh dari lapangan Tiananmen.

"Awalnya kami membuka toko hanya untuk menghasilkan lebih banyak uang,"cerita Liu Xixian. "Tapi sejalan dengan waktu, pandangan kami mulai diubahkan. Kami punya visi yang baru."

"Suami saya dan saya memutuskan bahwa usaha kami akan menjadi sebuah pelayanan. Sebuah tempat dimana kami dapat berbagi tentang iman kami kepada Yesus Kristus secara terbuka," demikian tambah Xixian.

Sekarang usaha tersebut menjual berbagai buku, tirai dan kerajinan karya seni China. Dalam berbagai benda seni itu terselib tema-tema Alkitabiah, bahkan ayat-ayat.

"Kami menggabungkan budaya China dan tema Alkitabiah yang kuat. Saya ingin semua orang yang datang ke toko kami mengetahui dan mempelajari tentang Allah. Saya ingin mereka tertarik dengan Yesus Kristus," itulah penjelasan Xixian pada Christian World News.

Sebuah kisah lain adalah cerita tentang seorang pemilik pabrik farmasi bernama Yosua Zhou. Zhou dulu adalah seorang jutawan, namun diakuinya semua uang yang didapatnya berasal dari hal-hal curang dan penggelapan pajak. Kehidupan pernikahannya hancur, pencariannya untuk mengisi ruang hatinya yang kosong dengan kegiatan spiritual tidak menghasilkan apapun.

"Saya merasa kosong. Tidak ada kenikmatan dunia yang bisa membuat saya puas," demikian kenang Zhou.

Hampir saja dia bunuh diri, namun syukur Tuhan menangkap dirinya tepat pada waktunya. Seorang temannya mengundang Zhou ke gereja.

"Itu adalah kali pertama saya mendengar tentang Yesus. Dan pada hari itu Yesus masuk dalam kehidupan saya, pernikahan saya dan usaha saya."

Kini ada sekitar 200 orang yang bekerja untuk Zhou, dan mayoritas mereka telah mengenal Yesus melalui kesaksiannya. Setiap pagi stafnya berkumpul dan berdoa sebelum bekerja. Zhou sendiri dan istrinya setiap Minggu rajin mengikuti pendalaman Alkitab.

"Saya percaya bahwa bangsa yang percaya kepada Allah adalah bangsa yang diberkati," katanya. "Kami ingin nilai-nilai firman Tuhan ini tertanam dalam usaha dan orang-orang yang bekerja bersama kami. Itulah doa kami dan yang kami persiapkan."

Membawa Yesus dan berita Injil kepada market place adalah sebuah panggilan bagi setiap orang percaya, bukan hanya untuk mereka yang berada di China. Seperti yang Zhou katakan, bangsa yang diberkati adalah bangsa yang percaya pada Yesus Kristus. Untuk itu mari sebagai orang percaya, kita nyatakan iman dan nilai-nilai Ilahi dalam kehidupan sehari-hari sehingga banyak orang dimenangkan dan bangsa ini diubahkan. Jika China bersiap untuk transformasi melalui tindakan nyata mereka, Indonesia jangan mau ketinggalan.

Sumber : CBN.com/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami