Pembantai Sadis Yang Lahir Baru

Internasional / 22 February 2009

Kalangan Sendiri

Pembantai Sadis Yang Lahir Baru

Puji Astuti Official Writer
8665

Kamboja, sebuah negara yang sempat mengalami perang saudara berkepanjangan. Perang saudara ini menyisakan banyak luka, hal ini disebabkan adanya banyak  pembantaian kejam oleh  pasukan Khmer Merah dibawah pimpinan Pol Pot. Pada tahun 1970-an diperkirakan sekitar 2 juta orang tewas ditumpas oleh Khmer Merah.

Saat ini di Kamboja sedang terjadi proses pengadilan terhadap para pengikut Khmer Merah, dan salah seorang yang sedang menjalani proses pengadilan adalah Kaing Guek Eav. Kaing Guek Eav lebih dikenal dengan nama Deuch, dia adalah salah satu pemimpin Khmer Merah yang paling kejam. Dia memimpin tempat penyiksaan yang bernama penjara Tuol Sleng selama tiga tahun. Lebih dari 12.000 pria, wanita dan anak-anak mati di penjara tersebut setelah mengalami banyak siksaan. Dan Deuch adalah orang yang menandatangani perintah untuk membunuh banyak orang tersebut.

"Dia (Deuch - Red) adalah orang kunci yang dapat membuka rahasia Khmer Merah, organisasi yang menyimpan banyak rahasia," demikian ungkap Nic Dunlap, seorang prhotografer dan penulis."Hingga saat ini tidak ada yang tahu benar bagaimana perintah pembunuhan itu di kirim, bagaimana mereka menerimanya, dan bagaimana cara mereka menterjemahkan," tambahnya.

Komboja percaya bahwa Deuch merupakan saksi penting dari apa yang terjadi di masa lalu. Dia adalah satu-satunya dari lima orang pemimpin Khmer Merah yang diadili yang mengakui kejahatan perang yang dilakukannya.

"Kesaksian Deuch akan membuka siapa yang memberi perintah pembantaian, dan membawa keadilan pada para korbannya." Demikian ungkap Dunlap.

"Dia mampu membukakan apa yang selama ini menjadi misteri bagi banyak peneliti, jurnalis dan ahli sejarah yang sudah berlangsung selama beberapa decade."

Banyak orang Kristen Kamboja percaya bahwa Deuch akan membantu bangsa itu mengerti dan mengalami arti pengampunan yang sejati.

Pasalnya Deuch sekarang adalah seorang Kristen lahir baru. Pada tahun 1993, sewaktu dia melarikan diri dan hidup dengan nama samaran, Deuch menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamatnya. Christoper Lapel, seorang pendeta Komboja-Amerika, dialah yang membimbing Deuch kepada Kristus.

"Dia datang pada saya dan berkata ‘Pendeta Christoper, saya seorang pendosa dan saya pikir saudara-saudara yang ada di sekeliling saya bisa mengampuni saya karena dosa saya begitu besar," demikian cerita pendeta Christoper.

Hari-hari ini Deuch dikenal oleh masyarakat Kamboja karena tindakannya yang menghebohkan dengan memohon pengampunan atas pembunuhan dan penyiksaan yang pernah dilakukannya.

Pada tahun lalu, Deuch kembali ke penjara dimana dia pernah membuat banyak penderitaan.

"Dia datang kesana, dia meminta ijin untuk berdoa bagi para korban, dan dapat kami lihat melalui matanya bahwa dia sangat emosional," demikian lapor sebuah media local.

Dia tahu bahwa dirinya harus membayar semua kejahatan yang pernah dilakukannya, dan dia telah siap menghadapi pengadilan

Deuch berkata,"Mereka boleh mengambil jiwa saya, karena jiwa saya sudah menjadi milik Yesus."

 "Dia memiliki iman yang sangat kuat dan siap untuk bersaksi," demikian kata pendeta Christoper. "Dia akan mengatakan yang sebenarnya, seluruh kebenarannya, atas apa yang pernah dilakukannya."

Banyak bekas tentara Khmer Merah yang datang pada Kristus pada beberapa tahun terakhir ini. Di Pailin, sebuah tempat di daerah barat laut Kamboja dahulu merupakan daerah yang dikuasai Khmer Merah. Sekarang disana sudah berdiri beberapa gereja di daerah tersebut. Dan lebih dari 200 orang bekas tentara Khmer Merah yang telah menjadi pengikut Kristus.

Tidak hanya pelaku, para korban pembantaian Khmer Merah juga mengambil jalan pengampunan.

San Than Keo, dia adalah salah satu korban yang selamat dari pembantaian.

"Saya memiliki banyak kemarahan kepada rezim Pol Pot dan mereka yang terlibat dalam pembantaian saat itu. Dan saat saya menerima Yesus sebagai Tuhan serta belajar kebenaran firman, Tuhan memampukan saya untuk mengampuni dan melupakan serta meneruskan kehidupan saya," ungkap Keo.

Pada saat Keo berumur 8 tahun, Khmer Merah menangkap keluarganya. Ibu, ayah dan 7 saudaranya dibunuh oleh pasukan Khmer Merah.

Dia menceritakan bagaimana dirinya melewati malam demi malam dengan menangis dan menangis, hingga dia bertemu dengan guru musiknya yang membimbingnya pada Yesus di tahun 1990. Sekarang dia melayani Tuhan dengan bernyanyi untuk memberitakan tentang pengampunan. Pemimpin Keo, pendeta Setan Lee, berdoa agar banyak penduduk Kamboja yang akan mengikuti langkah Keo.

"Hanya dengan kekuatan Tuhan, ada kuasa yang membantu kita untuk bisa mengampuni," ungkap pendeta Lee. "Harapan saya di masa ke depan ladang pembantaian ini akan dirubah menjadi ladang kehidupan."

Adakah pengampunan bagi seorang pembunuh kejam seperti Deuch yang sudah membantai puluhan ribu orang? Jawabannya adalah "ada". Deuch sudah mendapatkan mengampunan itu di dalam Yesus. Darah Yesus sudah menebus Deuch dan para bekas prajurit Khmer Merah itu.

Mari berdoa bagi Kamboja, agar para korban dan keluarga korban dijamah oleh kasih Tuhan sehingga bisa melepaskan pengampunan untuk orang-orang yang harus bertanggung jawab atas kematian sanak saudara mereka. Dan mari berdoa bagi para anggota Khmer Merah yang belum mengenal Yesus agar diselamat dengan kesaksian rekan-rekan mereka yang sudah menemukan kehidupan baru di dalam Kristus.

Sumber : Cbn.com/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami