Oprah Winfrey sendiri adalah pribadi yang sangat terbuka. Penonton setianya pasti mengetahui kisah kehidupannya bagaimana ia bangkit dari keterpurukan. Bagaimana di usia mudanya ia mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri. Ia sempat merasakan mental yang jatuh, tetapi ia bangkit kembali dari trauma pengalaman buruknya.
Seperti bunglon, kita juga menyaksikan perubahan warna spiritualnya selama beberapa tahun terakhir. Bertumbuh di gereja Baptist bagi orang-orang berkulit hitam, ia memberontak terhadap gereja setelah mengalami pelecehan seksual yang dilakukan oleh anggota keluarganya sendiri. Setelah mengalami waktu yang panjang, ia bertobat dan kembali ke akar spiritualnya. Di satu titik, ia terhubung dengan bekas gereja (kontroversial) dimana Obama pernah menjadi jemaat, Trinity United Church. Di tahun 2005 artikel Washington Post menyebut kepopuleran Oprah sebagai "Gereja Oprah," (Church of Oprah, red) atau gereja atas semua kemungkinan. Self help dan kesadaran diri sendiri (self-awareness, red) menjadi pilihan imannya.
Dan sekarang, Oprah dikenal dengan mempromosikan nilai-nilai New Age Movement ketika ia dengan gencarnya mempromosikan buku A New World oleh Eckhart Tolle. Semua platform media-nya ia gunakan, program televisinya, radio, majalah, klub bukunya (Oprah's Book Club, red), dan website yang ia jadikan kelas online.
Pengajaran dalam buku tersebut memang terlihat sejalan dengan Alkitab, karena Eckhart Tolle juga memasukkan nilai-nilai Alkitab kedalamnya. Sebagai contoh, dalam Yohanes 14:6 yang mengatakan, "Akulah Jalan, Kebenaran, dan Hidup..." Kita semua mengetahui apa artinya. Bahwa Yesus menunjuk kepada Diri-Nya sebagai satu-satunya Jalan kepada Bapa. Tetapi Eckhart Tolle mengatakan, "Tidak, Anda bisa lihat, bahwa Yesus mengindikasikan bagaimana hal tersebut bisa diaplikasikan kepada siapa saja dan semuanya." Ia bahkan mengatakan nama ilahi dalam kalimat tersebut, "Akulah," dan mengaplikasikan kepada dirinya sendiri sebagaimana juga kepada orang lain. Jadi, disinilah bagaimana ia menggunakan ayat Alkitab lalu mendistorsikan dan menodainya.
Siapakah Eckhart Tolle, Sang Guru Spiritual Baru Bagi Oprah?
Menurut Richard Abanes, jurnalis pemenang award yang menulis buku bantahan A New Earth, An Old Deception bagi buku Eckhart Tolle, latar belakang kehidupan Eckhart Tolle sendiri bagaikan misteri. Ia adalah lulusan Universitas Cambridge yang entah datang darimana. Ia sendiri dikenal memiliki didikan yang sangat keras. Itu membuat ia trauma amat sangat. Ia hampir selalu memiliki keinginan bunuh diri dalam setiap waktu hidupnya - dimulai dari sebagai remaja pria. Ia mencapai satu titik sewaktu berusia 29-30 tahun dimana ia sudah nyaris membunuh dirinya sendiri dan dimana rangkaian kejatuhan psikologisnya ia samakan dengan dobrakan spiritual. Dari itu ia merasakan kesatuan dengan alam raya dan akhirnya dikenal di jalanan. Disitulah bagaimana kisahnya dimulai. Ia mulai berkhotbah kepada orang-orang di jalan. Entah bagaimana dan dengan cara apa, tidak ada seseorang yang tahu dengan jelas tentang ini, ia telah menjadi guru spiritual bagi banyak orang. Yang lalu akhirnya mendapat perjanjian menulis buku. Ada jarak ‘sejarah yang terhilang' dalam peristiwa ini. Dan hingga akhirnya, Oprah mendudukkan dia dalam program televisinya dan sisanya adalah sejarah.
Sehubungan dengan buku A New Earth karya Eckhart Tolle, Oprah berkata, "Mampu bagi saya untuk membagikan materi buku ini kepada Anda semua adalah sebuah karunia bagi saya dan bagian dari pemenuhan tujuan hidup saya."
Oprah memang memberi dampak bagi banyak orang di masa sekarang ini. Julukan ‘Ratu media' pun diberikan kepadanya. Apa yang ia sukai menjadi kesukaan bagi banyak orang juga, terutama penonton setianya. Perjalanan hidupnya memang sangat menggugah keberanian banyak orang untuk berjuang bagi dirinya sendiri. Suntikan media yang ia hadirkan di masyarakat memang berbeda dari program media kebanyakan sekarang ini, nilai-nilai baik dan memberi ia tanamkan melalui programnya. Tetapi di tengah zaman media begitu pesat pengaruhnya, kita sebagai umat Kristiani haruslah tetap bertahan dalam kebenaran. Karena nilai-nilai kebaikan yang juga hadir di media, belumlah tentu sebuah kebenaran. Karena kita tahu, kebenaran sejati hanya dapat kita temukan dalam pribadi Kristus, bukanlah dalam pengajaran yang hanya memiliki nilai kebaikan semata.