Saya selalu berjuang dengan sebuah pemikiran untuk menyimpan (menunda, red) seks dengan pasangan saya. Saya tahu itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, tetapi saya tidak bisa dan berpikir saya melewatkan kesempatan. Memang saya telah begitu, akan tetapi itu hanya pengorbanan sementara yang akhirnya akan menjadi investasi tak ternilai.
Menunda seks bagi pasangan Anda tidaklah hanya satu-satunya hal yang akan memberi keuntungan besar. Meskipun seks adalah sangat spesial dan pengalaman terintim antara seorang pria dan seorang wanita yang saling mencintai satu sama lain dan telah berkomitmen satu sama lain dalam pernikahan, itu bukan akhir dan segalanya di atas hubungan pria/wanita. Itu adalah satu bagian penting dari beberapa area lain yang dapat ditemukan dalam pernikahan yang sehat.
Bagaimana jika pemikiran seorang lajang tidak hanya "Saya akan menunda seks untuk pernikahan," tetapi "Saya akan menyimpan diri saya bagi pasangan saya yang akan datang?"
Bagaimana Anda Menyimpan Diri Anda Sendiri?
Menyimpan diri Anda sendiri, seperti yang saya jelaskan, itu artinya bahwa Anda menyimpan diri Anda lebih dari sekedar seks. Anda menyimpan hal-hal spesial lainnya seperti ciuman, sentuhan-sentuhan, dan kata "I love you." Itu mungkin terdengar terlalu kaku atau bahkan sangat kolot, tetapi Anda bisa bayangkan perasaan senang dan cinta yang akan Anda miliki jika Anda mengetahui pasangan Anda tidak pernah mencium orang lain sebelumnya? Sama sekali tidak pernah? Atau jika itu adalah pertama kalinya ia mengatakan, "Aku cinta kamu," itu adalah kepada Anda!
Bayangkan istimewanya dan berharganya memiliki seorang pasangan yang tidak hanya menunda seks untuk Anda, tetapi juga menunda semuanya! Anda bisa mengambil ini sejauh yang Anda pilih. Mungkin Anda bahkan tidak ingin memegang tangan orang lain sebelum Anda memegang tangan si dia yang berkomitmen berbagi hidup dengan Anda. Atau mungkin menunda seks sudah cukup untuk Anda. Saya tidak bisa membuat keputusan Anda. Saya bahkan tidak dapat berbicara dari "penundaan" saya yang sukses. Tetapi saya dapat berbicara berdasarkan pengalaman dari seseorang yang telah menikah dan menjadi bagian dari sebuah organisasi yang telah bekerja bagi setidaknya 100.000 pasangan yang telah menikah.
Saya bisa katakan kepada Anda bahwa jika semakin banyak pasangan saling menunda satu sama lain, isu-isu yang membahayakan banyak pernikahan mungkin tidak akan hadir dalam hubungan mereka. Tidak akan ada ingatan menghantui dari kejadian-kejadian seksual di masa lalu. Tidak akan ada perasaan-perasaan cemburu sehubungan dengan seseorang yang pernah memiliki pengalaman seksual dengan suami atau istri seseorang. Tidak akan ada pemikiran yang berkata, "Saya sudah pernah melakukan hubungan seks dengan seorang lain, apa bahayanya melakukannya lagi dengan orang lain?" Atau, "Ia sudah pernah melakukan hubungan seks dengan orang lain, apa masalahnya jika saya melakukan hal itu juga?"
Mungkin bagian terbaik adalah rasa dari keintiman yang menunda diri sendiri secara utuh bagi pernikahan. Ia tidak harus berbagi prianya dengan orang lain - di masa lalu, sekarang, atau masa depan. Begitu juga si prianya merasakan hal yang sama terhadap wanitanya.
Percayalah pada saya, orang tidak akan meninggalkan pernikahan-pernikahan seperti itu. Mengapa juga mereka harus meninggalkannya?
Saya tidak mengatakan bahwa itu akan menjadi hal yang mudah. Faktanya, saya membayangkan itu akan sangat susah sekali. Tetapi di malam pernikahan Anda, ketika Anda memberikan diri Anda sepenuhnya tanpa membawa ingatan akan orang lain dalam pikiran Anda, Anda mungkin akan menyadari itu adalah pencapaian terhebat dalam hidup Anda.
Jika Anda belum menunda diri Anda, mulailah hari ini. Tidakkah itu akan menjadi hal terhebat yang dapat Anda katakan kepada pasangan Anda sebelum Anda bertemu dengan dirinya? Atau ketika memutuskan untuk menikah? Simpanlah sebanyak yang bisa Anda lakukan.
Ingatlah peraturan ini: Semakin banyak Anda menunda bagi pasangan Anda, semakin banyak Anda harus memberi dan semakin banyak Anda dapat menerima. Itu sangat layak. Percayalah pada saya.
Lee Wilson adalah seorang konsultan pelayanan pada Family Dynamics Institute, sebuah pelayanan bagi pernikahan dan keluarga yang bekerja dengan gereja-gereja dan berfokus bagi Kristian untuk membangun pernikahan yang teguh dan sehat.