Walaupun bukan tujuan utama, kehadiran anak-anak dalam pernikahan itu penting bagi hampir semua pasutri. Karena itu kehamilan yang tidak kunjung datang, bisa menimbulkan kecemasan bagi suami istri yang mengalaminya, seperti yang dikeluhkan oleh Ibu Feria, 30 th, Jakarta, berikut ini.
Syalom Dokter, saya sudah 2 tahun menikah namun sampai saat ini kami belum dikaruniai anak. Padahal saya menstruasi siklusnya benar-benar tepat 28 hari, namun 3 hari sudah selesai (berhenti) dan kami selalu rutin melakukan hubungan suami istri, bahkan sengaja pada masa subur. Pertanyaan saya: Apa sebabnya saya belum dikaruniai momongan dan apa yang harus saya dan suami lakukan atau usahakan? Terima kasih banyak atas penjelasan dan saran-sarannya. JBU.
Ibu Feria, untuk bisa terjadi pembuahan dan kehamilan diperlukan berbagai kondisi kesehatan yang optimal baik pada istri maupun suami.
Pada seorang istri, ada 3 hal yang mutlak harus baik. Pertama, ovulasi harus berjalan normal. Ovulasi adalah proses pematangan sel telur. Bakal sel telur sendiri sudah ada semenjak kelahiran dan jumlahnya mencapai sekitar 450.000. Sepanjang masa reproduksi, jumlah sel telur yang mengalami pematangan hanya sekitar 480. Angka 480 ini didapatkan dari perkalian masa reproduksi yang berlangsung 40 tahun, mulai kira-kira usia 10 th dimana remaja putri mulai menstruasi pertama kali, sampai sekitar usia 51 th ketika wanita tengah baya mengalami menopause. Setiap bulan seorang wanita akan mengalami 1 kali ovulasi, dengan 1 sel telur matang yang siap dibuahi. Jadi dalam satu tahun ada 12 sel telur yang mengalami pematangan, sehingga dalam 10 tahun total 480 sel telur mengalami pematangan.
Kedua, tuba falopii, yaitu saluran sel telur menuju rahim, juga harus baik anatomi dan fungsinya. Gangguan yang sering terjadi pada tuba falopii ini adalah penyumbatan, yang biasanya disebabkan oleh infeksi rongga panggul (PID=Pelvic Inflamatory Desease). Bila ada penyumbatan, maka sel telur tidak akan bertemu dengan sperma, sehingga pembuahan tidak bisa terjadi.
Ketiga, rahim tempat tertanam dan bertumbuhnya embrio juga harus normal anatomi dan faal-nya.
Kehamilan adalah peristiwa biologi yang melibatkan 50% istri dan 50% suami. Pada suami juga ada 3 faktor penentu kapasitas reproduksi, yaitu produksi dan kualitas sperma, saluran pelepasan sperma, dan fungsi pelepasan sperma yang meliputi fungsi-fungsi seksual mulai dari kemampuan untuk ereksi, senggama, dan ejakulasi.
Jadi Ibu Feria dan suami harus melakukan konsultasi dan pemeriksaan medis untuk mengevaluasi semua fungsi di atas. Untuk keperluan tersebut, Ibu Feria dan Suami saya sarankan untuk berkonsultasi di Klinik Fertilitas atau dokter ahli Reproductive Medicine di kota ibu. Mengingat usia ibu yang sudah 30 tahun, upaya medis yang ibu lakukan harus benar-benar intensif, sebab masa kehamilan terbaik pada wanita adalah usia 25-35 tahun.
Ibu Feria, jangan berhenti berharap dan berusaha di dalam Tuhan. "Semoga anak-anak lelaki kita seperti tanam-tanaman yang tumbuh menjadi besar pada waktu mudanya; dan anak-anak perempuan kita seperti tiang-tiang penjuru, yang dipahat untuk bangunan istana!" (Mazmur 144:12). Be WiSe, Always Remember Wisdom for Sex Life. (draw).
Dr. Andik Wijaya, MRepMed adalah seorang dokter spesialis dan juga seorang hamba Tuhan yang memiliki karunia pengajaran. Dengan visi dan misi yang diyakininya menjadi panggilan hidupnya, beliau kemudian mendirikan YADA Institute, The School of Everlasting Intimacy. Melalui institusi ini Andik mengimani bahwa Tuhan memanggil, memperlengkapi, mengutus dan mengurapinya untuk mengajarkan Everlasting Intimacy (keintiman abadi) melalui penyingkapan misteri seksual. Karena itu dua tema utama dalam setiap pelayanan YADA Institute adalah Menyingkap Misteri Seksual, Membangun Keintiman Abadi. Saat ini beliau banyak memberikan seminar pengajaran di berbagai kota di Indonesia.