Butir Padi Pertanda Kasih

Kata Alkitab / 29 January 2009

Kalangan Sendiri

Butir Padi Pertanda Kasih

agnes.faith Official Writer
5332

Dua bersaudara bekerja bersama-sama di ladang milik keluarga mereka. Yang seorang telah menikah dan memiliki sebuah keluarga besar. Yang lainnya masih lajang. Ketika hari mulai senja, kedua bersaudara itu membagi sama rata hasil yang mereka peroleh.

Pada suatu hari, saudara yang masih lajang itu berpikir, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit." Karena itu, setiap malam ia mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudaranya.

Sementara itu, saudara yang telah menikah itu berpikir dalam hatinya, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku punya istri dan anak-anak yang akan merawatku di masa tua nanti, sedangkan saudaraku tidak memiliki siapa pun dan tidak seorang pun akan peduli padanya pada masa tuanya." Karena itu, setiap malam ia pun mengambil sekarung padi dari lumbung miliknya dan menaruhnya di lumbung milik saudara satu-satunya itu.

Selama bertahun-tahun kedua bersaudara itu menyimpan rahasia itu masing-masing, sementara padi mereka sesungguhnya tidak pernah berkurang, hingga suatu malam keduanya bertemu, dan barulah saat itu mereka tahu apa yang telah terjadi. Mereka pun berpelukan.

Jangan biarkan persaudaraan rusak karena harta, justru pereratlah persaudaraan tanpa memusingkan harta.

Bagaimanakah kita mampu membangun persaudaraan yang diwarnai kasih seperti kisah di atas tadi? Kedua orang saudara tadi belajar memahami kebutuhan satu sama lain. Yang masih lajang, dapat melihat tentulah lebih banyak kebutuhan saudaranya yang sudah berkeluarga daripada kebutuhannya sendiri. Sementara yang sudah berkeluarga mampu memahami saudaranya yang masih lajang itu tidak memiliki siapa-siapa, dia lebih membutuhkan kekayaan daripada dirinya. Kemampuan untuk memahami itu bisa menjadi kenyataan dalam perbuatan kalau mereka tidak lagi menjadikan kekayaan sebagai satu-satunya sumber kehidupan. Mereka lebih menomorsatukan bagaimana orang lain bisa hidup layak di dunia ini, dengan konsekuensi, diri merekapun lalu dinomorduakan. Apakah kaitannya renungan ini dengan bacaan-bacaan yang baru saja kita dengar tadi?

Sumber : renunganhariankita
Halaman :
1

Ikuti Kami