Ingat satu kalimat dari seorang sahabat yang pernah membuat saya terdiam sesaat, ketika dengan bangganya ia menceritakan sensasinya berpetualang ke banyak gunung, hutan, laut, perkampungan dan perkotaan. "Bukan masalah penting sejauh apa engkau berjalan, tapi bagaimana engkau memaknai segala hal yang telah kau temukan."
Itu dulu, 9 tahun yang lalu. Hari ini, saya adalah suami dari seorang istri dan ayah dari dua anak. Sedang berpikir, apakah juga setiap peristiwa dalam keluarga punya makna? Pasti, tapi bagaimana cara memaknainya?
Begitu banyaknya peristiwa yang singgah dalam sebuah keluarga kadang luput dari perhatian, walaupun membawa pesan yang bermakna. Makna tidaklah lahir dari sesuatu, tapi oranglah yang memberikannya makna, demikian kata dosen saya ketika masih kuliah dulu.
Memang, makna lahir dari pengamatan dan penilaian terhadap sesuatu, dan perbedaan latar belakang ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berbeda pada setiap orang, membuat hasil pengamatan yang akan berbeda pula. Dengan perangkat ilmu atau pengetahuan yang benar, tentu akan lebih mungkin menghasilkan pemaknaan yang benar terhadap peristiwa yang terjadi dalam keluarga.
Suatu persoalan dalam keluarga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Sehingga pengetahuan yang luas akan sangat dibutuhkan agar lebih bijak memaknai setiap peristiwa dalam keluarga.
Berpikir jernih. Dua kata yang sangat klise dan mungkin sudah terlalu sering didengar. Tapi yaa.. begitulah kenyataannya. Seperti menangkap ikan, akan lebih mudah jika airnya jernih. Begitu pula dengan makna dalam peristiwa, akan lebih mudah maknanya ditangkap jika Anda bisa melihat peristiwa tersebut dengan jernih. Untuk bisa berpikir jernih, Anda membutuhkan waktu yang tepat dan dalam kondisi yang tepat pula.
Makanya, kadang suatu peristiwa baru disadari maknanya setelah berlalu beberapa waktu lamanya. Kenapa? Karena jarak waktu atau jarak dari peristiwa tersebut membuat seseorang mampu berpikir jernih.
Walaupun demikian, Anda tak harus menunggu waktu yang lama untuk bisa berpikir jernih, karena hal itu bisa Anda kondisikan. Misalnya, pilihlah waktu dan tempat tenang yang bisa membantu Anda berpikir jernih.
Satu hal yang juga pasti mampu membantu Anda untuk berpikir jernih adalah "sederhanakan masalah". Singkirkan pikiran yang tidak perlu. Gengsi, beban pandangan orang, beban cari muka, beban kekuasaaan, beban harta kadang membebani pikiran ketika berusaha berpikir jernih. Menjadi awan gelap yang menghalangi cahaya menerangi bumi.
Soal jarak waktu juga membuktikan bahwa Anda bisa menyadari makna dari sebuah peristiwa jika Anda mampu berpikir obyektif. Maksudnya adalah kondisi di saat Anda secara emosional sudah berjarak dengan peristiwa tersebut. Saat dimana Anda lepas dari rasa marah, jengkel, sedih, ataupun senang, saat dimana Anda tidak menjadi manusia yang egois.
Kesadaran terhadap makna dari sebuah peristiwa yang tiba-tiba datang juga bisa muncul karena mungkin sadar atau tidak ternyata Anda menemukan pembanding dari peristiwa yang telah lampau tersebut. Misalnya suatu saat, dalam hati Anda berkata, "Ohh.. ternyata suamiku gak bawel-bawel amat" ketika secara tidak sengaja Anda menjumpai seorang suami sedang mengomeli isterinya di jalanan.
Tetaplah berpikir positif, karena sangat mungkin bahwa setiap peristiwa ada aspek baik dan buruknya. Nah.. kalau Anda cenderung melihat aspek negatifnya saja dari sebuah peristiwa, Anda tentu akan sulit mendapatkan manfaatnya. Dengan semangat untuk selalu bertambah baik, bersyukurlah dengan apapun yang Anda miliki di keluarga saat ini. Apa yang masih bisa Anda syukuri, pasti Anda yang lebih tahu.
Nah.. kalau sudah mendapatkan makna, jangan pelit untuk berbagi. Tanpa menceritakan apa yang harus dirahasiakan, bagilah kepada saudara, teman, atau bahkan kepada orang yang belum Anda kenal sebelumnya. Karena itu juga akan membantu Anda untuk selalu mengingatkan bahwa Anda adalah orang yang baik dalam keluarga dan Anda adalah orang yang ingin agar keluarga semakin menjadi lebih baik.
Sumber : perempuan.com