Bila Atasan Anda Sang Bad Boss

Career / 20 January 2009

Kalangan Sendiri

Bila Atasan Anda Sang Bad Boss

agnes.faith Official Writer
3553

Atasan yang baik tentu menjadi impian semua orang. Namun, apa jadinya jika Anda terjebak bersama seorang atasan yang sulit? Simak kiat berikut!

"Bad boss", tak berarti pribadinya buruk

Diperlukan pengenalan lebih jauh akan cara, sikap, karakter, bahkan kebiasaan atasan Anda di tempat kerja, bukan dalam waktu singkat. Banyak orang cenderung lekas mengambil kesimpulan atas sikap-sikap atasannya. Bisa saja ia dinilai terlalu keras pada bawahan, terlalu sombong sehingga atasan tipe ini tak pernah bisa memercayai kinerja bawahannya, atau bisa juga Anda terlalu cepat menilai, atasan adalah sosok yang tidak capable di bidangnya. Sebaiknya, fokus saja pada pekerjaan, yang jadi kewajiban Anda di tempat kerja. Berikan kontribusi yang baik, dan pelahan, kenali tipe pemimpin seperti apa atasan Anda. Belum tentu secara pribadi, atasan memiliki karakter dan sifat negatif seperti yang telah Anda tudingkan.

Jangan terpancing gosip kantor

Seringkali, penilaian Anda kepada atasan sedikit banyak dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan umum dari rekan kerja, sehingga akan memicu munculnya gosip, bahkan bisa mendorong Anda terjerumus lebih jauh ke dalam lingkaran negatif. Jika sudah demikian, disadari atau tidak, akan memicu munculnya rasa tak nyaman bagi Anda dalam bekerja sehari-hari. Jadi, sebaiknya hindari masuk ke dalam lingkaran pergaulan dengan rekan kerja yang tanpa henti membicarakan kejelekan atasan di tempat kerja Anda. Lebih baik, isi kegiatan pribadi dengan hal-hal positif, yang dapat menunjang perkembangan diri sendiri.

Ternyata sang bos memang "bad'

Ada atasan yang suka marah-marah di tempat terbuka. Tipe atasan ini tak akan segan-segan mengomel atau berteriak dan memaki Anda di depan rekan-rekan lain, bila di matanya Anda salah. Ada tipe atasan yang moody. Bisa hari ini senang bukan main, tiba-tiba lima menit berikutnya, ia marah-marah kepada Anda. Ada pula tipe atasan yang tak suka marah dan memaki pada bawahanya, melainkan justru mendiamkan bawahannya. Ia tak pernah mengajak Anda berdiskusi membicarakan pekerjaan, tak pernah secara terbuka memanggil untuk membicarakan langkah karier Anda di perusahaan. Atau, ada juga tipe yang tak pernah memberi penghargaan atas hasil kerja keras Anda secara terbuka.

Jika Anda memiliki tipe atasan seperti ini, jangan buru-buru berniat hengkang. Karena, hengkang yang hanya dipicu oleh kemarahan dan rasa tak puas, tidak akan memberikan hasil yang memuaskan bagi perkembangan diri Anda. Sikap yang harus Anda pertahankan adalah bersabar. Selain itu, dalam dunia profesional kerja, jangan mencampuradukkan pekerjaan dengan perasaan. Jadi, bila Anda dimaki, dimarahi, atau tak dihargai, jangan merasa sakit hati. Tunjukkan kebaikan dan ketulusan hati Anda dalam bekerja sama dengan atasan tipe ini. Janganlah terpancing emosi sesaat dan merasa tersinggung. Karena, bila "keburukan" atasan Anda balas dengan keburukan juga, lalu apa bedanya Anda dengan dirinya?

Berhati-hatilah!

Jika tiap orangtua selalu mengingatkan kita sebagai anaknya untuk berhati-hati dalam segala hal, begitu pula nasehat tadi bisa diterapkan dalam situasi bila Anda memiliki Bad Boss. Berhati-hatilah mengambil langkah, yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditugaskan kepada Anda. Gunanya, tentu saja untuk menghindarkan Anda pada tembakan amarah yang keluar dari sang atasan bila sedikit saja melakukan kesalahan. Bila ternyata atasan Anda sudah memaki, jangan buru-buru panas, tapi segeralah koreksi pekerjaan Anda, dan segeralah minta maaf atas kelalaian yang Anda buat.

Bila Anda tak bersalah, tapi sang Bad Boss sudah terlanjur marah, lebih baik diamkan saja. Diam bisa benar-benar berarti emas dalam kondisi tertentu. Setelah atasan selesai menumpahkan semua amarahnya, barulah Anda dengan sikap bijak mendatanginya, menjelaskan duduk persoalannya. Jelaskan secara pelan dan pasti, tanpa menghakimi atasan. Dan, berikan janji pada atasan, kesalahpahaman yang baru saja terjadi, tak akan terjadi lagi di masa datang. Lalu, tunjukkan kesungguhan dan komitmen Anda untuk bekerja sama dengan atasan. Komunikasi adalah kunci utama dalam hal ini.

Jadilah sahabat sejati

Anda sering mendengar bukan, istilah ABG masa kini, yang menyebut sahabat atau teman dekat BFF alias Be Friend Forever. Nah, BFF-lah dengan atasan Anda. Biar bagaimana pun, atasan juga manusia, yang sering luput dari kesalahan. Dan, ia pun pasti membutuhkan seorang teman. Maka, cobalah berteman dengan atasan di tempat kerja. Cari tahu dan gali apa persamaan antara Anda dengan dirinya, entah itu hobi maupun kesenangan lainnya. Ajaklah sesekali melakukan aktivitas yang Anda berdua senangi. Bila kebetulan atasan Anda sesama wanita, dan sama-sama senang berburu diskon baju di mal, tak ada salahnya Anda mengajaknya berburu bersama. Siapa tahu, ternyata atasan Anda adalah pribadi yang menyenangkan.

Capek deh!

Bila ternyata Anda sudah tak bisa meng-handle atasan di tempat kerja, dan seluruh daya upaya Anda pun tak mempan lagi bagi sang bos, mungkin saja ini saatnya bagi Anda untuk mulai memikirkan career path selanjutnya. Sebelum tergesa-gesa meninggalkan sang bad boss, terlebih dulu Anda harus kembali fokus pada pekerjaan di tempat kerja saat ini. Jangan sampai Anda meninggalkannya dengan hasil yang amburadul.

Selesaikan semua tugas yang diberikan kepada Anda dengan sangat baik. Do the best what you can do. Sisanya, serahkan kepada Tuhan, dan berusahalah mencari tempat baru yang lebih baik lagi. Walaupun tempat baru nantinya belum tentu menjanjikan tidak memiliki bad boss, lho! Namun, daripada sengsara yang ujung-ujungnya menimbulkan stres berlebihan, lebih baik tinggalkan bad boss Anda. Sebagai manusia, Anda layak dan pantas diperlakukan dengan baik.

Sumber : kompas
Halaman :
1

Ikuti Kami